Covid-19

Apa Orang Indonesia Bisa Adaptasi dengan New Normal COVID-19?

Ayu Maharani, 18 Mei 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

WHO dan Presiden Jokowi ajak masyarakat untuk melakukan new normal COVID-19 untuk cegah frustrasi akibat virus corona. Tapi, bisakah kita melakukannya?

Apa Orang Indonesia Bisa Adaptasi dengan New Normal COVID-19?

Sampai dengan pagi ini (18/5), jumlah kasus positif virus corona di Indonesia ada lebih dari 17.000, dengan angka kematian lebih dari 1.100 dan kesembuhan berjumlah lebih dari 4.100.

Sementara itu, WHO pernah mengatakan virus corona susah hilang dalam waktu dekat. Alhasil, pihaknya menyarankan kepada masyarakat dunia untuk melakukan konsep new normal alias beradaptasi dengan konsep hidup normal baru selepas COVID-19. Seperti apakah itu?

Jokowi dan New Normal Indonesia selama Pandemi Virus Corona

Dilansir dari laman CNN Indonesia, Presiden Jokowi mengatakan, masyarakat bisa kembali beraktivitas, tetapi harus menaati protokol kesehatan yang ketat.

Hal itu disebutnya sebagai kondisi new normal, atau tatanan kehidupan baru di tengah pandemi virus corona.

"Kebutuhan sudah pasti berubah untuk mengatasi risiko wabah ini. Itu keniscayaan, itulah yang oleh banyak orang disebut sebagai new normal atau tatanan kehidupan baru," kata Jokowi dalam pernyataannya di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (15/5).

Jokowi juga menyatakan, masyarakat Indonesia harus menyesuaikan dan hidup “berdampingan” dengan COVID-19. Apalagi, dikatakan Jokowi, WHO telah mengingatkan kita bahwa virus ini tidak akan hilang dalam waktu dekat dan tetap ada di antara masyarakat.

Jokowi menegaskan, hidup berdampingan dengan COVID-19 dan menerapkan konsep normal baru di Indonesia bukan berarti menyerah dan pesimis. Ini justru menjadi titik tolak menuju tatanan kehidupan baru masyarakat.

"Berdampingan itu justru kita tidak menyerah, tapi menyesuaikan diri. Kita lawan virus corona dengan mengedepankan dan mewajibkan protokol kesehatan yang ketat," katanya.

Adapun protokol kesehatan yang wajib dijalani yaitu menjaga jarak aman (physical distancing), mengenakan masker, dan sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

Tak cuma itu, Jokowi mencontohkan kondisi new normal Indonesia yang sebenarnya sudah dijalani. Misalnya, restoran yang diisi oleh separuh kapasitas maksimal tempat.

Jokowi mengungkapkan, bila nanti sudah diputuskan, sektor-sektor usaha yang tutup dapat berangsur-angsur dibuka kembali. Namun, dengan cara-cara yang aman agar tidak menimbulkan risiko kenaikan yang signifikan.

Apa Kata Dokter soal New Normal di Indonesia?

Menanggapi soal tatanan kehidupan normal baru saat atau selepas COVID-19, begini penjelasan dr. Devia Irine Putri kepada KlikDokter.

“Menurut saya, kalau memang ada kebijakan ‘new normal’, ini sebenarnya bagus, sih. Kebanyakan dari kita memang frustrasi karena tidak tahu kapan pandemi ini berakhir. Jadi, konsep hidup normal baru di Indonesia maupun di dunia bisa menjadi angin segar,” jelasnya. 

“Tapi masalahnya, kesulitannya di Indonesia adalah mengontrol kesehatan masyarakatnya. Dalam konsep new normal, ada pelonggaran aktivitas dengan memperketat protokol kesehatan. Berarti, pemerintah harus menjamin bahwa mereka bisa sediakan fasilitas yang memadai, termasuk untuk isolasi hingga tracking kontak orang positif,” kata dr. Devia.

Perlu diketahui juga, jumlah tenaga medis dan fasilitas kesehatan di Indonesia sebenarnya masih tertinggal.

Ditambah dengan rakyatnya yang kurang peduli, maka ada kemungkinan bahwa pelaksanan konsep new normal di Indonesia tidak bisa berjalan maksimal.

