Menu
KlikDokter
Icon Search
Icon LocationTambah Lokasi KamuIcon Arrow
HomeInfo SehatKesehatan UmumSeberapa Penting Dana Darurat di Masa Pandemi?
Kesehatan Umum

Seberapa Penting Dana Darurat di Masa Pandemi?

KlikDokter, 03 Mar 2021

Ditinjau oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Dana darurat adalah satu hal yang wajib dimiliki setiap orang. Untuk tahu seberapa penting dan bagaimana cara mengelola dana darurat, simak ulasan ini!

Seberapa Penting Dana Darurat di Masa Pandemi?

Pandemi COVID-19 masih belum berakhir. Kondisi ini tidak hanya memberikan dampak di sektor kesehatan, sektor perekonomian mau tidak mau juga ikut terkena imbasnya.

Perusahaan tempat Anda bekerja bisa saja mengalami kesulitan dalam mencetak laba. Tak hanya itu, bagi pebisnis, usaha yang Anda jalani saat ini mungkin tidak mencapai target pendapatan.

Risiko pendapatan yang berkurang atau hilang pun dapat mengancam. Oleh karena itu, dana darurat menjadi sangat berguna untuk membantu menghadapi kondisi ekonomi tersebut.

Dana Darurat Sulit untuk Dimiliki

Bagi kebanyakan orang, dana darurat menjadi angan-angan yang rasanya sulit untuk dimiliki.

Ada beberapa hal yang membuat seseorang sulit untuk menabung dana darurat. Berdasarkan data dari program konsultasi keuangan Lifepal, sekitar 90 persen peserta tidak mempunyai dana darurat yang ideal.

Besar kemungkinan, tiga faktor ini yang menjadi penyebabnya:

  • Cicilan utang dalam jumlah besar dan melewati batas ideal.
  • Pengeluaran setiap bulan yang terlampau besar.
  • Kurangnya pemahaman mengenai dana darurat.

Padahal, menurut dr. Jephtah Furano Lumban Tobing, Sp.OT, dalam Instagram Live antara Lifepal dan Klikdokter, dana darurat menjadi asuransi yang sangat penting bagi setiap orang, terutama di masa pandemi COVID-19.

Artikel Lainnya: Benarkah Pemerintah Indonesia Biayai Pasien Coronavirus? Ini Faktanya!

Yang Perlu Diketahui tentang Dana Darurat di Masa Pandemi

Kurangnya pemahaman mengenai dana darurat menjadi salah satu faktor yang membuat orang tidak memiliki simpanan darurat. Lantas, apa yang perlu Anda ketahui soal dana darurat di masa pandemi?

Menurut dr. Jephtah, dana darurat dan asuransi kesehatan sama-sama penting. Jika dana darurat berguna untuk kebutuhan yang sifatnya mendesak, asuransi kesehatan berguna untuk menghadapi risiko finansial karena masalah-masalah kesehatan.

“Jika seorang tidak memiliki asuransi, maka dia harus menyediakan cash atau dana darurat dalam jumlah besar. Tentu itu sangatlah berat,” ujar dr. Jephtah.

Bersamaan dengan itu, Financial Educator Lifepal, Aulia Akbar, CFP® turut menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan dana darurat. Berikut beberapa di antaranya:

1. Dana Darurat Harus Menjadi Prioritas

Dana darurat di masa pandemi harus menjadi prioritas. Besaran dana bisa dihitung dari hasil bagi antara total aset lancar dan pengeluaran bulanan.

  Total Aset Lancar

_________________

Pengeluaran bulanan

Aset lancar adalah aset yang tidak sulit untuk dicairkan dalam bentuk uang. Aset ini biasanya mudah digunakan dalam waktu cepat, umumnya kurang dari setahun.

“Contoh aset lancar, yakni uang yang ada di tabungan dalam mata uang Rupiah ataupun asing, piutang, deposito, dan investasi jangka pendek,” ujar Aulia Akbar dalam IG Live bersama Klikdokter.

Pengeluaran bulanan sendiri bisa dikelompokkan menjadi beberapa bagian, di antaranya:

  • Pengeluaran wajib, seperti pembayaran pajak, cicilan utang, tagihan-tagihan rumah tangga lainnya, dan zakat.
  • Pengeluaran kebutuhan, seperti biaya kebutuhan sehari-hari, misalnya makanan, internet, dan lain-lain.
  • Pengeluaran untuk memenuhi gaya hidup, sebut saja travelling, melakukan hobi, belanja, dan lainnya.

Sederhananya, dana darurat akan mengukur seberapa lama Anda sanggup mencukupi kebutuhan di atas setiap bulannya meski telah kehilangan pendapatan.

Seumpama, seseorang memiliki tabungan berjumlah Rp30 juta dan simpanan deposito sebesar Rp50 juta. Maka, ia memiliki aset lancar setara Rp80 juta.

Jika pengeluaran bulanannya adalah Rp8 juta, maka dana darurat yang dimiliki saat ini cukup untuk 10 bulan.

Artikel Lainnya: Benarkah Berjemur di Bawah Matahari Bermanfaat untuk Mencegah Virus Corona?

2. Pengeluaran dan Kondisi Menentukan Besar Dana Darurat

Pengeluaran bulanan dan kondisi seseorang ikut berpengaruh pada besarnya dana darurat yang perlu dimiliki.

