HomeInfo SehatJantungBenarkah Diet Tak Mengurangi Risiko Penyakit Jantung?
Jantung

Benarkah Diet Tak Mengurangi Risiko Penyakit Jantung?

Bobby Agung Prasetyo, 10 Apr 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Diet memang penting bagi kesehatan. Namun, diet tak selalu bisa melindungi Anda dari sejumlah penyakit, seperti penyakit jantung.

Benarkah Diet Tak Mengurangi Risiko Penyakit Jantung?

Adakah di antara Anda yang kini sedang menjalani diet? Ya, diet sering dilakukan untuk menurunkan berat badan. Alasan melakukannya pun beragam, mulai dari  ingin menerapkan pola makan sehat, atau memang diharuskan karena gangguan kesehatan seperti mag, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain. Banyak juga yang melakukan diet tertentu untuk mencegah risiko terjadinya penyakit jantung. Pertanyaannya, apakah efektif?

Diet tak hanya melulu soal makan, tapi juga didukung dengan aktivitas fisik seperti olahraga hingga relaksasi. Diet pun dilakukan tak hanya untuk mendapatkan postur tubuh ideal, melainkan untuk menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Faktanya, baik tubuh kurus maupun gemuk sama-sama memiliki faktor risiko terjadinya penyakit.

American Dietetic Association menganjurkan agar Anda melakukan diet dengan sehat dan tepat. Diet tak mencakup pemilihan jenis makanan, tetapi juga makanan harus dikonsumsi pada waktu yang tepat. Berdasarkan rekomendasi dr. Astrid Wulan Kusumoastuti dari KlikDokter, ada sejumlah cara untuk melakukan diet yang tepat.

“Untuk diet, yang harus Anda lakukan adalah mengurangi jumlah kalori dalam sehari. Dalam setiap kali makan, usahakan ada unsur karbohidrat (roti gandum, kentang), perbanyak lauk dengan ikan, perbanyak sayuran dan buah, konsumsi banyak air, serta hindari makanan dan minuman yang terlalu manis dan juga aneka gorengan,” ujarnya.

Lebih lanjut, dr. Astrid menyarankan agar Anda yang diet menghindari makanan kalengan dan fast food (sosis, kentang goreng, nugget) dan jajanan manis. Jika memang lapar, Anda dapat makan buah-buahan yang manis sebagai camilan. Saat sarapan, cobalah untuk makan buah-buahan yang manis sehingga Anda mampu menahan lapar hingga siang. Untuk malam hari, sebisa mungkin hindari makanan dengan porsi terlalu besar.

Dari sekian banyak jenis diet, terdapat diet bernama 5:2 yang tengah populer di sejumlah belahan dunia. Diet ini dilakukan dengan cara makan biasa selama lima hari, lalu melakukan puasa atau membatasi asupan 500-600 kalori pada dua hari sisanya. Katanya, diet ini dapat mengurangi sejumlah risiko gangguan kesehatan, seperti penyakit jantung. Benarkah?

Diet dan risiko penyakit jantung

Baru-baru ini, sebuah studi menemukan bahwa tidak ada bukti bahwa diet 5:2 dapat membantu mencegah penyakit jantung—seperti gembar-gembor di media selama ini. Studi tersebut dilakukan oleh Universitas Surrey dan King’s College London di Inggris, dengan membandingkan antara diet 5:2 dan diet tradisional rendah kalori yang dilakukan setiap hari.

Hasil studi ini menyebut bahwa diet 5:2 diketahui dapat membersihkan lemak dari darah lebih cepat setelah makan lebih banyak ketimbang diet rendah kalori yang lebih sederhana, sehingga dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular. Namun, percobaan ini hanya dilakukan pada 41 orang sehingga tidak signifikan secara statistik.

Para peneliti membagi peserta yang semuanya memiliki kelebihan berat badan. 24 peserta mengikuti diet 5:2 dan 17 peserta lainnya mengikuti diet rendah kalori tradisional. Mereka yang diet 5:2 diberi empat paket makanan yang menyediakan sekitar 25 persen dari perkiraan kebutuhan kalori tubuh. Mereka memakannya selama dua hari berturut-turut dan pada lima hari yang tersisa, mereka bisa makan apa yang mereka inginkan, tapi tetap harus memilih secara bijak.

Para peserta yang mengikuti diet tradisional disarankan untuk mengonsumsi 600 kalori lebih sedikit daripada diet normal mereka, dengan memberikan keleluasaan memilih apa yang mau mereka makan. Dari sini, peneliti menemukan bahwa tidak ada perbedaan nyata baik jumlah berat badan yang hilang maupun waktu yang dibutuhkan untuk menurunkan berat badan.

Dari 41 peserta, 27 orang mencapai target penurunan berat badan lima persen dalam kelompok diet 5:2, serta 12 orang dalam kelompok diet tradisional. Rata-rata, partisipan yang melakukan diet 5: 2 kehilangan 5,4 persen berat badan mereka, sedangkan pelaku diet rendah kalori kehilangan lima persen.

Kesimpulannya, tidak ada perbedaan signifikan pada diet 5:2 bila berbicara soal penurunan kontrol gula darah, sehingga tidak ada perubahan signifikan dalam mengurangi risiko penyakit jantung. Satu-satunya klaim kelebihan dari diet 5:2 adalah mengurangi lemak darah trigliserida setelah makan.

Hanya mengandalkan diet memang tak bisa mengurangi risiko terkena berbagai penyakit, termasuk penyakit jantung. Agar tubuh senantiasa sehat dan dapat menangkal berbagai penyakit, kombinasikan diet sehat dengan olahraga secara rutin serta hindari hal-hal penyebab stres. Sebelum menjalani diet jenis apa pun, konsultasikan ini ke dokter gizi untuk mengetahui apakah diet tersebut cocok untuk Anda.

[RN/ RVS]

Pola MakanKalorigiziDietJantungPenyakit Jantung

Konsultasi Dokter Terkait