Covid-19

Mengapa Musim Dingin Bisa Tambah Jumlah Penderita COVID-19 di Eropa?

Krisna Octavianus Dwiputra, 17 Sep 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Lonjakan kasus infeksi virus corona di Eropa diprediksi akan semakin tinggi selama musim dingin. Bagaimana dengan di Indonesia? Apakah kondisinya akan sama?

Mengapa Musim Dingin Bisa Tambah Jumlah Penderita COVID-19 di Eropa?

Musim dingin segera mendatangi benua Eropa dalam beberapa pekan. Tidak hanya harus berhadapan dengan suhu udara yang semakin rendah, orang-orang yang tingga di Eropa juga diprediksi akan lebih rentan terinfeksi virus corona.

Eropa akan memasuki musim dingin sekitar bukan Oktober atau awal November. Organisasi kesehatan dunia, WHO, menilai musim dingin di Eropa berpotensi tinggi menyebabkan lonjakan kasus COVID-19 di benua biru tersebut.

Peningkatan Kasus Covid di Eropa saat Musim Dingin

Direktur WHO Eropa, Dr. Hans Kluge mengatakan musim dingin bisa menjadi masalah serius bagi penyebaran virus corona di Eropa.

“Ini akan menjadi lebih sulit. Pada Oktober, November, kita akan melihat lebih banyak kematian," kata Hans Kluge.

Apa yang dikatakan oleh Kluge bukan isapan jempol semata. Pasalnya, belum lama ini Prancis mencatat lebih dari 10 ribu kasus infeksi COVID-19 setiap hari untuk pertama kalinya sejak awal pandemi, pada Sabtu pekan lalu.

Menurut catatan WHO, sebanyak 32 dari 55 negara bagian Eropa mengalami peningkatan lebih dari 10 persen untuk insiden COVID-19 selama 14 hari. Tentu, ini adalah alarm yang harus diwaspadai.

Artikel Lainnya: Mau Mulai Beraktivitas? Ini Level Risiko Terinfeksi Virus Corona!

Hubungan Musim Dingin dengan Peningkatan Kasus COVID-19

Salah satu hal yang diduga berperan terhadap melonjaknya kasus COVID-19 di benua Eropa pada musim dingin adalah budaya setempat.

Kluge mengatakan, keluarga-keluarga di Eropa biasanya melakukan banyak pertemuan saat musim dingin tiba.

Pertemuan tersebut membuat peningkatan jumlah kasus di kalangan anak muda, dan pada akhirnya menyebar ke orang tua yang lebih rentan. Hal ini pun berpotensi menyebabkan lonjakan angka kematian.

Kluge pun mengatakan, orang-orang muda yang tinggal di Eropa cenderung melakukan kontak lebih dekat dengan orang tua saat musim dingin tiba. Tentu saja, hal ini meningkatkan kemungkinan penyebaran ke orang yang paling rentan.

Artikel Lainnya: Masker Scuba Dianggap Tak Efektif Atasi Virus Corona, Ini Alasannya!

Apakah Indonesia Akan Mengalami Kondisi Serupa?

Pada saat yang sama, Indonesia rupanya juga sedang memasuki musim penghujan. Lantas, apakah kondisi di Indonesia akan menyerupai Eropa?

Menanggapi pertanyaan tersebut, dr. Devia Irine Putri mengatakan bahwa sebenarnya Indonesia masih belum lepas dari gelombang pertama.

"Ini sepertinya belum masuk gelombang kedua di Indonesia, lebih tepatnya belum selesai. Buktinya, kasus COVID-19 semakin meningkat dan mengkhawatirkan," ungkap dr. Devia.

Bagaimana pun juga, tidak ada negara yang sepenuhnya aman dari ancaman virus corona. Baik negara maju maupun negara berkembang, semuanya dapat menjadi zona merah penyebaran virus mematikan ini.

Mulailah untuk memperbaiki gaya hidup supaya lebih sehat lagi. Patuhi protokol kesehatan yang berlaku, jaga daya tahan tubuh dengan pola makan sehat, dan upayakan untuk tetap di rumah saja selama pandemi virus corona.

Jika Anda curiga atau khawatir mengalami gejala virus corona, lakukanlah deteksi dini dengan berkonsultasi lebih lanjut pada dokter menggunakan layanan LiveChat 24 jam atau dengan mengunduh aplikasi Klikdokter.

(NB/AYU)

virus corona

Konsultasi Dokter Terkait