Seorang yang masih muda, belum berkeluarga, produktif, tidak memiliki tanggungan dan utang, umumnya cukup dengan dana darurat yang setara 3 kali pengeluaran bulanan.

Hal tersebut tentu akan berbeda dengan orang yang telah berumah tangga. Idealnya, orang yang telah berkeluarga menyimpan dana darurat minimal 6 kali pengeluaran bulanan.

Lantas, apa yang terjadi jika pemuda lajang terlalu banyak menyimpan dana darurat? Tindakan ini sama dengan mengumpulkan jumlah aset tidak produktif. 

Alangkah lebih baik jika orang yang masih muda menggunakan dana tersebut untuk berinvestasi.

Sederhananya, bila jumlah pengeluaran bulanan, jumlah tanggungan, dan risiko pekerjaan semakin tinggi, maka jumlah dana darurat yang dibutuhkan akan semakin besar juga.

Mengingat kondisi pandemi bisa meningkatkan risiko pemutusan hubungan kerja (PHK) atau hasil pendapatan yang tak pasti, sangat disarankan untuk mempersiapkan dana darurat, termasuk bagi Anda yang lajang.

Artikel Lainnya: Gubernur Meksiko Klaim Orang Miskin Kebal Virus Corona

3. Saat COVID-19, Dana Darurat Dibutuhkan untuk Hal Ini

Bukan hanya untuk menghadapi risiko berkurang atau hilangnya pendapatan, dana darurat juga berfungsi sebagai dana tes COVID-19.

Misalnya, ketika salah satu anggota keluarga terpapar virus corona, Anda perlu menyiapkan biaya tes COVID-19 untuk seluruh anggota keluarga  di rumah.

Termasuk ketika memiliki asisten rumah tangga, Anda perlu turut serta mengajaknya untuk melakukan tes COVID-19.

Tidak semua orang mendapatkan fasilitas tes ini secara gratis dari perusahaan tempat mereka bekerja. Oleh karena itu, dana darurat cukup berguna untuk memenuhi kebutuhan mendesak ini.

Jika dilakukan tanpa rekomendasi dari dokter, maka tes COVID-19 biasanya berbayar dan tidak bisa ditanggung oleh asuransi kesehatan.

Lain halnya ketika Anda bergejala, surat rujukan tes COVID-19 dari dokter pun dapat diberikan.

Artikel Lainnya: Biaya Perawatan Pasien COVID-19 Capai Ratusan Juta, Yakin Siap?

4. Jika Tes COVID-19 Menggunakan Dana Darurat, Bagaimana dengan Medical Check Up Biasa?

Dalam dunia kesehatan, medical check up (MCU) juga patut dipertimbangkan untuk mengetahui kondisi kesehatan terkini.

Mengingat biayanya mahal dan sulit ditanggung asuransi, apakah dana darurat wajib dialokasikan untuk MCU?

Menurut dr. Jephtah, ketika usia seseorang menginjak usia kepala lima, sebaiknya medical check up mulai dilakukan.

Jadi selain mengumpulkan dana darurat, tidak ada salahnya mempersiapkan dana untuk kebutuhan yang satu ini jauh-jauh hari. Namun bagi mereka yang masih muda, kebutuhan akan MCU tidak terlalu mendesak.

5. Jika Dana Darurat Belum Terkumpul, Lakukan Ini

Anda mungkin masih bingung mengenai jumlah yang harus disiapkan per bulannya untuk dana darurat.

Sederhananya, Anda dapat mengalokasikan dana sebesar 10 persen dari pendapatan bulanan untuk menabung dana darurat.

Bila ingin segera memiliki dana darurat, tidak ada salahnya untuk mengalokasikan dana sebesar 30 persen dari penghasilan. Dengan catatan, proses menabung ini tidak memberatkan Anda.

Artikel Lainnya: Atur Budget Kesehatan Selama Pandemi COVID-19

6. Simpan Dana Darurat di Sini

Pakar perencanaan keuangan merekomendasikan penyimpanan dana darurat di beberapa instrumen investasi, misalnya investasi emas atau reksa dana. Akan tetapi, apakah langkah ini sudah tepat?

Dokter Jephtah dan Aulia Akbar berpendapat bahwa Anda bisa memilih aset keuangan lainnya selain tabungan. Tentu yang sifatnya pendapatan tetap serta nilai fluktuasinya tidak tinggi.

Instrumen keuangan yang dapat dipilih, seperti simpanan deposito, rekening tabungan biasa, dan reksa dana pasar uang (RDPU).

Anda dapat menyimpan dana darurat di instrumen tersebut dengan porsi 50 persen di rekening tabungan biasa dan 50 persen di RDPU atau deposito.

Sebab deposito dan reksa dana pasar uang memerlukan waktu lebih dari sehari untuk proses pencairan.

Sebisa mungkin, hindari menabung dana darurat di instrumen investasi dengan fluktuasi tinggi.

Selain itu, ingatlah bahwa dana darurat bukan modal investasi sehingga harus dapat diambil dengan cepat dalam situasi mendesak.

(OVI/AYU)

Advertorialvirus corona

Konsultasi Dokter Terkait

Tanya Dokter