Covid-19

Mengenal D-Dimer pada Pasien COVID-19

Ayu Maharani, 11 Feb 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Istilah D-dimer asing didengar awam, tapi peningkatan kadarnya banyak dialami pasien COVID-19. Apa artinya? Simak di sini!

Mengenal D-Dimer pada Pasien COVID-19

Muncul istilah baru dalam pandemi COVID-19 yang tidak familiar di telinga masyarakat awam: D-dimer. Kepekaan masyarakat tentang D-dimer pada pasien COVID-19 berawal dari unggahan Dahlan Iskan.

Dalam blog-nya, mantan menteri BUMN sekaligus penyintas COVID-19 itu mengaku pemeriksaan angka D-dimer miliknya dulu mencapai 2.600 ng/ml. 

Padahal, batas maksimal D-dimer seharusnya 500 ng/ml. Tak cuma menceritakan pengalaman di rumah sakit, Dahlan pun membahas pasien COVID-19 yang meninggal akibat tingginya kadar D-dimer. 

Pasien tersebut sebenarnya sudah negatif dari infeksi virus corona. Sayangnya, tak lama kemudian ia sesak napas dan harus masuk ICU untuk dipasangi ventilator. Setelah D-dimer-nya diperiksa, kadar yang dimiliki mencapai 6.000 ng/ml.

Bila kondisinya begini, pemeriksaan D-dimer tak kalah penting dari hasil PCR. Mari ketahui penjelasannya berikut ini.

Apa Itu Pemeriksaan D-dimer?

D-dimer merupakan fragmen protein yang mampu membantu proses pembekuan darah. Proses tersebut sangat dibutuhkan ketika kita mengalami luka supaya darahnya berhenti. 

Dokter Astrid Wulan Kusumoastuti menjelaskan, “D-dimer sederhananya adalah parameter pemeriksaan laboratorium yang memberikan gambaran ada atau tidaknya penggumpalan di dalam darah.”

“Selama ini, banyak pasien COVID-19 yang masuk rumah sakit dengan kondisi D-dimer tinggi. Apabila angka D-dimer terlampau tinggi, itu bisa menjadi salah satu prediktor mortalitas (kematian) pada pasien yang dirawat.”

“Dengan mengetahui angka tersebut, tenaga medis dapat menentukan terapi yang tepat untuk meningkatkan prognosis (kesembuhan) si pasien,” jelas dr. Astrid

Kenapa tingginya kadar D-dimer bisa memprediksi kematian pasien COVID-19

Sebab, makin tinggi kadarnya, makin besar risiko pasien mengalami sumbatan akibat penggumpalan darah

Jika darah mengental dan menggumpal, maka masalah seperti emboli paru rentan terjadi. 

Emboli paru merupakan penyumbatan pembuluh darah di paru-paru. Selain penggumpalan darah, emboli paru bisa disebabkan oleh gelembung udara, kuman, tumor, cairan ketuban, dan lemak sumsum tulang yang patah. 

Penderita yang mengalami emboli paru akan mengalami nyeri dada dan sesak napas yang muncul mendadak. 

Artikel Lainnya: Benarkah Virus Corona Bisa Menular Lewat Transfusi Darah?

Kenapa Pasien COVID-19 Rentan Alami Penggumpalan Darah?

Risiko penggumpalan darah umumnya meningkat apabila tubuh tidak aktif secara fisik (banyak rebahan), mengonsumsi makanan berlemak, dan obesitas

Sedangkan pada pasien COVID-19, pembekuan atau penggumpalan darah rentan terjadi karena infeksi virus itu sendiri

Infeksi virus SARS-CoV-2 menyebabkan peradangan sistemik dan badai sitokin yang berlebihan di tubuh pasien

Badai sitokin adalah pelepasan sitokin (senyawa biologis perangsang sel) yang terlalu banyak

Akibatnya, sistem imunitas justru merusak tubuh. Untuk peradangan sistemik, kondisi ini merupakan segala tanda peradangan yang muncul di tubuh akibat infeksi

Kedua hal tersebut pada akhirnya dapat menyebabkan aktivasi koagulasi dan darah kental (hiperkoagulasi). 

Artikel Lainnya: Virus Corona Bisa Bertahan di Ludah dan Tinja Pasien Positif

Cara Mengatasi Kadar D-dimer yang Tinggi

Dalam mengatasi kadar D-dimer tinggi, dr. Astrid menjelaskan, “Untuk pemberian obat-obatan, umumnya yang digunakan adalah agen pengencer darah. Namun, obat ini harus terkontrol. Bila tidak, justru ada risiko pendarahan.”

Sebelum memberikan pengencer darah, ada nilai poin yang dipertimbangkan. Jika kurang dari 7, maka pasien cenderung aman diberikan obat tersebut. 

Sebaliknya, bila jumlah poinnya di atas 7, pengencer darah rentan menyebabkan pendarahan pada pasien. Berikut rinciannya:

  • Gender pria: 1
  • Insufisiensi ginjal moderat: 1
  • Umur 40 hingga 84 tahun: 1,5
  • Rematik: 2
  • Kanker aktif: 2
  • Pengguna kateter vena sentral: 2
  • Insufisiensi renal berat: 2,5
  • Pasien dalam perawatan ICU/ICC: 2,5
  • Hepatic insufficiency: 2,5
  • Usia di atas 85 tahun: 3,5
  • Ulkus gastro-intestinal yang aktif: 4
  • Trombositopenia: 4
  • Pernah alami pendarahan pada tiga bulan terakhir: 4

Bila diberikan secara tepat, obat pengencer darah akan menormalkan kondisi sekaligus mencegah komplikasi dan kematian pasien COVID-19. 

Ingat, banyak minum air putih bukanlah cara ampuh untuk mengencerkan darah kental dan menggumpal pada pasien virus corona.

Mencukupi kebutuhan cairan dan menjaga pola makan hanya efektif kalau Anda ingin mencegah masalah darah yang bukan akibat infeksi virus corona.

Untuk pertanyaan lain seputar COVID-19 dan pemeriksaannya, konsultasikan kepada dokter lewat layanan LiveChat. Anda juga bisa cari tahu info tes PCR dan rumah sakit di Pusat Informasi COVID-19 Klikdokter.

(FR/AYU) 

virus corona

Konsultasi Dokter Terkait