Masalah Kehamilan

Preeklampsia

dr. Muhammad Iqbal Ramadhan, 25 Jan 2023

Ditinjau Oleh

Icon ShareBagikan
Icon Like

Preeklampsia merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada masa kehamilan. Apa saja gejala dan penyebab Preeklampsia? Simak di sini.

Preeklampsia

Preeklampsia

Dokter Spesialis

Spesialis Kebidanan dan Kandungan

Gejala

Kenaikan tekanan darah mencapai lebih dari 140 mmHg/90 mmHg, proteinuria, edema pada betis, perut, punggung, wajah, atau tangan; nyeri ulu hati, gangguan penglihatan, perdarahan di retina, edema paru

Faktor Risiko

Riwayat preeklampsia, hamil lebih dari satu bayi, hipertensi kronis, diabetes tipe 1 atau 2 sebelum hamil, kelainan ginjal, penggunaan fertilisasi in vitro, kegemukan, riwayat keluarga dengan preeklampsia

Cara Diagnosis

Pemeriksaan fisik (tekanan darah), pemeriksaan laboratorium (urine dan darah), pemeriksaan USG, dan Tes nonstress atau profil biofisik

Pengobatan

Perbaikan gaya hidup, terapi medikasi (Antihipertensi, antikonvulsan, kortikosteroid), terminasi kehamilan

Obat

Antihipertensi, antikonvulsan, kortikosteroid

Komplikasi

Eklampsia, pertumbuhan janin terhambat, kelahiran prematur, solusio plasenta, sindrom HELLP, penyakit kardiovaskular, kerusakan organ

Kapan harus ke dokter?

Ibu hamil merasakan sakit kepala berat, gangguan penglihatan mendadak, nyeri perut berat, sesak napas


Pengertian Preeklampsia

Preeklampsia adalah komplikasi pada masa kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah yang mencapai angka 140/90 mmHg.

Biasanya, preeklampsia terjadi setelah kehamilan memasuki usia 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga).

Preeklampsia juga dianggap sebagai kondisi yang paling sering mendahului eklampsia, yakni kondisi kehamilan yang disertai kejang akibat tekanan darah tinggi.

Jika tidak segera ditangani, preeklampsia bisa berakibat fatal baik bagi ibu maupun janin. Seperti perkembangan janin yang tidak sempurna, kelahiran prematur, hingga kematian.

Artikel lainnya: Manfaat Aspirin untuk Mencegah Preeklampsia

Penyebab Preeklampsia

Penyebab preeklampsia hingga saat ini belum dapat diketahui secara pasti. Namun diduga kondisi preeklampsia disebabkan oleh plasenta.

Plasenta adalah kumpulan pembuluh darah yang menghubungkan antara janin dan ibu. Di awal kehamilan, pembuluh darah baru ini berkembang dengan cepat untuk memasok oksigen dan nutrisi menuju plasenta.

Pada wanita dengan preeklampsia, pembuluh darah ini tampaknya tidak berkembang atau berfungsi dengan baik.

Pembuluh tersebut lebih sempit dari kondisi normal dan bereaksi secara berbeda terhadap sinyal hormon. Pada akhirnya, hal tersebut membuat tekanan darah menjadi lebih tinggi dan tidak stabil.

Preeklampsia merupakan salah satu gangguan yang ditimbulkan akibat tekanan darah tinggi (hipertensi) yang dapat terjadi selama kehamilan.

Selain itu, beberapa gangguan lain ini juga bisa berdampak terhadap preeklampsia, seperti:

  • Hipertensi gestasional adalah tekanan darah tinggi yang dimulai setelah 20 minggu tanpa masalah pada ginjal atau organ lain. Beberapa wanita dengan hipertensi gestasional dapat mengalami preeklampsia.
  • Hipertensi kronis adalah tekanan darah tinggi yang terjadi sebelum kehamilan atau yang terjadi sebelum usia kehamilan 20 minggu.

Tekanan darah tinggi yang berlangsung lebih dari tiga bulan setelah kehamilan juga disebut hipertensi kronis.

  • Hipertensi kronis dengan superimposed preeklampsia terjadi pada wanita yang didiagnosis dengan tekanan darah tinggi kronis sebelum kehamilan. Kemudian, kondisi memburuk dan terdapat protein dalam urine atau komplikasi kesehatan lainnya selama kehamilan.

Faktor Risiko Preeklampsia

Kondisi yang dapat mencetuskan risiko preeklamsia menjadi lebih tinggi, meliputi:

  • Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya
  • Hamil lebih dari satu bayi
  • Tekanan darah tinggi kronis (hipertensi)
  • Diabetes tipe 1 atau tipe 2 sebelum kehamilan
  • Penyakit atau kelainan ginjal
  • Gangguan autoimun
  • Penggunaan fertilisasi in vitro
  • Kegemukan
  • Riwayat keluarga dengan preeklampsia
  • Usia 35 tahun atau lebih saat hamil
  • Komplikasi pada kehamilan sebelumnya
  • Lebih dari 10 tahun sejak kehamilan sebelumnya

Gejala Preeklampsia

Preeklampsia terbagi menjadi dua kategori berdasarkan tingkat keparahannya. 

