HomePenyakitMasalah MentalObsessive Compulsive Disorder (OCD)
Masalah Mental

Obsessive Compulsive Disorder (OCD)

dr. Theresia Rina Yunita, 21 Mar 2022

Ditinjau Oleh dr. Theresia Rina Yunita

Icon ShareBagikan
Icon Like

Obsessive compulsive disorder (OCD) adalah gangguan yang menyebabkan pikiran obsesif dan berulang. Ini penyebab, gejala, dan pengobatannya.

Obsessive Compulsive Disorder (OCD)

OCD

Dokter spesialis

Spesialis penyakit kejiwaan

Gejala

Gejala obsesif dan kompulsif, bahkan keduanya

Faktor risiko

Riwayat keluarga, adanya tekanan hidup atau stres, masalah mental lain

Cara diagnosis

Evaluasi psikologis, kriteria diagnostik untuk OCD, pemeriksaan fisik

Pengobatan

Obat-obatan, psikoterapi, atau bisa juga kombinasi dari keduanya

Obat

Clomipramine (Anafranil), fluoxetine (Prozac), fluvoxamine, paroxetine (Paxil, Pexeva), sertraline

Komplikasi

Masalah kesehatan, hubungan bermasalah, kualitas hidup yang buruk, pikiran dan perilaku bunuh diri

Kapan harus ke dokter?

Gejala sudah mengganggu kualitas kehidupan sehari-hari, ada masalah kesehatan yang muncul, adanya pikiran atau percobaan bunuh diri.

Pengertian Obsessive Compulsive Disorder (OCD)

Obsessive compulsive disorder (OCD) adalah gangguan mental yang membuat penyandangnya tidak punya kontrol atas pikiran-pikiran obsesif serta perilaku yang kompulsif (berulang).

Penderita OCD bisa terjebak di dalam siklus perbuatan dan pikiran berulang yang tidak ada hentinya.

Melakukan “ritual” tersebut bisa menghentikan perasaan cemas sementara.

Akan tetapi, penderita akan melakukan “ritual” itu lagi di saat pikiran obsesifnya muncul lagi.

Siklus tersebut dapat menyita waktu penderita OCD bahkan hingga berjam-jam, yang mengganggu aktivitas harian normal mereka.

Penderita gangguan obsesif kompulsif ini biasanya akan berusaha menghindari pencetus obsesinya. Penderita dewasa bahkan sebagian besar menyadari kalau ritual yang dilakukan tidaklah masuk akal. 

Hanya saja, mereka tidak tahu cara menghentikannya. Gejala pun bisa datang dan pergi, serta mereda atau memburuk, seiring waktu.

Artikel Lainnya: Jenis Gangguan Mental OCD yang Perlu Anda Tahu

Penyebab Obsessive Compulsive Disorder (OCD)

Penyebab penyakit obsessive compulsive disorder (OCD) belum diketahui dengan pasti. 

Namun, beberapa faktor risiko berikut sudah diketahui hubungannya:

  • Genetik

Faktor risiko OCD akan meningkat jika keluarga lingkar pertama, seperti orangtua, saudara kandung, atau anak mengalami gangguan ini.

Risiko bahkan lebih tinggi ketika OCD diderita sejak anak-anak atau remaja.

  • Struktur dan Fungsi Otak

Pasien OCD menunjukkan adanya perbedaan struktur pada bagian korteks frontal (bagian otak di belakang dahi) yang bertugas untuk berpikir, merencanakan, memutuskan, mengontrol emosi dan tubuh, memahami diri sendiri, dan berempati.

Terjadi juga perbedaan struktur subkortikal otak pada pemeriksaan dengan alat pencitraan otak. Namun, hubungan antara gejala OCD dan kelainan pada bagian otak tertentu tersebut masih terus diteliti.

  • Lingkungan

Mereka yang mengalami riwayat kekerasan baik fisik, psikis, maupun seksual saat anak-anak ataupun trauma kekerasan lainnya, berisiko lebih besar alami OCD.

  • Infeksi

Dalam beberapa kasus, seorang anak juga dapat menderita OCD setelah mengalami infeksi streptokokus.

Sindrom ini disebut Pediatric Autoimmune Neuropsychiatric Disorders Associated with Streptococcal Infections (PANDAS).

