HomePsikologiPsikologi KeluargaIni Ciri-ciri Anda Punya Hubungan Toxic dengan Keluarga Sendiri
Psikologi Keluarga

Ini Ciri-ciri Anda Punya Hubungan Toxic dengan Keluarga Sendiri

Ayu Maharani, 23 Nov 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Bukan tempat bernaung, ada juga keluarga yang justru menjatuhkan mental. Ini ciri-ciri Anda punya hubungan toxic dengan keluarga sendiri.

Ini Ciri-ciri Anda Punya Hubungan Toxic dengan Keluarga Sendiri

Bicara soal hubungan toxic, Anda mungkin langsung terpikirkan dengan si mantan, pacar yang sekarang atau teman-teman. Namun, hubungan toxic juga bisa berasal dari keluarga Anda sendiri, lo! Efeknya pun tak main-main, sangat bisa bikin Anda down. Mau tahu apakah Anda termasuk orang yang punya hubungan toxic dengan keluarga? Inilah ciri-cirinya!

  1. Disuruh memenuhi standar yang tidak realistis

Setiap orang tua pasti ingin punya anak yang berprestasi dan membanggakan. Namun terkadang, hal yang diharapkan jauh melampaui kemampuan Anda sebagai manusia biasa. 

Positifnya, hal itu memang bisa memotivasi dan membuat Anda pantang menyerah. Tapi negatifnya, Anda bisa hidup dalam tekanan. Ujung-ujungnya, bukannya berprestasi, Anda justru depresi. 

  1. Sering dikritik dengan kasar

Tak ada manusia yang selalu benar. Dikritik agar bisa hidup lebih baik itu wajar. Tapi, jika dikritik dengan kata-kata kasar yang bahkan sama sekali tidak berhubungan dengan masalah, itu baru tidak wajar. 

Biasanya, agar kepercayaan diri tidak langsung menurun, normalnya orang akan memberitahukannya secara personal. Kalau sampai memberikan kritik kasar di depan banyak orang, itu sama saja seperti mempermalukan. 

  1. Terlalu dikendalikan

Anggota keluarga yang toxic mungkin mencoba mengendalikan aspek utama kehidupan Anda, termasuk soal hubungan percintaan dan keputusan karier. 

Memang, memberikan saran atau nasihat wajib dilakukan oleh anggota keluarga lainnya. Tapi, jika Anda sudah sampai tidak punya “suara” untuk memilih jalan hidup sendiri, itu sudah bukan hal yang sehat lagi. 

  1. Tidak merasa dihargai dan dicintai

Bukan keluarga namanya kalau tidak berselisih paham. Kendati demikian, keluarga yang sehat tetap bisa menemukan cara alami untuk kembali berbaikan. 

Bahkan, meski sedang bertengkar, anggota keluarga biasanya tetap saling melindungi. Apabila yang dihasilkan justru sebaliknya, misalnya Anda selalu dikucilkan, diabaikan, tak pernah dicukupi kebutuhan, berarti Anda terjebak dalam keluarga toxic

  1. Saling mengajak untuk berbuat buruk

Kondisi ini umumnya terjadi antara anggota keluarga yang superior ke anggota yang lebih inferior. Misalnya, kakak Anda adalah seorang pemabuk atau pengguna narkoba. Karena tidak mau terjebak dalam ‘kegelapan’ seorang diri, ia malah mengajak atau menjerumuskan Anda untuk melakukan hal yang sama dengannya. 

  1. Pernah mendapat kekerasan fisik dan seksual

Beberapa orang tua memang sering menerapkan hukuman fisik pada anak apabila berbuat salah. Mereka menganggap bahwa hal tersebut akan mendatangkan sifat disiplin dan kapok di dalam diri anaknya. 

Tapi, jika sampai meninggalkan bekas luka yang permanen, hal itu justru bisa meninggalkan rasa trauma yang akan sulit hilang. Trauma akan memengaruhi kehidupan Anda ke depannya. Anda bisa berubah jadi menjadi pribadi yang suka kekerasan atau sebaliknya: menjadi pribadi yang sangat penakut. 

Faktanya, banyak kasus kekerasan atau pelecehan seksual yang pelakunya adalah orang terdekat. Jika Anda pernah disentuh di bagian-bagian ‘terlarang’ secara sengaja, diraba, diintip, hingga terburuknya adalah diperkosa, maka tingkat toksisitas dalam keluarga tak perlu diragukan lagi. 

Lakukan ini jika punya hubungan toxic dengan keluarga sendiri

Terjebak dalam hubungan toxic yang dijalin dengan orang lain mungkin akan mudah untuk ditinggalkan. Namun, beda halnya jika yang menjadi sumber racun adalah keluarga. 

Menurut Ikhsan Bella Persada, M.Psi., psikolog dari KlikDokter, saat terjebak dalam hubungan toxic dengan keluarga sendiri, Anda sebaiknya tidak perlu sampai meninggalkan. 

“Lebih baik jaga jarak saja, tidak usah sampai benar-benar meninggalkan keluarga. Jika mereka sadar bahwa Anda sedang menjaga jarak, jangan lupa komunikasikan alasannya,” kata Ikhsan. 

“Komunikasikan ketidaknyamanan Anda selama ini. Ungkapkan baik-baik. Kalau tidak bisa juga, ya sudah. Yang penting Anda sudah mencoba. Tetap jaga jarak dan lanjutkan hidup Anda. Jika toksisitasnya sudah sampai ke kekerasan, apalagi fisik dan seksual, Anda wajib melaporkannya ke polisi dan minta bantuan kepada lembaga perlindungan,” sambungnya. 

Punya hubungan toxic dengan keluarga memang ironis. Namun, jangan putus asa begitu saja. Anda tetap bisa mendapat kenyamanan dari sahabat dan kerabat yang dipercaya sehingga tak perlu merasa ‘sendiri’ dalam menjalani kehidupan ini. 

(NB/RPA)

KeluargaHari Keluarga InternasionalHubungan Toxic

Konsultasi Dokter Terkait