Kedua kategori tersebut adalah preeklampsia ringan dan preeklampsia berat. Tanda dan gejala yang ditimbulkan keempatnya tidak sama.

Pada preeklampsia ringan, gejala yang bisa dikenali antara lain:

  • Kenaikan tekanan darah mencapai 140mmHg/90 mmHg - ≤160mmHg/110 mmHg
  • Proteinuria, yakni didapatkan adanya protein di dalam pemeriksaan urine
  • Edema (penimbunan cairan) pada betis, perut, punggung, wajah atau tangan

Penyakit preeklampsia berat merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan:

  • Tekanan darah ≥160mm / ≥110mmHg
  • Peningkatan kadar enzim hati
  • Oliguria (400 ml/24 jam)
  • Proteinuria (protein dalam air seni 3g/l)
  • Nyeri ulu hati
  • Gangguan penglihatan atau nyeri kepala bagian depan yang berat
  • Perdarahan di retina (bagian mata)
  • Edema (penimbunan cairan) pada paru

Artikel lainnya: Terdeteksi Protein Positif 1 di Hasil Cek Kehamilan, Apa Artinya? 

Diagnosis Preeklampsia

Ibu hamil diharapkan memeriksakan kandungannya secara rutin. Hal ini dapat membantu proses diagnosis lebih cepat dilakukan.

Sebab, saat melakukan pemeriksaan kandungan, dokter juga akan melakukan pengecekan tekanan darah.

Apabila ditemukan kelainan, penanganannya pun dapat dilakukan sesegera mungkin.

Berikut adalah beberapa pemeriksaan yang mungkin akan dilakukan oleh dokter untuk mendeteksi preeklampsia:

  • Diagnosis preeklampsia dapat dilakukan dengan melihat adanya gejala pada pemeriksaan fisik. 

Hal utama yang perlu diperhatikan adalah kenaikan tekanan darah sistole 140 mmHg - ≤160 mmHg dan diastole yang mencapai 90 - ≤110 mm

  • Selain itu, pemeriksaan laboratorium (urine) juga diperlukan untuk melihat proteinuria

Tujuannya untuk mengetahui jika terdapat protein pada urine. Hal lain yang dicek adalah apakah ada edema (penimbunan cairan) pada betis, perut, punggung, serta wajah atau tangan

  • Dari pemeriksaan laboratorium, dapat dilakukan hitung darah lengkap atau CBC untuk mencari jumlah sel darah yang abnormal

Misalnya, jumlah trombosit yang kurang dari 100.000 (trombositopenia) atau jumlah enzim hati yang meningkat

  • Sementara itu, pemeriksaan USG diperlukan untuk mengetahui kondisi janin akibat terjadinya preeklampsia

Dokter kemungkinan akan merekomendasikan pemantauan ketat terhadap pertumbuhan bayi Anda melalui ultrasound

  • Tes non-stres atau profil biofisik. Tes non-stres adalah prosedur sederhana yang memeriksa bagaimana detak jantung bayi bereaksi ketika ibu bergerak.

Profil biofisik menggunakan ultrasound untuk mengukur pernapasan bayi, tonus otot, gerakan, dan volume cairan ketuban di dalam rahim ibu

Pengobatan Preeklampsia

Penanganan preeklampsia dilakukan sesuai dengan gejala yang muncul. Pada preeklampsia ringan, penanggulangan bisa dilakukan dengan rawat jalan (ambulatoir) maupun rawat inap (hospitalisasi).

Penanganan bisa disesuaikan dengan keinginan dan kondisi ibu hamil.

Perubahan Gaya Hidup

Kamu mungkin memerlukan diet khusus atau pengurangan konsumsi garam. Meski demikian, perlu diperhatikan asupan nutrisi.

Dokter juga bisa saja tidak memberikan obat antihipertensi. Namun, Anda tetap perlu melakukan pemeriksaan secara rutin.

Monitoring di Ruang Rawat Inap

Sementara itu, penanganan rawat inap diperlukan apabila ibu mengalami hipertensi yang menetap selama lebih dari 2 minggu.

Hal lain yang membuat ibu memerlukan perawatan ini adalah jika terdapat proteinuria yang menetap selama lebih dari 2 minggu.

Selain itu, hasil tes laboratorium yang abnormal dan perlunya dilakukan pemeriksaan serta monitoring teratur juga memerlukan penanganan rawat inap. 

Monitoring teratur biasanya diperlukan untuk pengecekan tekanan darah, penimbangan berat badan, dan pengamatan gejala preeklampsia berat serta eklampsia.

Pada penanganan yang menggunakan rawat jalan, ibu akan diperbolehkan pulang bila terdapat perbaikan tanda-tanda dari preeklampsia atau usia kehamilan sudah mencapai usia 37 minggu atau kurang.

