Saraf

Mengantuk di Siang Hari, Tanda Alzheimer?

Bobby Agung Prasetyo, 15 Mar 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Suatu penelitian mengaitkan hubungan antara mengantuk di siang hari dengan penyakit Alzheimer. Ini penjelasannya.

Mengantuk di Siang Hari, Tanda Alzheimer?

Alzheimer merupakan sebuah kumpulan gejala akibat kematian sel-sel otak pada saat yang hampir bersamaan, sehingga otak tampak mengerut serta mengecil. Seiring bertambahnya usia, risiko terkena Alzheimer konon lebih besar. Fakta itulah yang mengidentikkan Alzheimer sebagai penyakit lansia.

Mereka yang mengidap Alzheimer akan mudah lupa dengan aktivitas yang sering dilakukan sehari-hari. Penderita juga akan mengalami kesulitan dari segi fungsi kognitif kompleks, seperti kemampuan matematika, aktivitas organisasi, dan lain-lain. Dampaknya, akan ada perubahan tingkah laku yang menonjol, yakni depresi, paranoia, serta agresif.

Mengantuk di siang hari, gejala Alzheimer?

Bagi Anda yang memiliki riwayat keluarga Alzheimer, risiko untuk terkena penyakit ini dapat lebih besar. Orang dengan down syndrome juga memiliki risiko tersendiri terhadap penyakit Alzheimer. Lalu, tahukah Anda bahwa baru-baru ini, para peneliti menemukan kaitan antara mengantuk di siang hari dengan penyakit Alzheimer?

Dilansir Psychology Today, sebuah penelitian menyebut bahwa mengalami kantuk berlebih di siang hari, merupakan perilaku yang berhubungan dengan risiko terkena Alzheimer. Studi tersebut diterbitkan di jurnal JAMA Neurology.

Penelitian ini diterapkan kepada 238 orang di atas 70 tahun yang tidak mengidap demensia. Mulanya, mereka harus menempuh proses pemindaian otak. Dari situ, diketahui bahwa sebanyak 22,3 persen responden mengalami rasa kantuk di siang hari.

Hal ini tampak lewat peningkatan amilolid di dua bagian otak mereka, yakni cingulate anterior dan cingulate precuneus. Gambaran ini keluar setelah responden melakukan proses pemindaian. Tingkat amiloid yang tinggi pada dua bagian tersebut, konon kerap terlihat pada orang yang mengidap Alzheimer.

Di sisi lain, melansir dari Liputan6.com, Prashanthi Vemuri selaku Profesor Radiologi di Mayo Clinic, memberi tanggapan bahwa belum ada jawaban yang pasti terkait masalah tidur dan kontribusinya terhadap peningkatan amiloid. Meski demikian, satu yang harus dilakukan oleh setiap orang adalah meningkatkan kualitas tidur demi menjaga kesehatan otak.

"Saya berharap agar orang-orang mengerti kebiasaan tidur yang baik itu penting demi memiliki otak yang sehat. Karena, hal ini dapat mencegah peningkatan amiloid yang berkontribusi terhadap Alzheimer," ujar Vemuri.

Menengok penyakit Alzheimer di Indonesia

Laporan Alzheimer’s Disease International (ADI) menyebutkan bahwa pada tahun 2015, terdapat 46.8 juta orang penderita demensia. Angka ini akan bertambah menjadi dua kali lipatnya setiap 20 tahun sekali. Menurut dr. Fiona Amelia, MPH pada artikel Klikdokter terdahulu, masyarakat Indonesia turut memiliki risiko yang signifikan terkena Alzheimer.

“Pada tahun 2015, sebanyak 1.2 juta orang Indonesia hidup dengan demensia. Angka ini akan menjadi dua kali lipatnya pada tahun 2030, dan mencapai 4 juta orang pada 2050,” ujarnya.

Lebih lanjut, dr. Fiona memaparkan bahwa total biaya yang dikeluarkan untuk pasien alzheimer mencapai angka sebesar Rp10.675 triliun per tahun. Sedangkan di Indonesia, biaya ini mencapai Rp23 triliun mencakup ongkos perawatan, pengasuh, kebutuhan pasien, serta kerugian akibat kehilangan mata pencaharian.

“Sampai saat ini, belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan demensia maupun penyakit Alzheimer. Karena itu, yang terbaik adalah melakukan pencegahan dan promosi kesehatan,” tutur dr. Fiona.

Salah satu kiat penting yang dapat dipelajari lewat penelitian di atas adalah menjaga kualitas tidur agar risiko terkena Alzheimer berkurang. Dengan begitu, Anda juga akan terhindar dari mudah mengantuk di siang hari.

[RS/ RVS]

mengantuktidurDemensiaAlzheimer

Konsultasi Dokter Terkait