HomeInfo SehatBerita KesehatanTerlalu Macho Bisa Picu Maskulinitas Beracun Seperti Brad Pitt
Berita Kesehatan

Terlalu Macho Bisa Picu Maskulinitas Beracun Seperti Brad Pitt

Ayu Maharani, 21 Mar 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Maskulinitas beracun sudah menjadi “penyakit” pria turun-temurun. Kenali lebih lanjut soal maskulinitas beracun yang juga dialami oleh Brad Pitt.

Terlalu Macho Bisa Picu Maskulinitas Beracun Seperti Brad Pitt

Maskulinitas beracun mungkin masih menjadi istilah asing buat Anda. Padahal, kondisi ini sendiri sudah berlangsung sangat lama dan mengakar, lho! Tak percaya?

Contohnya, laki-laki disarankan untuk selalu kuat dan tak boleh menangis. Apabila ketahuan menangis sedikit saja, bahkan untuk momen yang tepat sekali pun, ia langsung dinilai seperti perempuan.

Nah, mau tahu lebih lanjut tentang apa itu maskulinitas beracun? Yuk, simak lewat ulasan di bawah ini.

Brad Pitt Tahan Tangis 20 Tahun!

Kondisi maskulinitas beracun seperti contoh di atas pun dialami oleh mantan suami Angelina Jolie, Brad Pitt. Lewat pengakuannya kepada media People, dirinya mengatakan bahwa ia tak pernah menangis selama 20 tahun.

Baru akhir-akhir ini saja, semenjak usia sudah mulai menua, Brad Pitt jadi mudah tersentuh oleh anak-anaknya, teman, berita, atau film yang dia saksikan. Lalu, menurut pengakuannya sendiri, itu seperti suatu kemajuan yang sangat baik!

Perilakunya tentu bukan dilakukan tanpa sebab. Selain karena pola asuh atau lingkungan yang menilai bahwa pria harus selalu kuat dan anti menangis, pria yang hipermaskulin seperti itu juga dianggap lebih memikat.

Penyebab Munculnya Maskulinitas Beracun

Pada dasarnya, tak ada yang salah apabila kaum adam memiliki sisi maskulinitas tersebut. Hanya saja, itu dapat menjadi bumerang atau menjadi toxic jika diterapkan secara berlebihan. Mereka akan cenderung kaku (tak ekspresif) dan tak punya empati.

Sementara itu, menurut Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog dari KlikDokter, maskulinitas beracun biasanya berasal dari pola asuh dan budaya yang berlaku.

Artikel Lainnya: Cara Memperbesar Penis dengan Cara Alami dan Medis

“Sejak kecil, orang tua tanpa sadar terus menekankan ‘Ayo, laki-laki nggak boleh nangis kayak anak perempuan!’ Alhasil, sampai gede itu akan terbawa. Dia harus merasa dominan dan tahan banting, meskipun sebenarnya sedang diserang masa-masa yang sulit sekali,” kata Ikhsan.

Hal itu dibuktikan pula oleh penelitian yang dilakukan oleh Michigan State University. Dalam penelitian asal Amerika Serikat tersebut, pria yang menerapkan maskulinitas beracun selama bertahun-tahun bisa membahayakan kesehatan dan hubungan sosialnya sendiri.

Sosiolog Michigan State University, Stef Shuster mengungkapkan pria yang kerap mendambakan sifat hipermaskulin cenderung merasa kesepian, punya masalah keuangan, bahkan memiliki kondisi kesehatan yang buruk.

Pria dengan maskulinitas beracun umumnya ogah menceritakan masalahnya kepada orang lain. Sehingga, ia mendapat pertolongan dan dukungan yang minim (bahkan bisa saja tak ada), meskipun sebenarnya perlu.

Maskulinitas beracun terkadang membuat pria melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak dia inginkan. Misalnya, merokok, minum-minuman keras, narkoba, atau melakukan hal-hal yang bisa menyakiti dirinya sendiri bahkan makhluk hidup lain!

Tidak sekadar pola asuh dan budaya, industri rokok, minuman beralkohol, dan lain sebagainya juga membangun citra maskulin yang salah.

Sama seperti industri kosmetik yang sempat membuat pola pikir wanita bahwa cantik itu harus putih dan langsing, mereka menjual mimpi bahwa pria yang disukai wanita adalah pria yang tak takut apa pun, punya sifat yang kuat, kasar, dan harus suka petualangan. Kalau tidak? Maka Anda dianggap bukan pria sejati.

Artikel Lainnya: Benarkah Orang Berwajah Simetris Lebih Sehat?

Bagaimana Mengatasi Maskulinitas Beracun?

Cukup sulit memang untuk membuang pandangan maskulinitas beracun sepenuhnya. Sebab, ini sudah berlangsung sangat lama. Hanya saja, perubahan kecil yang dilakukan secara konstan cepat atau lambat bisa mengubah kondisi.

Sebagai pria, Ikhsan menyarankan, mulailah dengan tidak menyembunyikan perasaan dan tidak menelan mentah-mentah pandangan sosial.

Tak mengapa bila Anda memang ingin menangis jika masalahnya terlampau berat. Tak apa-apa untuk merasa terharu jika suasananya memang begitu.

Tak mengapa untuk menunjukkan kasih sayang dengan cara yang unik di hadapan saudara perempuan, ibu, atau kekasih Anda. Itu semua bukan tolok ukur dari suatu kejantanan pria atau maskulinitas.

Belum tentu mereka yang tampak macho di luar, bisa tahan lama dan memuaskan pasangannya di ranjang. Belum tentu mereka yang ogah nangis sama sekali, benar-benar berani menolong orang lain ketika sedang menghadapi penjambretan.

Bisa saja mereka yang tampak biasa-biasa saja di luar dan bisa menunjukkan ekspresinya dengan baik malah berani menghadapi penjahat yang menyerang orang lain.

Perlu diingat juga, tak semua wanita menyukai pria keras, kasar, yang hobi olahraga ekstrem. Sebagian dari mereka justru mendambakan pria penyayang yang bisa menghibur keluarganya.

Tak perlu sampai menahan tangis selama 20 tahun seperti Brad Pitt hanya untuk menunjukkan ciri-ciri pria maskulin kepada orang lain. Ekspresikan apa yang kamu rasa supaya hati dan fisikmu sehat.

Apabila masih ada unek-unek, masalah maskulinitas beracun ataupun persoalan psikologis lainnya, Anda bisa konsultasikan hal tersebut pada psikolog kamu lewat fitur LiveChat di aplikasi KlikDokter.

(OVI/AYU)

PriaMachomaskulinitas

Konsultasi Dokter Terkait