Meski demikian, ibu hamil masih perlu tetap diobservasi.

Pada preeklampsia berat, komplikasi kehamilan ditandai dengan timbulnya tekanan darah tinggi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

Penanganan dapat dilakukan berdasarkan usia kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat.

Pemberian Obat-Obatan

Penanganan yang bisa dilakukan adalah perawatan aktif. Artinya kehamilan harus segera diakhiri (terminasi kehamilan). Ibu juga memerlukan obat-obatan tertentu.

Adapun, perawatan konservatif dilakukan dengan tetap mempertahankan kehamilan dengan dibantu obat-obatan tertentu, meliputi:

  • Obat antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah
  • Obat antikonvulsan, seperti magnesium sulfat, untuk mencegah kejang
  • Kortikosteroid untuk meningkatkan perkembangan paru-paru bayi Anda sebelum melahirkan

Pencegahan Preeklampsia

Bukti klinis untuk pencegahan preeklamsia adalah penggunaan aspirin dosis rendah.

Dokter dapat merekomendasikan untuk konsumsi tablet aspirin 81 miligram setiap hari setelah memasuki usia kehamilan 12 minggu, jika ibu memiliki satu faktor risiko tinggi untuk preeklamsia atau lebih dari satu faktor risiko sedang.

Saat menjalani masa kehamilan, terutama jika pernah mengalami preeklamsia sebelumnya, ada baiknya ibu menjaga kesehatan sebaik mungkin.

Bicaralah dengan dokter yang merawat tentang mengelola kondisi apa pun yang meningkatkan risiko preeklampsia.

Pertimbangkan segala asupan obat dan suplementasi yang dapat mencegah preeklampsia.

Artikel lainnya: Mengenal Hipertensi Gestasional yang Berisiko Dialami Ibu Hamil 

Komplikasi Preeklampsia

Komplikasi preeklampsia yang mungkin saja terjadi cukup banyak, meliputi:

Eklampsia

Eklampsia adalah timbulnya kejang atau koma dengan tanda atau gejala preeklamsia. Sangat sulit untuk memprediksi apakah seorang pasien dengan preeklamsia akan berkembang menjadi eklampsia. Eklampsia dapat terjadi tanpa tanda atau gejala preeklamsia yang diamati sebelumnya.

Pertumbuhan Janin Terhambat

Preeklampsia memengaruhi arteri yang membawa darah ke plasenta. Apabila plasenta tak mendapat cukup darah, bayi mungkin menerima darah dan oksigen yang tidak memadai dan nutrisi yang lebih sedikit.

Hal ini dapat menyebabkan pertumbuhan yang lambat yang dikenal sebagai pertumbuhan janin terhambat.

Kelahiran Prematur

Preeklamsia dapat menyebabkan kelahiran prematur yang tidak direncanakan, yaitu sebelum 37 minggu.

Bayi yang lahir prematur memiliki peningkatan risiko kesulitan bernapas dan makan, masalah penglihatan atau pendengaran, keterlambatan perkembangan, dan cerebral palsy.

Solusio Plasenta

Preeklampsia meningkatkan risiko solusio plasenta, yaitu kondisi plasenta lepas dari dinding bagian dalam rahim sebelum proses melahirkan

Solusio yang parah bisa memicu perdarahan hebat, yang berbahaya dan mengancam jiwa ibu dan janin.

Sindrom HELLP

HELLP adalah hemolisis (penghancuran sel darah merah), peningkatan enzim hati, serta jumlah trombosit rendah.

Bentuk preeklampsia yang parah ini memengaruhi beberapa sistem organ. Sindrom HELLP mengancam keselamatan ibu dan bayi, dan dapat menyebabkan masalah kesehatan seumur hidup bagi ibu.

Kerusakan Organ Lainnya

Preeklampsia dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal, hati, paru-paru, jantung, atau mata, dan dapat menyebabkan stroke atau cedera otak lainnya.

Jumlah cedera pada organ lain tergantung pada seberapa parah preeklampsia.

Penyakit Kardiovaskular

Memiliki preeklampsia bisa memicu risiko sakit jantung dan juga pembuluh darah di masa depan.

Risikonya bahkan lebih besar bila kamu pernah alami preeklampsia lebih dari sekali ataupun pernah melahirkan prematur.

Kapan Harus ke Dokter?

Pastikan kamu selalu melakukan kontrol rutin prenatal sehingga penyedia layanan kesehatan dapat memantau tekanan darah ibu secara berkala.

Hubungi dokter atau datangi segera ke fasilitas gawat darurat jika kamu mengalami sakit kepala berat, penglihatan kabur atau gangguan visual mendadak, nyeri perut berat, atau sesak napas.

Jangan tunggu sakit! Yuk, pakai layanan Tanya Dokterdan Temu Dokter di aplikasi KlikDokter. Kamu juga bisa mengunduh aplikasi KlikDokter untuk mengikuti informasi kesehatan tepercaya.

[HNS/NM]