Kesehatan Mental

Kehabisan Rasa Empati, Apa Penyebabnya?

dr. Valda Garcia, 26 Mei 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Empati berlebihan ternyata akan berdampak pada hilangnya rasa empati itu sendiri. Apa penyebabnya?

Kehabisan Rasa Empati, Apa Penyebabnya?

Sebagai makhluk sosial, seorang individu dituntut untuk berinteraksi dengan individu lain dalam berbagai kegiatan. Interaksi sosial tersebut melibatkan perasaan, salah satunya adalah perasaan empati. Apa itu empati?

Pengertian Empati dan Dampaknya bagi Tubuh

Perasaan yang lebih dalam dari simpati adalah empati. Rasa empati terjadi ketika Anda menempatkan diri dalam posisi orang lain sehingga dapat memahami sudut pandang orang tersebut dan bisa mengambil keputusan dengan bijak.

Emosi dan perasaan seseorang dapat memengaruhi kondisi fisik dan metabolisme tubuh orang tersebut, terlebih ketika sudah pada tahap empati, responsnya akan lebih terlihat. Contohnya ketika sedang marah, napas akan lebih cepat dan denyut jantung pun meningkat.

Sebaliknya, saat seseorang sedang bahagia, kita akan merasakan kebahagiaan tersebut. Hal ini terjadi karena hormon oksitosin meningkat dan membuat kita merasa aman dan bahagia.

Penyebab Hilangnya Empati Seseorang

Meskipun empati membawa kita memiliki perasaan yang lebih dalam terhadap kondisi orang lain, empati yang berlebihan juga dapat membawa dampak negatif. Berdasarkan pemaparan Psychology Today, bisa saja seseorang merasa lelah ketika rasa empati sudah terlalu dalam. Hal ini disebut sebagai empathy atau compassion fatigue

Ketika sudah berada di fase tersebut, orang akan mulai merasa enggan untuk memiliki perasaan yang terlalu dalam atau merasa empati terhadap orang lain karena adanya "trauma" atau kekecewaan yang dirasakan sebelumnya.

Seseorang yang berusaha untuk terus merasa empati dapat menjadi lelah atas hal tersebut dan membuat seseorang menjadi kurang objektif. Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor subjektivitas dari rasa empati yang dimiliki.

Compassion fatigue sering ditemukan pada petugas kesehatan, seperti dokter dan perawat. Pekerjaan yang menuntut seseorang terus dipertemukan pada kondisi orang yang sakit dan menderita.

Awalnya mungkin mudah untuk muncul rasa empati. Namun, karena terlalu sering mengalaminya, compassion fatigue dapat muncul.

Tanda dan gejala compassion fatigue, di antaranya merasa terbebani dengan penderitaan orang lain, mengisolasi diri, insomnia, sulit konsentrasi, lelah secara fisik, merasa tidak berdaya, dan lain-lain.

Artikel Lainnya: Benarkah Genetika Berperan dalam Sifat Empati?

Atasi Compassion Fatigue untuk Munculkan Rasa Empati

Pada fase awal, empati memang bisa memberikan dampak positif karena kita bisa mengambil keputusan dengan melihat kepentingan berbagai pihak, serta melihat apa efek yang mungkin dapat ditimbulkan atas keputusan tersebut.

Namun jika terlalu dalam, Anda akan sulit untuk mengambil keputusan secara objektif dan cenderung memperhatikan kepentingan orang tertentu. Hal ini terjadi ketika sudah masuk ke dalam fase compassion fatigue. Dalam jangka panjang, compassion fatigue akan berdampak buruk bagi kehidupan Anda.

Ketika sudah mengalami "trauma" karena rasa empati terlalu dalam, sikap apatis bisa tumbuh pada seseorang. Orang tersebut menjadi kurang peduli dengan perasaan dan keadaan orang lain. Lakukan beberapa langkah berikut untuk dapat memulihkan rasa empati Anda:

  1. Meditasi

Meditasi tidak harus berdiam diri di dalam ruangan kosong tanpa suara apa pun. Dalam meditasi, yang penting adalah menenangkan diri Anda. Hal ini bisa dicapai dengan memejamkan mata dan menarik napas dalam, serta membuangnya perlahan. Upaya ini dapat membantu membuat kondisi menjadi lebih tenang dan emosi lebih stabil.

Artikel Lainnya: 7 Kiat Mengajarkan Rasa Empati pada Anak

  1. Berikan Batasan pada Diri Anda

Sering kali empathy fatigue muncul karena adanya "trauma" atau kekecewaan karena empati terlalu dalam pada orang lain dan tidak jarang dimanfaatkan orang lain. Oleh karena itu, sangat penting untuk memiliki batasan dengan berani mengatakan tidak jika hal tersebut merugikan Anda.

  1. Berlibur

Jika upaya meditasi dirasakan kurang berpengaruh, mungkin Anda bisa merencanakan liburan sehingga bisa memiliki waktu untuk menenangkan diri. Hal ini dapat membantu mengembalikan semangat dan emosi positif Anda.

  1. Bicaralah dengan Orang yang Anda Percaya

Rasa empati yang berlebihan terkadang membuat Anda selalu menjadi pihak yang mendengarkan. Kini, giliran Anda yang mulai didengarkan. Ceritakan keluhan Anda kepada orang yang dapat dipercaya. Setelahnya, Anda akan merasa lebih baik dan siap untuk mendengarkan orang lain kembali.

  1. Kelilingi Diri Anda dengan Orang-orang Baik

Lingkungan yang baik dapat menumbuhkan kebiasaan yang baik, termasuk memberikan emosi yang positif. Dengan adanya rasa optimis, bijaksana, dan peduli dari orang-orag sekeliling, maka dapat memicu Anda untuk memiliki pandangan serupa.

  1. Terapkan Gaya Hidup Sehat

Compassion fatigue dapat diatasi dengan menerapkan gaya hidup sehat. Kesehatan fisik memiliki kaitan erat dengan kesehatan emosional seseorang. Oleh karena itu, sangat penting untuk tetap menjaga pola hidup sehat agar memiliki emosi yang positif.

Rasa empati dapat memberikan dampak positif bagi seseorang. Anda dapat melihat masalah dari berbagai perspektif dan menjadi lebih bijak dalam mengambil keputusan. Selain itu, Anda akan berusaha memberikan yang terbaik bagi orang lain. Tidak hanya dalam bentuk materi, tetapi juga tenaga, pikiran, hingga waktu Anda.

Meski begitu, ingatlah bahwa berempati terhadap pihak lain bukan berarti Anda menjadi tidak peduli dengan diri Anda sendiri. Berikan juga rasa kasih kepada diri Anda supaya Anda juga memiliki energi positif tambahan untuk membantu orang lain. Semoga bermanfaat!

[WA/ RS]

Hormon OksitosinEmpatiCompassion Fatigue

Konsultasi Dokter Terkait