HomeIbu Dan anakKesehatan BayiMana Lebih Bahaya untuk Bayi, Overstimulasi atau Kurang Stimulasi?
Kesehatan Bayi

Mana Lebih Bahaya untuk Bayi, Overstimulasi atau Kurang Stimulasi?

Ayu Maharani, 06 Okt 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Stimulasi penting diberikan ke bayi agar tumbuh kembangnya optimal. Jika orang tua justru melakukan overstimulasi atau kurang stimulasi pada anak, gimana, ya?

Mana Lebih Bahaya untuk Bayi, Overstimulasi atau Kurang Stimulasi?

Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk buah hatinya. Orang tua rela memberikan apa saja agar tumbuh kembang anaknya optimal. Salah satu caranya dengan memberikan stimulasi dari nutrisi maupun pola asuh.

Sayangnya, saking ingin si kecil tumbuh jenius, orang tua kerap tak menyadari bahwa yang dilakukannya adalah overstimulasi.

Di sisi lain, ada juga orang tua yang terlalu santai dengan perkembangan anaknya, sehingga si bayi justru kurang stimulasi.

Apa Itu Overstimulasi?

Dalam kuliah WhatsApp (KulWap) bertema “1001 Strategi untuk Generasi Unggul - Persiapan Anak Unggul di Masa Emas Tumbuh Kembang”, pada Kamis (01/10), dr. Margareta Komalasari, Sp.A. sempat menjelaskan soal apa itu overstimulasi.

“Yang dimaksud dengan overstimulasi bayi adalah pemberian stimulasi secara berlebih terhadap anak dan tidak sesuai usia.” jelasnya.

Misalnya saja, bayi diberi makanan atau suplemen untuk anak usia 3 tahun ke atas, padahal usianya belum mencukupi.

Lalu, overstimulasi juga dapat terjadi ketika anak usia 1,5 tahun diajarkan kegiatan, seperti menghitung jumlah benda, memegang pensil dengan baik, mengenal huruf, atau buang air di kloset.

Padahal, menurut dr. Margareta, stimulasi tersebut baru boleh diajarkan pada anak usia 2 atau 3 tahun ke atas. Stimulasi dini itu memang penting, tetapi tidak tepat jika dilakukan demikian.

“Lebih baik, berikan rangsangan yang tepat sesuai dengan tahapan usianya. Tumbuh kembang yang baik hanya bisa didapatkan dari stimulasi yang tepat, genetik, lingkungan, dan perilaku. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda memberikan ciri tersendiri bagi tiap anak,” tambah dr. Margareta.

Artikel Lainnya: Kenali Tanda-tanda Bayi yang Mengalami Overstimulasi

Apa Itu Kurang Stimulasi?

Kurang stimulasi adalah kebalikan dari overstimulasi. Kondisi ini memang lebih populer daripada overstimulasi.

Menurut dr. Margareta, anak yang cukup terstimulasi dan kurang terstimulasi memiliki jumlah serta percabangan sel otak yang berbeda.

“Pada bayi yang baru lahir, jumlah sel dan percabangan di otaknya belum banyak dan tidak kompleks. Ketika si anak punya cukup nutrisi, kasih sayang, dan diberikan stimulasi, maka percabangan sel otaknya menjadi kompleks. Kondisi tersebut berbeda dengan anak yang kurang stimulasi.” tuturnya.

Padahal, semua pusat perkembangan anak ada di otak. Jika otak tidak berkembang maksimal, maka kemampuan anak untuk belajar dan menjalani hidup menjadi kurang baik.

Kita ambil contoh pada bayi yang jarang diajak berbicara oleh keluarganya dan hanya diberikan gawai sejak kecil.

Jika hal ini terjadi, artinya si bayi mengalami kurang stimulasi. Tak menutup kemungkinan si anak nanti mengalami terlambat berbicara (speech delay).

Artikel Lainnya: Kenali Finger Food, Camilan yang Bisa Stimulasi Motorik Si Kecil

Mana yang Lebih Bahaya antara Overstimulasi dan Kurang Stimulasi?

Menanggapi pertanyaan tersebut, begini penjelasan Natasya Dotulong, M.Psi.,Psikolog yang juga Founder Kekoci (Kelas Koki Cilik) kepada Klikdokter.

Menurutnya, baik overstimulasi maupun kurang stimulasi sama-sama tidak baik. Keduanya memiliki risiko masing-masing.

