Sebagian orang menganggap, melepas orang yang dicintai merupakan tanda ketulusan dan pengorbanan. Di sisi lain, konsep seperti itu dinilai klise dan tak masuk akal.
Pada dasarnya, rasa ingin memiliki dan menjaga sejalan dengan perasaan cinta. Lantas, jika ada yang semudah itu melepas orang yang dicintai, jangan-jangan dia sebenarnya cuma malas berjuang alias tak sepenuhnya sayang?
Kata Psikolog soal Konsep Cinta Tak Harus Memiliki
Gracia Ivonika, M. Psi., Psikolog memberikan pandangannya tentang alasan kenapa ada pihak yang bisa dengan mudahnya melepas orang yang dicintai.
“Cinta tidak harus memiliki sebenarnya bisa menjadi bentuk rasionalisasi atas perasaan yang tidak terbalas. Selain itu, konsep ini juga terjadi karena berbagai hambatan yang membuat si A dan B tidak bisa bersama, meski saling mengasihi,” kata Gracia.
“Secara personal, cinta tidak harus memiliki bisa dimaknai seperti ini: saat hubungan tidak bisa dipaksakan, bukan berarti perasaan cinta dan kepedulian itu harus langsung dibuang. Mungkin bisa diungkapkan dalam bentuk lain yang bisa diterima dan sesuai dengan batasannya,” sambungnya.
Malas memperjuangkan cinta sepertinya bukan alasan utama di balik rasa ikhlas melepaskan orang yang kita cintai.
“Karena, memang benar, tidak ada kata malas untuk memperjuangkan cinta. Hal itu sudah menjadi dorongan internal alami yang sifatnya menyenangkan dan tak bisa diganggu gugat,” kata Gracia.
“Kata yang tepat di sini mungkin bukan malas. Beberapa orang ada yang mengalami insecure, tidak percaya diri, ataupun menyangkal perasaan yang sebenarnya. Alhasil, itu semua menghambat untuk mengekspresikan rasa cinta yang dimiliki,” tegasnya.
Artikel Lainnya: Alasan Kenapa Anda Tak Perlu Berteman dengan Mantan di Medsos
Perhatikan Ini Sebelum Anda Melepas Orang yang Dicintai
:format(webp)/article/oWXwiQWoeVSrYsYbMYfou/original/039401300_1594377930-Ilustrasi-Putus-Cinta-saat-Pandemi-shutterstock_1152887987.jpg?w=256&q=100)
Sebelum melepas atau memperjuangkan, biasanya seseorang ada di fase galau alias momen berpikir.
Nah, agar tak salah dalam memutuskan, coba perhatikan hal-hal di bawah ini:
-
Yakin Bisa Bertahan saat Dia Dimiliki Orang Lain?
Apa yang tak dijaga, besar kemungkinannya untuk dimiliki orang lain. Sebelum Anda benar-benar melepaskannya, coba pikir lagi.
Relakah Anda saat dia bersama yang lain? Bisakah Anda bahagia dengan keputusan tersebut dan mencari gantinya? Jika tidak, lebih baik perjuangkan dulu cinta Anda.
-
Yakin Bisa Hidup Dibayangi Rasa Penasaran?
Kata “seandainya” atau kalimat pendek “bagaimana kalau…” akan terus membayangi hidup Anda. Setiap dengar lagu-lagu bertema pengandaian seperti itu, rasanya sesak.
Rasa penasaran akan terus ada, karena orang yang dicintai sampai sekarang belum termiliki.
Pertanyaannya, bisakah Anda hidup tenang dan tak selalu memikirkan masa lalu? Perasaan yang belum tuntas terhadap si dia bisa mengganggu hubungan Anda dengan orang lain (gebetan baru).
-
Yakin Melepaskan Hanya Karena Insecure?
Seperti yang sempat disinggung Gracia, beberapa orang ada yang merasa insecure sehingga tak berani mengekspresikan cintanya.
Coba Anda pikir-pikir lagi; apakah yakin melepaskan seseorang yang berharga hanya karena rasa tidak percaya diri?
Bagaimana jika dia menerima Anda apa adanya? Bukankah itu sama saja Anda menyia-nyiakan?
Pertanyaan di atas bukan bertujuan untuk menggurui, melainkan sebagai bahan pertimbangan.
Pasalnya, sebagian individu butuh “stimulasi” dan penguatan sebelum berani mengambil keputusan.
Artikel Lainnya: Seorang Maniak Seks Bisa Jatuh Cinta atau Tidak, Ini Kata Psikolog!
Memendam Perasaan dan Melepaskan, Apa Dampaknya untuk Kesehatan Mental?
Tak dimungkiri, cukup sulit untuk ikhlas melepaskan orang yang kita cintai. Alhasil, kita hanya bisa memendam perasaan terus-menerus.
Hal semacam itu sebenarnya tak baik untuk kesehatan mental. Gracia pun menyetujui hal ini.
“Dampaknya untuk kesehatan mental tentunya tidak baik, ya. Perasaan apa pun yang dipendam dan berusaha diabaikan justru membuat emosi itu tidak terproses dengan baik. Individu yang melakukannya akan mengalami konflik internal,” ujar Gracia.
Orang yang selalu memendam emosinya sering merasa bersalah dan marah kepada diri sendiri. Bukan tak mungkin, hal tersebut akan berujung pada kecemasan berlebih.
Berarti, ada dua dampak buruk yang diterima si individu. Pertama, kehilangan orang yang dicintai; dan kedua, punya masalah mental.
Jika berani mengekspresikan perasaannya dan sempat berjuang meski ditolak, setidaknya ada satu dampak: kehilangan orang yang dicintai. Simpel, bukan?
Kini, Anda sudah tahu beberapa pertimbangan dan alasan di balik keputusan untuk melepas orang yang dicintai.
Masih belum puas dengan penjelasan dan butuh konsultasi kepada psikologi? Anda bisa memanfaatkan layanan LiveChat 24 jam atau dengan mengunduh aplikasi Klikdokter.
(NB/AYU)
:format(webp)/article/hv2cSlFbiGkHCgiVkadqn/original/009659200_1612684302-mudah-melepas-orang-yang-dicintai_-tulus-atau-malas-berjuang.jpg?w=256&q=100)