Menu
KlikDokter
Icon Search
Icon LocationTambah Lokasi KamuIcon Arrow
HomeInfo SehatSarafYuk, Turunkan Risiko Terjadinya Demensia dengan Kuliah!
Saraf

Yuk, Turunkan Risiko Terjadinya Demensia dengan Kuliah!

Bobby Agung Prasetyo, 29 Apr 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Sebuah penelitian menyebutkan bahwa kuliah bisa menurunkan risiko demensia di masa depan. Kok bisa? Simak penjelasan ini.

Yuk, Turunkan Risiko Terjadinya Demensia dengan Kuliah!

Demensia merupakan gangguan fungsi kognitif menyeluruh dari otak yang ditandai dengan gangguan fungsi memori atau daya ingat. Kabar terbaru mengatakan kuliah dapat membantu Anda terhindar dari penyakit demensia.

Menurut dr. Nadia Octavia dari KlikDokter, demensia turut membawa sejumlah gangguan yang amat merugikan bagi penderitanya.

“Kondisi ini disertai satu atau lebih gangguan fungsi kognitif lain, di antaranya kemampuan berbahasa, orientasi, eksekutif atau kemampuan bertindak secara berencana dan mengambil keputusan, berhitung dan pengenalan benda,”

Untuk menangani kepikunan agar tidak semakin progresif, dr. Nadia menjelaskan bahwa seseorang dapat terus distimulasi dengan berbagai aktivitas otak seperti membaca, bercerita, menjahit, merajut, dan kegiatan terkait lain.

Untuk membedakan demensia yang disebabkan karena proses degeneratif (penuaan) atau karena penyakit Alzheimer, perlu dilakukan pemeriksaan oleh dokter spesialis saraf.

Di samping penjelasan di atas, tahukah Anda bahwa orang dengan pendidikan setara perguruan tinggi memiliki risiko demensia lebih lambat daripada mereka yang tidak? Dilansir dari Newsweek, hal tersebut disampaikan dalam sebuah studi baru di Amerika Serikat.

Penelitian yang melibatkan lebih dari 10 ribu orang dewasa di Amerika Serikat tersebut, menunjukkan bahwa peserta dengan gelar sarjana atau lebih tinggi memiliki kognisi yang baik di usia senja yakni sekitar 80-an.

Mereka yang tidak menyelesaikan sekolah menengah atau pendidikan kuliah, lebih mungkin terkena demensia pada rentang usia 70 tahun.

Penjelasan logis antara pendidikan tinggi dan demensia

Penelitian yang dituangkan dalam The Journals of Gerontology, Series B: Psychological Sciences and Social Sciences ini, mengambil waktu antara tahun 2000 hingga 2010. Para peserta, yang rata-rata berusia 75 tahun, dikategorikan menjadi empat kelompok. Kelompok pertama, mereka yang tidak menyelesaikan sekolah menengah atas. Selanjutnya, mereka yang tergolong lulusan sekolah menengah atas. Kelompok berikutnya, mereka yang menghadiri tetapi tidak menyelesaikan kuliah, dan mereka yang lulus kuliah dan mendapat gelar.

Jurnal tersebut mencatat bahwa orang-orang dengan pendidikan tinggi memiliki prevalensi demensia yang lebih rendah dan lebih sehat secara kognitif. Hal ini terjadi karena otak orang-orang yang menempuh pendidikan tinggi banyak dihadapkan dengan sistematika pembelajaran bangku kuliah yang lebih kompleks.

Menurut Sara Imarisio, kepala penelitian di Alzheimer’s Research UK, penelitian ini menambah temuan sebelumnya yang menyoroti pentingnya menempuh pendidikan tinggi. Bahkan risiko demensia akan semakin rendah saat seseorang kembali duduk di bangku kuliah untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi dibanding sebelumnya.

“Jumlah pendidikan yang diterima seseorang mungkin terkait erat dengan faktor risiko demensia lainnya, termasuk merokok, diet dan kesehatan jantung, dan penelitian ini tidak dapat mengungkap faktor-faktor ini secara terpisah,” ujarnya.

Mengatasi demensia sejak dini

Demensia adalah istilah luar yang digunakan untuk menggambarkan penyakit generatif terkait dengan penurunan kemampuan kognitif seseorang, seperti memori dan kinerja tugas sehari-hari.

Aktivitas perkuliahan mengajarkan Anda pola pikir yang lebih sistematis dan menuntut diri berhadapan dengan kasus-kasus nyata di lapangan. Di situlah otak terpicu untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sosial masyarakat dan fungsinya lebih terpakai dibanding yang tidak menempuh pendidikan tinggi.

Banyak studi menunjukkan bahwa orang yang terus belajar sepanjang hayatnya memiliki persambungan sel-sel saraf otak yang lebih banyak dan lebih kuat. Mengapa bisa? Menurut dr. Fiona Amelia dari KlikDokter, mempelajari hal-hal baru akan memicu pembentukan sinaps baru yang merupakan persambungan sel-sel saraf otak.

Nah, ternyata menempuh pendidikan tinggi lewat bangku kuliah terbukti mampu menurunkan risiko terkena demensia. Meski demikian, menurunkan risiko demensia tak selalu harus dengan kuliah. Segala bentuk aktivitas belajar seperti membaca, mengisi teka-teki silang, hingga mendiskusikan sebuah topik, bisa melatih kemampuan otak Anda. Jadi, agar terhindar dari demensia, jangan pernah berhenti untuk belajar, ya.

[NP/ RVS]

KuliahPikunRisiko DemensiaDemensia

Konsultasi Dokter Terkait