Diagnosis Obsessive Compulsive Disorder (OCD)

Dokter akan menentukan diagnosis Obsessive Compulsive Disorder (OCD) dari pemeriksaan gejala-gejala yang ditampakkan oleh penderitanya.

Selain itu, dokter juga dapat menentukannya melalui perbincangan mendalam untuk mengetahui pola perilaku OCD pasien.

Pada gangguan ini tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis OCD.

Gejala Obsessive Compulsive Disorder (OCD)

Penderita obsessive compulsive disorder dapat memiliki gejala obsesif dan kompulsif, bahkan keduanya.

Semua gejala tersebut dapat mengganggu hampir segala aspek kehidupan penderita OCD, dari pekerjaan, sekolah, hingga hubungan personal.

Obsesif adalah pikiran, dorongan, atau gambaran mental yang berulang-ulang sehingga menyebabkan kecemasan.

Gejala gangguan OCD biasanya berupa:

  • Takut kuman
  • Takut melakukan kesalahan
  • Takut akan dipermalukan atau berperilaku yang tidak diterima secara sosial
  • Pikiran tabu atau larangan yang tidak diinginkan meliputi seks, agama, dan bahaya
  • Pikiran agresif tentang diri sendiri atau orang lain
  • Memerlukan hal-hal simetris atau dalam urutan sempurna atau tepat
  • Pikiran ragu-ragu yang berlebihan dan keperluan untuk memastikan berulang-ulang

Sementara itu, kompulsif adalah perilaku berulang penderita OCD karena merasakan dorongan untuk melakukan dalam menanggapi pemikiran obsesif.

Gejala yang terjadi umumnya meliputi:

  • Mandi atau bersih-bersih atau mencuci tangan berlebihan dan berulang-ulang
  • Menolak untuk berjabat tangan atau memegang pegangan pintu
  • Mengurutkan dan menata barang dengan cara yang tepat dan khusus
  • Memeriksa sesuatu berulang-ulang, seperti berulang kali memeriksa pintu yang terkunci
  • Berhitung secara kompulsif
  • Makan dengan urutan spesifik
  • Terjebak pada kata-kata, gambar atau pikiran yang biasanya mengganggu dan tidak akan hilang dan bahkan mengganggu ketika tidur
  • Mengulangi kata-kata atau kalimat atau doa tertentu
  • Perlu melakukan tugas dalam beberapa kali
  • Mengumpulkan atau menimbun barang tanpa nilai jelas

Merupakan hal normal bila seseorang memeriksa ulang suatu hal untuk memastikan segalanya aman.

Namun, berbeda dengan penderita OCD, mereka bisa melakukan berulang-ulang. Biasanya ada perilaku khusus terkait hal ini, seperti:

  • Tidak dapat mengendalikan pikiran atau tingkah lakunya, bahkan bila pikiran atau perilaku tersebut dikenali sebagai sesuatu yang berlebihan
  • Menghabiskan setidaknya 1 jam sehari pada pemikiran atau perilaku ini
  • Tidak senang saat melakukan perilaku atau ritual, tapi mungkin merasa lega sejenak dari kegelisahan yang dipikirkan oleh pikiran
  • Mengalami masalah signifikan dalam kehidupan sehari-hari karena pemikiran atau perilaku ini

Beberapa penderita OCD juga mengalami gangguan tic secara motorik maupun vokal

Tic motorik adalah gerakan yang mendadak, sebentar, dan berulang seperti mata berkedip, wajah meringis, bahu naik, kepala atau bahu menyentak.

Tic vokalis adalah suara yang berulang-ulang seperti suara membersihkan tenggorokan, atau mengendus.

Artikel Lainnya: Awas, Gangguan OCD yang Tak Diobati Dapat Bertambah Parah 

Faktor Risiko Obsessive Compulsive Disorder (OCD)

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko gangguan obsesif-kompulsif meliputi:

  • Riwayat Keluarga

Punya orang tua ataupun anggota keluarga lain dengan OCD juga bisa meningkatkan risiko Anda mengalami gangguan yang sama.

  • Peristiwa Kehidupan yang Penuh Tekanan

Mengalami peristiwa traumatis termasuk stres juga meningkatkan risiko terkena OCD.

Pengalaman buruk tersebut dapat memicu pikiran dan perasaan yang mengganggu, serta tekanan emosional yang menjadi ciri OCD.

