Reproduksi

Mitos Operasi Pengangkatan Rahim yang Tidak Perlu Dipercaya

Endah Murniaseh, 22 Mar 2022

Ditinjau Oleh dr. Arina Heidyana

Terdapat mitos operasi pengangkatan rahim yang kerap bikin wanita panik. Apa saja mitos prosedur pengangkatan rahim? Ketahui di sini.

Mitos Operasi Pengangkatan Rahim yang Tidak Perlu Dipercaya

Histerektomi atau operasi pengangkatan rahim dilakukan untuk mengangkat sebagian maupun seluruh rahim. Ini merupakan salah satu prosedur yang bisa dilakukan untuk mengatasi nyeri kronis, kanker, dan infeksi di rahim.

Histerektomi merupakan operasi besar dan memiliki risiko, sehingga wanita perlu berkonsultasi kepada dokter sebelum menjalaninya. 

Agar lebih memahami prosedur dan efek setelahnya, ada baiknya mengetahui berbagai mitos operasi pengangkatan rahim yang tak perlu Anda khawatirkan:

1. Langsung Sebabkan Menopause

Kekhawatiran terjadinya menopause sering muncul saat histerektomi dilakukan. Padahal, tidak semua jenis histerektomi langsung membuat wanita menopause.

Melansir Medical News Today, menopause setelah histerektomi memang bisa langsung terjadi jika kedua indung telur (ovarium) diangkat.

Akan tetapi, jika ahli bedah tidak mengangkat 1 atau 2 ovarium, maka menopause setelah operasi tidak akan langsung terjadi. Biasanya menopause mungkin terjadi dalam kurun lima tahun setelah prosedur.

Meski begitu, dr. Arina Heidyana mengatakan histerektomi tanpa pengangkatan indung telur tetap meningkatkan risiko menopause dini.

Hal ini dikarenakan aliran darah ke indung telur akan terganggu, yang menyebabkan hormon seks menurun.

Melansir Healthline, saat hormon seks yaitu estrogen dan progesteron menurun hingga di tingkat rendah, wanita bisa berhenti menstruasi yang menandakan menopause.

2. Memengaruhi Kehidupan Seks

Kekhawatiran berikutnya yang kerap muncul setelah operasi pengangkatan rahim adalah penurunan kepuasan seksual. Padahal, histerektomi justru bisa meningkatkan fungsi seksual. 

Karena, setelah operasi, tidak akan ada lagi rasa sakit, perdarahan, dan kram yang mengganggu. Kondisi ini sebenarnya bisa membuat hasrat seksual meningkat.

Menurut dr. Theresia Rina Yunita, histerektomi memang bisa meningkatkan fungsi seksual.

“Bisa terjadi peningkatan frekuensi orgasme, serta berkurangnya nyeri pascatindakan histerektomi yang membuat fungsi seksual meningkat,” jelas dr. Theresia.

Prosedur operasi pengangkatan rahim juga relatif tidak memengaruhi sensasi seksual. Pasalnya, histerektomi tidak memengaruhi panjang vagina. Meskipun memang akan dilakukan penjahitan pada jaringan vagina bagian atas.

Rata-rata sensasi seksual pada wanita berasal dari klitoris dan saraf bagian depan vagina. Jadi, pengangkatan rahim umumnya tidak berdampak negatif pada hubungan seks. 

Tetapi, risiko komplikasi tetap ada. Jaringan parut pada vagina pun bisa saja menimbulkan rasa sakit saat berhubungan intim.

3. Menyebabkan Bekas Luka yang Besar

Histerektomi dianggap bisa meninggalkan bekas luka yang besar. Padahal, bekas luka bergantung pada ukuran rahim.

Jika memang ukuran rahim besar, maka sayatan yang dibuat juga besar. Namun, sayatan biasanya berukuran kecil dan tidak terlalu invasif.

Jika rahim berukuran normal, pengangkatannya dapat dilakukan melalui vagina dan tidak memerlukan sayatan di perut. Tapi, jika ukuran rahim sedikit lebih besar, maka diperlukan 2-4 sayatan berukuran seujung jari pada perut.

4. Hanya Dilakukan pada Wanita Dewasa dengan Kanker Rahim

Pernyataan tersebut merupakan mitos histerektomi. Nyatanya, operasi ini bisa dilakukan pada semua kalangan usia yang mengalami masalah pada rahim, misalnya fibroid rahim, perdarahan vagina tidak normal, endometriosis, dan lainnya. 

Histerektomi pun bisa dilakukan sebelum atau setelah menopause pada kondisi tertentu. 

Artikel lainnya: Benarkah Pengangkatan Rahim Kurangi Kepuasan Seks Wanita?

5. Masih Bisa Hamil Setelah Histerektomi Parsial

Hal ini mungkin sulit diterima, namun wanita umumnya tidak bisa hamil meski hanya sebagian rahim yang diangkat (histerektomi parsial). Dokter Arina mengatakan pengangkatan rahim menyebabkan janin tidak memiliki tempat untuk berkembang.

6. Terapi Hormon Tidak Bisa Dilakukan Setelah Operasi

Osteoporosis merupakan salah satu gejala menopause. Jika histerektomi melibatkan pengangkatan indung telur, maka risiko osteoporosis bisa meningkat.

Penggunaan terapi hormon tetap bisa diberikan usai prosedur untuk meredakan gejala menopause dan menurunkan risiko osteoporosis.

Tidak perlu takut untuk menjalani prosedur operasi pengangkatan rahim jika memang diperlukan. Konsultasikan kondisi Anda kepada dokter lewat fitur Tanya Dokter di aplikasi KlikDokter.

(FR/JKT)

RahimWanitapengangkatan rahim

Konsultasi Dokter Terkait