Pengertian Antiprestin
Antiprestin adalah obat dengan kandungan Fluoxetine yang termasuk sebagai antidepresan golongan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI). Antiprestin digunakan untuk mengatasi depresi, gangguan obsesif kompulsif (OCD), gangguan disforik pramenstruasi (kondisi medis yang rentan dialami wanita menjelang menstruasi), bulimia (gangguan makan), dan serangan panik.
Obat ini bekerja dengan meningkatkan aktivitas zat alami serotonin dalam otak. Serotonin sendiri merupakan zat yang dipercaya dapat menimbulkan perasaan nyaman dan senang. Dengan meningkatnya aktivitas serotonin, maka gangguan pada keadaan emosional, tidur, nafsu makan, energi, dan ketertarikan dengan aktivitas sosial dapat teratasi.
Artikel Lainnya: Kenali Gejala Depresi Terselubung dan Cara Mengatasinya
Keterangan Antiprestin
- Golongan: Obat Keras
- Kelas Terapi: Antidepresan
- Kandungan: Fluoxetine 10 mg; Fluoxetine 20 mg
- Bentuk: Kapsul
- Satuan penjualan: Strip
- Kemasan: Box 3 Strip @10 Kapsul
- Farmasi: Pharos Indonesia
Kegunaan Antiprestin
Antiprestin digunakan untuk mengobati depresi, gangguan obsesif kompulsif (OCD / Obsessive Compulsive Disorder), bulimia, gangguan panik (Panic Disorder).
Artikel Lainnya: Jenis Gangguan Mental OCD yang Perlu Anda Tahu
Dosis dan Aturan Minum Antiprestin
Penggunaan Antiprestin Kapsul harus dikonsultasikan dengan dokter. Dosis penggunaan Antiprestin secara umum adalah:
- Depresi, OCD: dosis awal yang dianjurkan adalah 20 mg perhari, dosis dapat ditingkatkan setelah penggunaan selama beberapa minggu tetapi tidak boleh melebihi 80 mg perhari.
- Bulimia: diberikan dosis 60 mg perhari.
- Gangguan panik: 10 mg perhari selama minggu pertama, kemudian dinaikkan menjadi 20 mg perhari. Dosis bisa kembali dinaikkan setelah penggunaan selama beberapa minggu, tetapi tidak boleh melebihi 60 mg perhari.
Cara Penyimpanan
Simpan pada suhu 20-25 derajat Celcius, di tempat kering dan sejuk.
Efek Samping Antiprestin
Efek samping penggunaan Antiprestin yang mungkin terjadi adalah:
- Mual muntah, nyeri perut, sembeliy, mulut kering, nafsu makan meningkat
- Halusinasi, mengantuk, insomnia
- Gemetar
- Badan lemas
- Gatal dan ruam pada kulit
Kontraindikasi
Hindari penggunaan pada pasien dengan kondisi:
- Pemberian bersamaan atau dalam 2 minggu penarikan MAOI.
- Penggunaan bersama dengan / pimozide atau thioridazine.
Artikel Lainnya: Cara Efektif Mengatasi Serangan Panik
Interaksi Antiprestin dengan Obat Lainnya
- Dapat menyebabkan sindrom serotonin jika diberikan bersamaan dengan obat serotonergik (misalnya triptans, TCA, fentanil, tramadol, litium, buspirone, triptofan).
- Dapat meningkatkan risiko perdarahan jika diberikan bersamaan dengan aspirin, NSAID, warfarin, dan antikoagulan lain.
- Dapat meningkatkan kadar fenitoin dalam plasma.
- Berpotensi Fatal: Dapat meningkatkan risiko sindrom serotonin jika diberikan bersamaan dengan pemberian bersama atau dalam 14 hari penghentian MAOI. Dapat meningkatkan efek pemanjangan QTc dari pimozide dan thioridazine.
Kategori Kehamilan
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengkategorikan Antiprestin ke dalam
Kategori C:
Studi pada hewan telah menunjukkan efek buruk pada janin (teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan tidak ada studi terkontrol pada wanita atau studi pada wanita dan hewan tidak tersedia. Obat diberikan hanya jika manfaat yang yang diperoleh lebih besar dari potensi risiko pada janin.
Overdosis
- Gejala: Mual, muntah, kejang, disfungsi jantung mulai dari gangguan irama jantung asimtomatik hingga henti jantung (termasuk aritmia ventrikel dan ritme nodal) atau perubahan EKG yang menunjukkan perpanjangan QTc hingga henti jantung, disfungsi paru, tanda perubahan status SSP mulai dari eksitasi hingga koma.
- Penatalaksanaan: Pengobatan simtomatik dan suportif. Dapat diberikan arang aktif dengan sorbitol. Penanganan pasien overdosis hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis profesional.