HomePsikologiRelationshipPerbedaan Jatuh Cinta dan Jatuh Hati dari Kacamata Psikolog
Relationship

Perbedaan Jatuh Cinta dan Jatuh Hati dari Kacamata Psikolog

Ayu Maharani, 06 Feb 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Kalau kata lagu Raisa yang judulnya “Jatuh Hati”, rasa tersebut beda dengan jatuh cinta. Sebenarnya, apa beda jatuh cinta dan jatuh hati? Bukannya sama saja, ya?

Perbedaan Jatuh Cinta dan Jatuh Hati dari Kacamata Psikolog

Beda jatuh cinta dan jatuh hati sempat jadi sorotan pada 2016 sejak dirilisnya lagu Raisa berjudul Jatuh Hati. Dalam lagu tersebut, dikatakan bahwa si tokoh Aku bukannya jatuh cinta, melainkan jatuh hati.

Bahkan karena merasa hanya jatuh hati, si tokoh Aku tidak menuntut orang tersebut untuk jadi miliknya.

Alhasil, pendengar pun mulai ngeh alias peka dengan perbedaan jatuh cinta dan jatuh hati. Segala perasaan terhadap lawan jenis langsung diterka-terka. 

Ini jatuh cinta bukan, ya? Ini jatuh hati bukan, ya? Begitu pertanyaan dalam hati Anda. Untuk tahu perbedaan jatuh cinta dan jatuh hati, simak penjelasan dari psikolog di bawah ini. 

Apa Bedanya Jatuh Cinta dan Jatuh Hati?

Ikhsan Bella Persada, M. Psi., Psikolog mengatakan, memang ada perbedaan jatuh cinta dan jatuh hati. 

“Kalau jatuh hati, perasaan itu cenderung hanya rasa ketertarikan terhadap seseorang. Entah karena fisiknya menarik, penampilannya, atau statusnya sebagai orang yang hebat. Hal semacam itu bisa bikin orang jatuh hati,” dia menerangkan. 

“Sementara jatuh cinta, kadar perasaannya lebih dalam lagi. Orang yang jatuh cinta tak sekadar tertarik dengan fisik dan penampilan saja, melainkan sudah ada keterlibatan emosional. Orang yang jatuh cinta sudah membangun dan melibatkan koneksi antar-individu,” Ikhsan melengkapi. 

Ada beberapa komponen dalam jatuh cinta, yaitu ketertarikan fisik atau seksual, kedekatan satu sama lain dan kecocokan emosionalnya, serta komitmen. 

Artikel Lainnya: Anak Jatuh Cinta pada Pria Lebih Tua, Ini yang Perlu Dilakukan Orangtua

Komitmen di sini bisa dilakukan dua arah jika keduanya sama-sama jatuh cinta atau salah satunya saja. Orang yang telanjur jatuh cinta dengan X misalnya, biasanya akan lebih susah pindah ke lain hati.

Hal semacam itu tidak dimiliki oleh perasaan jatuh hati. Komponen dalam perasaan tersebut hanya satu, yaitu ketertarikan. 

Tidak ada komponen komitmen di dalamnya, sehingga satu orang bisa mungkin bisa jatuh hati pada beberapa orang sekaligus. 

Simpelnya, jatuh hati ini lebih ringan daripada jatuh cinta. Orang yang jatuh hati dengan Anda karena fisik, cara berbicara, sifat humoris, dan lainnya yang mudah disebutkan, belum tentu berakhir dengan jatuh cinta. 

Karena belum tentu berakhir dengan jatuh cinta, orang tersebut tidak ingin menjadikan Anda sebagai pasangan tetapnya. 

Kepercayaan diri bisa dikontrol terlebih dulu ketika ada yang menyatakan kekaguman terhadap Anda. Sebab, perasaan seperti itu biasanya tidak berlangsung lama. 

Jika ada yang kurang cocok atau tidak disukai dari fisik atau kepribadian Anda, orang yang sempat jatuh hati itu bisa langsung “ilang feeling” alias ilfeel. 

Kondisi demikian tidak terjadi ketika orang benar-benar jatuh cinta. Kekurangan sebagai manusia biasanya lebih bisa ditoleransi. Dia akan fokus pada kelebihan Anda. 

Artikel Lainnya: Cegah Catfishing, Ini Cara agar Tak Baper dan Tertipu di Dunia Maya

Mana yang Lebih Menyakitkan, Jatuh Cinta atau Jatuh Hati?

Pertanyaan di atas sebenarnya sama seperti pertanyaan analogi berikut. Mana yang lebih menyakitkan, luka gores yang hanya ada di permukaan kulit atau luka tusuk yang sudah sampai menembus organ? 

Tentu jawabannya adalah luka tusuk yang menembus organ karena pisau masuk lebih dalam. 

Hal serupa juga berlaku untuk jatuh cinta dan jatuh jati. Jatuh cinta merupakan perasaan yang lebih dalam.

Jika ada peristiwa yang tidak mengenakkan terjadi saat jatuh cinta, maka efeknya bagi psikis akan lebih kuat. 

Sudah punya pasangan lalu jatuh cinta dengan orang lain bisa dikatakan sebagai hal yang salah. Sementara itu, jatuh hati dengan orang lain saat sudah punya pasangan, tidak bisa langsung dikatakan “bersalah”.

“Kenapa? Karena jatuh cinta sudah melibatkan emosional yang lebih dalam. Pasti dia pun ada rasa ingin memiliki dan menduakan pasangannya. Kalau jatuh hati, itu sekadar kekaguman dan biasanya tak sampai ingin memiliki dan segala macamnya,” ucap psikolog Ikhsan.  

Di sisi lain, Ikhsan juga mengingatkan bahwa jatuh hati tetap berpotensi berubah menjadi obsesi. 

“Hati-hati, meski tidak berujung pada jatuh cinta, jatuh hati atau kekaguman yang berlebihan justru bisa berubah menjadi obsesi. Kalau sudah obsesi, itu jadi hal yang salah dan bikin enggak nyaman pasangannya maupun orang yang dikaguminya,” tutur Ikhsan. 

Tak sulit kan untuk memahami perbedaan jatuh cinta dan jatuh hati? Bila masih ada pertanyaan seputar kesehatan mental dan psikologi hubungan, konsultasikan kepada dokter lewat fitur LiveChat di aplikasi Klikdokter.

(HNS/AYU)

Relationship

Konsultasi Dokter Terkait