“Sebagai orang tua, kita sering tidak paham betul mana yang overstimulasi dan mana yang kurang stimulasi. Jadi mungkin orang tua bisa lebih fokus pada stimulasi yang tepat sesuai usia,” jelasnya.

Psikolog Natasya menambahkan, “Apabila stimulasi tidak tepat sesuai usia, maka perkembangan anak tidak akan optimal. Tentu ini akan kelihatan dari tugas-tugas perkembangan yang tidak tercapai.”

“Misalkan, anak belum bisa berjalan. Bisa saja karena karena tidak ada stimulasi yang tepat, sehingga fisiknya yang sudah siap itu tidak difasilitasi untuk berlatih berjalan,” lanjutnya.

Ia juga menerangkan, orang tua perlu memerhatikan tanda kurang atau lebihnya pemberian stimulasi pada bayi.

“Akibat bayi overstimulasi, dia bisa meluapkan reaksi negatif, misalnya jadi cranky. Kita perlu aware bahwa bayi tidak nyaman dengan stimulasi yang dilakukan. Kita perlu berikan kenyamanan, seperti memeluk, menggendong, dan stop dulu kegiatannya,” jelasnya.

Hal yang perlu digarisbawahi, orang tua perlu memahami bahwa kondisi setiap bayi itu berbeda. “Jadi, yang paling penting adalah stimulasi sesuai usia!”, Psikolog Natasya mengingatkan.

Artikel Lainnya: Benarkah Bayi Rewel Sudah Pasti Tanda Kolik?

Agar Tak Kurang atau Over, Ini Stimulasi yang Tepat Berdasarkan Usia

Seperti apa, sih, rangsangan bayi yang pas sesuai usianya? Ayah dan Bunda tidak perlu bingung, berikut panduan stimulasi anak dari dr. Margareta:

- Umur 3-6 Bulan

  • Melihat wajah di cermin sambil bermain cilukba.
  • Belajar tengkurap, telentang, bolak-balik.

- Umur 6-9 Bulan

  • Panggil namanya, ajak bersalaman.
  • Ajak tepuk tangan, bacakan dongeng.
  • Belajar duduk dan berpegangan.

- Umur 9-12 Bulan

Lakukan stimulasi seperti usia sebelumnya ditambah dengan:

  • Mengulang kata mama, papa, kakak.
  • Masukkan benda ke dalam wadah.
  • Minum dari gelas, menggelindingkan bola.
  • Belajar berdiri, berjalan, berpegangan.

- Umur 12- 18 Bulan

          Lakukan stimulasi seperti usia sebelumnya ditambah dengan:

  • Mencoret-coret.
  • Menyusun kubus atau puzzle
  • Masuk dan keluarkan benda dari wadah.
  • Main boneka, sendok, piring, gelas.
  • Berjalan tanpa pegangan.
  • Jalan mundur, naik tangga, tendang bola.

Artikel Lainnya: Stimulasi yang Tepat Sesuai Usia Anak

- Umur 18-24 Bulan

Lakukan stimulasi seperti usia sebelumnya ditambah dengan:

  • Tanya, sebut, dan tunjuk bagian tubuh.
  • Tanya dan sebutkan gambar atau benda apa yang ditunjuk
  • Ajak bicara tentang aktivitas sehari-hari (makan, main, minum, mandi, meminta, dan lain-lain).

- Umur 2-3 Tahun

Lakukan stimulasi seperti usia sebelumnya ditambah dengan:

  • Sebutkan warna yang ditunjuk.
  • Ajari kata sifat (dingin, panas, banyak, sedikit, dan lain-lain).
  • Sebutkan nama teman dan saudara.
  • Hitung jumlah benda.
  • Sikat gigi, buang air di toilet.

- Umur > 3 Tahun

Lakukan stimulasi seperti usia sebelumnya ditambah dengan:

  • Pegang pensil dengan baik.
  • Mengenal huruf dan angka sambil bermain.
  • Berhitung sederhana.
  • Berbagai dengan orang lain.
  • Sudah bisa ditinggal sendiri.

Itu dia penjelasan soal stimulasi bayi. Baik over maupun kurang, keduanya sama-sama tidak baik.

Apabila Anda masih ada pertanyaan tentang akibat bayi overstimulasi atau tanda bayi kurang stimulasi, langsung saja konsultasikan hal itu pada dokter kami lewat fitur Live Chat di aplikasi Klikdokter.

(OVI/AYU)

Tumbuh Kembang Anak

Konsultasi Dokter Terkait