HomeIbu Dan anakKesehatan AnakPertolongan Pertama untuk Atasi Reaksi Alergi
Kesehatan Anak

Pertolongan Pertama untuk Atasi Reaksi Alergi

dr. Atika, 02 Nov 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Bagaimana pertolongan pertama mengatasi reaksi alergi pada Si Kecil agar kondisinya tak memburuk? Baca di sini.

Pertolongan Pertama untuk Atasi Reaksi Alergi

Alergi merupakan kondisi sistem imun yang bereaksi terhadap zat asing (alergen) yang masuk ke dalam tubuh, yang disebabkan oleh sesuatu yang dimakan, dihirup, maupun disentuh kulit. Reaksi alergi bisa muncul dengan gejala ringan maupun berat, sehingga krusial untuk memberikan pertolongan pertama untuk mengatasi reaksi alergi si Kecil secara tepat. Jika terlambat atau tidak ditangani dengan benar, justru membahayakan nyawanya.

Alergen yang masuk ke dalam tubuh memang belum tentu zat beracun, yang biasanya berupa makanan, serbuk sari bunga, hingga gigitan serangga. Namun, bagi si Kecil yang memiliki alergi, kondisi ini bisa jadi hal yang bisa mengancam hidupnya.

Alergi terjadi ketika sel imun tubuh mulai menyerang zat-zat yang relatif tidak berbahaya sebagai ‘penyusup’ yang dianggap dapat memberikan pengaruh buruk pada tubuh. Saat kontak pertama dengan zat tersebut, tubuh baru akan memproduksi antibodi. Jika berkontak lagi, antibodi akan siap untuk bekerja  dan memunculkan berbagai gejala alergi.

Pemicu alergi tersering antara lain:

  • Serbuk sari bunga dan tungau debu
  • Makanan yang mengandung protein seperti kacang, kedelai, ikan, telur, dan produk susu
  • Gigitan serangga, misalnya lebah atau tawon
  • Obat, yang paling sering adalah penisilin
  • Karet yang dapat menimbulkan reaksi alergi kulit

Reaksi alergi yang bisa terjadi pada si Kecil

Si Kecil mengalami risiko yang lebih tinggi untuk memiliki alergi jika anggota keluarganya, misal Bunda atau Ayah, juga mengalami hal yang sama. Tak hanya itu, usia anak-anak juga merupakan rentang usia yang lebih rentan mengalami alergi.

Alergen yang menyebabkan alergi tidak sama pada setiap orang. Ketika ada alergen berkontak dengan tubuh, reaksi imun bisa muncul di berbagai area tubuh. Misalnya bila alergen masuk lewat pernapasan seperti serbuk sari atau debu tungau, maka gejala yang bisa dialami si Kecil adalah hidung tersumbat, gatal, bersin, dan beringus.

Saat alergen masuk dari makanan, maka gejala alergi yang muncul bisa meluas dan mencakup beberapa organ tubuh. Berikut di bawah ini adalah beberapa gejala yang muncul jika si Kecil alergi makanan:

  • Rasa kesemutan di mulut
  • Pembengkakan di bibir, lidah, wajah, dan tenggorokan
  • Bentol merah dan gatal di kulit (disebut urtikaria atau biduran)
  • Gejala pada saluran pernapasan yang ditandai dengan sesak napas hingga bunyi “ngik-ngik” pada napas

Waspada anafilaksis

Selain penyebab alergi yang bisa berbeda-beda setiap orang, keparahan gejalanya juga berbeda. Ada yang mengalami gejala alergi ringan, bahkan hingga berat yang mengancam nyawa. Gejala alergi yang bermanifestasi di saluran napas adalah salah satu contoh gejala alergi yang mengancam nyawa.

Jika si Kecil mengalami gejala alergi berat di saluran napas, dapat terjadi penyempitan jalan napas akibat pembengkakan dan produksi lendir yang berlebihan. Saat jalan napas menyempit dan oksigen sulit untuk masuk, bisa terjadi penurunan kesadaran. Kondisi alergi yang berat ini disebut anafilaksis.

Beberapa bentuk alergi, termasuk alergi makanan, obat-obatan, dan gigitan serangga dapat mencetuskan anafilaksis. Berikut ini adalah gejala dari anafilaksis:

  • Pingsan dan kehilangan kesadaran
  • Tekanan darah turun, nadi lemah
  • Sesak napas berat
  • Timbul ruam kulit
  • Kepala pusing dan terasa melayang
  • Mual dan muntah

Lakukan langkah-langkah pertolongan pertama yang harus dilakukan bila si Kecil (atau anggota keluarga lain) mendadak mengalami anafilaksis, antara lain:

  1. Instruksikan si Kecil atau anggota keluarga lain untuk tetap tenang, dalam posisi berbaring, sementara Bunda mencari bantuan petugas kesehatan.
  2. Umumnya, si Kecil yang mengalami alergi berat punya riwayat pengobatan dan memiliki simpanan alat sunti antialergi epinefrin. Jika tersedia, segera suntikkan.
  3. Bila si Kecil mengalami penurunan kesadaran, periksa denyut nadi arteri karotis yang berada di leher. Apabila masih ditemukan adanya denyut, baringkan ia di tempat yang aman dengan posisi kaki agak ditinggikan. Jangan tunda penyuntikan epinefrin.
  4. Sekalipun gejala mereka dengan suntikan epinefrin, si Kecil tetap harus dibawa ke instalasi gawat darurat karena gejala bisa saja muncul kembali saat efek obat habis.

Pertolongan pertama untuk gejala alergi berat tidak boleh terlambat karena berisiko memperburuk kondisi si Kecil, bahkan bisa mengakibatkan kematian.

Sementara itu, reaksi alergi ringan, yang mana si Kecil masih sadar dan tampak tenang (hanya mungkin terganggu dengan keluhannya), juga tak boleh diremehkan. Kondisi ini juga tidak membutuhkan suntikan epinefrin. Pada saat ini terjadi, berikan ia obat-obatan antihistamin untuk menghilangkan gejala alergi.

Misalnya pada si Kecil yang sudah terdiagnosis alergi susu sapi, Bunda bisa memberikannya susu formula kedelai (soya) karena tidak mengandung laktosa, sehingga susu jenis ini juga bisa dikonsumsi si Kecil dengan kondisi intoleransi laktosa.

Cara mencegah terjadinya alergi terbaik adalah menghindari pencetusnya. Inilah dua tugas penting Bunda: mengidentifikasi pencetus alergi agar bisa sepenuhnya dihindari dan mengetahui pertolongan pertama untuk mengatasi alergi si Kecil. Penting juga untuk mengetahui obat penanganannya. Ingat, obat hanya bisa didapat dari resep dokter.

(RN/ RH)

reaksi alergiAnakPertolongan Pertama Atasi AlergiAlergi

Konsultasi Dokter Terkait