HomeInfo SehatCovid-19Anak Lebih Sulit Tertular Virus Corona, Kenapa Bisa Begitu?
Covid-19

Anak Lebih Sulit Tertular Virus Corona, Kenapa Bisa Begitu?

Ayu Maharani, 31 Jan 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Karena angka kejadiannya sedikit, ada yang menduga bahwa anak-anak kebal terhadap virus corona. Bagaimana tanggapan dokter mengenai virus corona pada anak?

Anak Lebih Sulit Tertular Virus Corona, Kenapa Bisa Begitu?

Merebaknya Wuhan virus corona di Tiongkok dan sejumlah negara lainnya membuat masyarakat semakin khawatir. Bahkan dilansir dari AFP, Presiden Tiongkok, Xi Jinping, sampai

menyebut wabah ini sebagai virus setan, karena sangat menakutkan.

Pasalnya, dalam kurun waktu kurang dari dua bulan, sudah ada 20 negara yang terkena, 7783 pasien terinfeksi, dan 170 orang tewas. 

Namun dari ribuan kasus virus corona, ditemukan hanya sedikit kasus yang menimpa anak-anak. Apa benar demikian? Jika benar, kenapa anak-anak kebal virus corona?

Penelitian Dilakukan pada Virus Corona Versi Lama

Jangan salah kaprah, pernyataan kasus anak-anak jarang terserang virus corona adalah keliru. Ini karena penelitian yang menyatakan hal tersebut rupanya membahas soal wabah virus corona SARS beberapa tahun lalu.

Meski punya nama yang sama, Wuhan virus corona (disebut 2019-nCoV) berbeda dengan virus corona penyebab SARS (disebut HCoVs). Sampai sekarang belum ada penelitian skala besar terhadap 2019-nCoV, kecuali tentang vaksinasi dan obat-obatannya.

Adanya pernyataan soal anak-anak jarang terjangkit virus corona berawal dari penelitian yang diterbitkan pada jurnal Emerging Infectious Diseases tahun 2010. Peneliti asal Italia menyebutkan jika usia anak-anak terpapar HCoVs, mereka hanya akan mengalami infeksi saluran pernapasan atas ringan.

Center for Disease Control and Prevention pernah mengatakan, korban SARS pada anak jumlahnya rendah, yaitu hanya 5% dari keseluruhan kasus. Dari tahun 2004 hingga sekarang juga belum ada laporan tambahan terkait infeksi SARS pada bayi dan anak-anak.

Hal ini mungkin terjadi karena anak berusia 2,5 - 3,5 tahun memiliki antibodi terhadap infeksi virus HCoVs.

Tidak diketahui secara pasti apa nama antibodi tersebut dan bagaimana bisa mereka memiliki kekebalan terhadap SARS. Walau begitu, bukan berarti Anda para orang tua bisa bernapas lega.

Sebab, menurut dr. Sara Elise Wijono, MRes dari KlikDokter, bagaimanapun juga anak-anak rentan terhadap infeksi virus, tak terkecuali virus corona versi terbaru.

Faktor Penyebab Anak-anak Jarang Terkena Virus

Sementara itu, dr. Sara juga menambahkan, ada sebuah kondisi yang membuat bayi lebih rendah risiko tertular virus corona.

“Ya, bayi dengan usia di bawah lima atau tiga tahun biasanya jarang dibawa ke tempat yang ramai atau kerumunan. Sehingga, mereka punya kesempatan kecil untuk bertemu banyak orang dan terkena penularan virus dari orang yang bersin atau batuk,” jelas dr. Sara.

Karena, semakin sering Anda berada di kerumunan, semakin besar pula kesempatan untuk bertemu dengan orang-orang yang sebenarnya sedang sakit.  Beberapa penyebaran virus paling rentan terjadi di tempat umum seperti transportasi publik, pusat perbelanjaan, sekolah, bahkan pasar sekalipun.

Artikel lainnya: Sama-Sama Menyerang Paru, Apa Beda Wuhan Coronavirus dengan Virus Influenza?

Adakah Perbedaan Gejala Virus Corona Anak dengan Dewasa?

Tidak ada. Gejala Wuhan virus corona pada anak dan orang dewasa umumnya sama. Gejala yang bisa diwaspadai mirip seperti orang sakit flu, seperti demam tinggi (lebih dari 38 derajat Celcius), batuk, dan pilek. Pada gejala virus corona yang sudah cukup parah, akan timbul sesak napas, dan tenggorokan juga ikut sakit.

Selain itu, untuk membedakan gejala flu biasa dengan gejala virus corona, bisa dilihat dari riwayat bepergian si terduga. Jika dalam kurun waktu 14 hari dia baru bepergian dari Tiongkok atau sempat kontak langsung dengan orang yang sudah positif virus corona, maka calon penderitanya akan diisolasi di ruangan khusus yang tersedia di rumah sakit.

Lalu, untuk memastikan positif atau negatifnya, dokter akan mengambil sampel lendir atau spesimen pasien terduga. Adapun tiga spesimen yang wajib diambil oleh dokter, yakni spesimen dari saluran pernapasan atas (ingus), spesimen dari saluran pernapasan bawah (dahak), dan juga spesimen darah. Sebagai tambahan, sampel urine dan feses juga dapat diperiksa.

Apa yang Harus Dilakukan Jika Anak Punya Gejala Virus Corona?

Pastinya si anak wajib dibawa ke rumah sakit. Sebelum membawanya ke rumah sakit, dr. Devia Irine Putri dari KlikDokter menyarankan orang tua untuk memberikan pertolongan seperti anak harus istirahat cukup, memberikan air putih yang banyak, dan minum obat penurun demam, seperti parasetamol atau ibuprofen.

Jika napas anak terlihat cepat atau bahkan cenderung sesak, jangan tunda lagi niatan Anda untuk membawanya ke rumah sakit. Setiap orang yang akan kontak langsung dengan si anak diharapkan memakai masker, rutin mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun (kalau tidak ada bisa pakai hand sanitizer), dan ganti baju jika terkena lendirnya.

Agar bisa terus mendampingi anak, orang tua harus menjaga daya tahan tubuhnya dengan baik.

Tetaplah beristirahat yang cukup, makan makanan bergizi, dan bila perlu konsumsi suplemen penguat daya tahan tubuh, seperti vitamin C atau suplemen yang mengandung echinacea. Kamar anak dan ruangan di rumah juga bisa disemprotkan spray antivirus.

Nah, berikut tadi adalah penjelasan logis mengapa kasus virus corona pada anak lebih sedikit ketimbang remaja dan orang dewasa.

Jika ada yang ingin ditanyakan seputar virus corona dan pencegahannya, Anda bisa bertanya langsung kepada dokter kami melalui fitur Live Chat di aplikasi KlikDokter.

(OVI/RPA)

virus coronawabahinfeksi virus

Konsultasi Dokter Terkait