  • Gangguan Kesehatan Mental Lainnya

Obsessive compulsive disorder mungkin juga terkait dengan masalah kesehatan mental lainnya, misalnya depresi, gangguan kecemasan, dan penyalahgunaan zat atau tic disorder.

Diagnosis Obsessive Compulsive Disorder (OCD)

Diagnosis gangguan mental OCD ditentukan melalui beberapa cara berikut.

  • Evaluasi psikologis. Dokter akan menentukan diagnosis OCD dari pemeriksaan gejala-gejala yang ditampakkan penderitanya.Dokter juga dapat menentukannya melalui perbincangan mendalam untuk mengetahui pola perilaku OCD pasien.
  • Kriteria diagnostik untuk OCD. Dokter Anda mungkin menggunakan kriteria dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association.
  • Pemeriksaan fisik.
  • Pada gangguan ini tidak diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk mendiagnosis OCD.

Pengobatan Obsessive Compulsive Disorder (OCD)

Pengobatan obsessive compulsive disorder meliputi dua terapi, yaitu obat-obatan, psikoterapi atau bisa juga kombinasi dari keduanya.

Beberapa dari penderita tetap akan mengalami gejala walaupun sudah dalam pengobatan.

Obat-obatan yang digunakan adalah golongan serotonin reuptake inhibitors (SRIs) dan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs).

Penggunaan obat tersebut harus dipantau oleh dokter karena merupakan golongan obat antidepresi.

Psikoterapi merupakan terapi yang efektif untuk penderita OCD, baik dewasa maupun anak-anak.

Salah satu terapi yang cocok untuk penderita OCD adalah terapi perilaku kognitif (cognitive behaviour therapy/CBT).

Studi menunjukkan penurunan gejala kompulsif pada penderita OCD dengan terapi pencegahan eksposur dan respons (salah satu tipe CBT), bahkan pada penderita OCD yang tidak merespons pada obat SRI.

Artikel Lainnya: Opsi Perawatan Medis untuk Penderita OCD 

Obat Terkait Obsessive Compulsive Disorder (OCD)

Pilihan obat yang digunakan OCD meliputi serotonin reuptake inhibitors (SRIs) dan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs).

  • Clomipramine (Anafranil) untuk orang dewasa dan anak-anak 10 tahun ke atas
  • Fluoxetine (Prozac) untuk orang dewasa dan anak-anak 7 tahun ke atas
  • Fluvoxamine untuk orang dewasa dan anak-anak 8 tahun ke atas
  • Paroxetine (Paxil, Pexeva) hanya untuk orang dewasa
  • Sertraline (Zoloft) untuk dewasa dan anak-anak berusia 6 tahun ke atas

Semua obat ini harus dalam pengawasan dokter, tidak dapat dikonsumsi secara bebas. Pasien OCD ditangani oleh dokter spesialis kejiwaan. 

Pencegahan Obsessive Compulsive Disorder (OCD)

Penyakit OCD ini tidak dapat dicegah. Diagnosis dini dan terapi yang sesuai dapat mengurangi waktu yang pasien habiskan karena penyakit ini dan bisa meningkatkan kualitas hidup penyandang OCD.

Komplikasi Obsessive Compulsive Disorder (OCD)

Komplikasi akibat gangguan obsesif-kompulsif yang tidak ditangani dapat mencakup:

  • Waktu berlebihan yang dihabiskan untuk terlibat dalam perilaku ritual
  • Masalah kesehatan, seperti dermatitis kontak karena sering mencuci tangan
  • Kesulitan menghadiri pekerjaan, sekolah atau kegiatan sosial
  • Hubungan bermasalah
  • Kualitas hidup yang buruk secara keseluruhan
  • Pikiran dan perilaku bunuh diri

Kapan Harus ke Dokter?

Segera ke dokter jika Anda mendapat gejala berikut:

  • Ketika perilaku atau gejala sudah mengganggu kualitas kehidupan sehari-hari
  • Ada masalah kesehatan yang muncul
  • Adanya pikiran atau percobaan bunuh diri 

Jika kamu punya pertanyaan tentang OCD? Kamu bisa berkonsultasi langsung dengan dokter melalui Layanan Tanya Dokter atau Temu Dokter

Kamu juga bisa booking layanan kesehatan dan jangan lupa download aplikasi KlikDokter. Jangan lupa untuk terus #JagaSehatmu, ya!

(HNS/AYU)