HomeInfo SehatKesehatan UmumMinum Urin Sendiri, Amankah?
Kesehatan Umum

Minum Urin Sendiri, Amankah?

dr. Alvin Nursalim, SpPD, 07 Nov 2014

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Minum urin sendiri atau dalam istilah kedokteran dikenal dengan istilah urophagia, merupakan sebuah kegiatan yang mungkin sudah pernah Anda dengar. Terdapat beberapa alasan mengapa seorang minum urin sendiri. Namun bagaimana pandangan medis mengenai urophagia?

Minum Urin Sendiri, Amankah?

Klikdokter.com – Anda pernah dengar terapi minum air kencing? Terdengar menjijikan? Jangan salah, terapi ini sempat mengemuka pertengahan 90-an hingga kini di sebagian kalangan untuk tujuan maksud pengobatan dengan meminum air kencing (urin) Anda sendiri di pagi hari sebelum sarapan atau di waktu lainnya yang disarankan. 

Minum urin sendiri atau dalam istilah kedokteran dikenal dengan istilah urophagia, merupakan sebuah kegiatan yang mungkin sudah pernah Anda dengar. Terdapat beberapa alasan mengapa seorang minum urin sendiri. Namun bagaimana pandangan medis mengenai urophagia?

Sebelum kita mengenal aspek aman atau tidaknya terapi ini, ada baiknya kita telusuri terlebih dahulu aspek sejarahnya bagaimana terapi minum air kencing sendiri ini dapat mengemuka.

Sejarah Urophagia

Urophagia sudah dikenal sejak zaman pengobatan kuno, seperti pada pengobatan Mesir, India dan Cina. Urophagia dipercaya dapat menangani berbagai penyakit.

Selain itu, penggunaan urin juga erat kaitannya dengan budaya tertentu. Budaya kuno mencatat penggunaan urin untuk penyembuhan luka atau ritual spiritual.

Minum urin sendiri juga dilakukan dalam situasi darurat dimana tidak terdapat air yang aman untuk diminum, misalkan pada keadaan tersesat pada pedalaman hutan.

Minum urin dapat menggantikan kekurangan cairan sementara untuk mencegah terjadinya kekurangan cairan. Namun dalam jangka panjang kandungan natrium yang tinggi justru akan menambah rasa haus akibat kandungan natrium yang tinggi.

Beberapa pihak mempercayai khasiat urophagia untuk pengobatan berbagai penyakit metabolik, luka kulit dan kanker.

Pada dunia modern saat ini, terdapat beberapa tokoh penting yang juga melakukan urophagia untuk tujuan kesehatan, salah satunya adalah Morarji Desai, mantan perdana menteri India.

Kandungan Urin

Urin terdiri dari air dengan berbagai bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Umumnya urin mengandung berbagai materi yang tidak berguna dan tidak dapat disimpan oleh tubuh. Pada keadaan penyakit tertentu akan terjadi perubahan komposisi urin, misalkan pada keadaan penyakit ginjal tertentu akan ditemukan kandungan protein yang meningkat. Pada infeksi saluran kencing, dapat ditemukan bakteri pada urin.

Penting diperhatikan beberapa risiko dari minum urin. Risiko urophagia khususnya terjadi jika seorang sedang mengalami infeksi saluran kencing, dimana akan dijumpai bakteri pada urin. Bisa Anda bayangkan dong dampaknya, jika Anda meminum cairan yang memiliki bakteri?

Belum lagi meninjau komposisi urin juga dapat berubah-ubah tergantung apa yang Anda makan. Contohnya  obat-obatan yang diminum juga dapat dikeluarkan dalam urin yang akan berpengaruh pada orang yang meminumnya.

Kesimpulannya?

Sangatlah bijaksana, jika segala saran kesehatan yang ada senantiasa disandarkan oleh bukti ilmiah yang konkret sebagai acuan. Karena dengan demikian segala risiko dan dampak kesehatan dapat diantisipasi dengan baik. Lalu kemudian bagaimana sandaran terapi minum urine ini sendiri dari sisi medis?

Minum Urin dari Sisi Medis

Rekomendasi kedokteran harus didasarkan pada bukti yang didapat dari penelitian medis. Walalupun urin dipercaya memiliki berbagai manfaat medis, namun masih belum ada penelitian yang mendukung manfaat penggunaan urin untuk kesehatan manusia sampai saat ini.

Rekomendasi kedokteran harus didasarkan pada bukti yang didapat dari penelitian medis. Walalupun urin dipercaya memiliki berbagai manfaat medis, namun masih belum ada penelitian yang mendukung manfaat penggunaan urin untuk kesehatan manusia sampai saat ini.

Ada baiknya Anda menelusuri lebih jauh terlebih dahulu aspek pembuktian penelitian ilmiahnya sebelum Anda menjadikan diri Anda sebagai kelinci percobaan sebagai ajang coba-coba. Selain dampak khasiatnya yang belum dipastikan secara ilmiah dan medis, tidak dapat diremehkan juga konsekuensi potensi risiko yang ada.

Urophagia

Konsultasi Dokter Terkait