“Sepertinya negara maju bisa menerapkan tatanan hidup baru ini dengan lebih baik, karena masyarakatnya lebih berpikir ke depan. Kalau di Indonesia, sepertinya masih agak susah, ya, untuk menerima kebijakan, sekali pun ini kebijakan hidup normal baru di saat dan selepas COVID-19,” dr. Devia melengkapi.

Artikel Lainnya: Waspada! WHO Peringatkan Adanya Peredaran Obat Virus Corona Palsu!

Tahapan Menerima Kehidupan Normal Baru

Untuk menuju ke kehidupan normal baru selama pandemi COVID-19, psikiater Amerika Serikat, Elizabeth Kubler-Ross menggambarkannya sama seperti kondisi berduka.

Adapun tahapan psikologis yang akan dilalui masyarakat saat beradaptasi dengan konsep hidup normal baru di masa pandemi virus corona yaitu:

1. Penolakan terhadap situasi. Tahap ini akan melibatkan penghindaran, kebingungan, guncangan, atau ketakutan.

2. Marah. Tahap ini akan melibatkan perasaan frustrasi dan kecemasan.

3. Tawar-menawar atau berjuang untuk menemukan makna atau hikmah dari apa yang terjadi. Dalam tahap ini, terdapat keharusan membuat kesepakatan untuk menyelesaikan rasa penyesalan atau rasa bersalah.

4. Depresi. Tahap ini dapat menimbulkan perasaan kewalahan, tidak berdaya, atau terisolasi.

5. Penerimaan. Pada tahap ini, seseorang akan mencapai perasaan tenang dan menerima keadaan. Penerimaan keadaan juga membuat pikiran mulai bekerja dan mencari tahu apa yang akan dilakukan selanjutnya untuk beradaptasi dengan keadaan.

Bagaimana Dampak Konsep Normal Baru Secara Psikologis?

Meski ada rasa pesimis terhadap penerapan konsep hidup normal versi baru di masa pandemi virus corona, Ikhsan Bella Persada, M. Psi.,Psikolog mengatakan, konsep ini sebenarnya bisa berdampak positif terhadap mental masyarakat.

“Iya, manfaat konsep hidup normal baru saat atau selepas COVID-19 ini adalah mereka akan merasa bahagia karena bisa menikmati lagi aktivitasnya, meskipun ada protokol kesehatan yang harus ditaati,” kata Ikhsan.

Lagipula, dengan adanya konsep tersebut, kita jadi terbiasa hidup bersih untuk seterusnya. Ini dilakukan supaya penularan virus corona tidak melonjak lagi.

“Masyarakat pun jadi bisa mengenal diri sendiri. Mereka jadi tahu apa yang membuat cemas dan bagaimana cara mengatasinya. Di kondisi seperti sekarang, menerima dan beradaptasi memang jauh lebih baik ketimbang menuntut apa yang belum bisa diwujudkan,” ia melengkapi.

Apa Persiapan untuk Jalani Hidup Normal Baru?

Sebenarnya, tak banyak yang bisa kita siapkan untuk menjalani konsep hidup normal baru selama dan selepas wabah COVID-19.

“Yang bisa kita lakukan adalah fokus ke diri sendiri saja. Apa yang bisa kita improve, dan apa yang bisa kita perbaiki supaya tetap bisa menghasilkan (produktif) dan sehat selama pandemi virus corona. Tak perlu menuntut kesempurnaan hidup seperti dulu (sebelum wabah terjadi)” pesan Ikhsan.

“Intinya, siapkan mental dan ubah pola pikir. Buat ke depannya, kita pasti jadi lebih sering memakai teknologi untuk memudahkan kehidupan normal baru. Jadi, semuanya mesti bersiap,” tutupnya.

Kalau ditanya bisa atau tidak orang Indonesia beradaptasi, sepertinya jawaban yang tepat adalah harus bisa, meski ada banyak yang harus disiapkan.

Mau periksa kondisi pribadi? Bisa dari rumah! KlikDokter bersama Kemenkes RI dan BNPB merilis cek risiko virus corona online.

Gunakan fitur Live Chat 24 jam di aplikasi KlikDokter untuk konsultasi kesehatan lebih praktis dengan dokter. #DiRumahAja, ya!

(FR/AYU)

virus coronaNew Normal

Konsultasi Dokter Terkait