Plus Minus saat Pasutri Tidak Mau Punya Anak
Ayu Maharani, 18 Mar 2023
Ditinjau oleh Gracia Ivonika, M.Psi., Psikolog
Punya kesepakatan bersama untuk tidak mau punya anak alias childfree? Ketahui dulu kelebihan dan kekurangannya menurut pandangan psikolog.
:strip_icc():format(webp)/article/-FUKeo8quiW0CixjxtgSz/original/097159800_1604401140-Plus-Minus-saat-Pasutri-Tidak-Mau-Punya-Anak-shutterstock_639865855.jpg)
Buat sebagian orang, keluarga dianggap tak lengkap tanpa kehadiran anak. Hal tersebut tentunya sangat berkebalikan dengan pasangan suami istri (pasutri) yang menganut childfree alias tidak mau punya anak.
Menurut mereka, keluarganya tetap lengkap meski tanpa kehadiran buah hati. Sejauh ini, menikah lalu memiliki satu dua anak bahkan lebih, sudah menjadi kesatuan yang sulit dipisahkan, terutama di Indonesia.
Saat ada pasutri memutuskan childfree atau tidak bisa punya anak karena kondisi medis tertentu, hal itu tentu tidak salah.
Alasan Memilih Childfree atau Tidak Punya Anak
:strip_icc():format(webp)/article/7qst0YFfr-6vu4zKn2VI5/original/006763400_1604401141-shutterstock_498398914.jpg)
Menurut Gracia Ivonika, M.Psi., Psikolog, ada beragam alasan yang melatarbelakangi pasangan untuk tidak mau memiliki anak.
“Beberapa di antaranya, adanya kondisi penyakit menular yang dimiliki salah satu pasangan, kebebasan pribadi, kekhawatiran dalam hal mengurus anak, punya target dan tujuan hidup tertentu, dan lain sebagainya,” jelas psikolog yang kerap disapa Ivon itu.
Pasangan yang tidak ingin punya anak bukan berarti mereka membenci anak kecil. Tak sedikit dari mereka yang justru menyukai anak-anak dan tetap memutuskan untuk tidak memilikinya, sekalipun lewat adopsi.
Untuk beberapa orang, merawat anak mungkin dianggap mudah-mudah saja. Tetapi untuk sebagian lainnya, merawat buah hati rasanya tidak gampang.
Beberapa pasangan childfree mungkin juga belum memiliki kemampuan yang benar-benar bagus untuk menghidupi seorang anak manusia.
Ada pula orang yang memang memiliki tujuan hidup selain meneruskan keturunan. Misalnya saja, menjadi relawan seumur hidup (tidak akan fokus mengurus anak) atau ingin membangun suatu yayasan sehingga penghasilan dan hidupnya dipusatkan di situ saja.
Di lain sisi, ada pasangan atau orang yang ingin menjadi traveler seumur hidup. Lalu, perihal tak mau menjadi orang tua jahat seperti ayah atau ibunya dulu (trauma), juga bisa menjadi alasan tersendiri kenapa seseorang memutuskan untuk childfree.
Sekali lagi, ada banyak sekali pertimbangan yang mendasari keputusan dan kesepakatan yang diambil.
Artikel Lainnya: Sedang Program Hamil, Kapan Perlu Kalender Masa Subur?
Tidak Mau Punya Anak Tandanya Egois? Belum Tentu
Wanita yang tidak ingin punya anak sering dianggap egois. Ya, hingga saat ini stigma seperti itu masih ada di sekitar kita. Padahal, kita sendiri tidak pernah tahu apa alasan di balik keputusannya tersebut.
Bisa saja memang ada kondisi medis yang mendasari, misalnya, baru menjalani operasi pengangkatan rahim.
Lalu, karena kualitas sperma suaminya buruk dan tidak ingin membebani psikis pasangannya, si istri akhirnya tidak memaksakan diri untuk punya keturunan.
Kenapa tidak adopsi saja kalau alasannya seperti itu? Tidak semudah itu. Mengadopsi anak ternyata bisa menambah rasa pilu pasangan yang punya masalah infertilitas.
Adanya “anak orang lain” di dalam rumah seakan-akan membuktikan bahwa dirinya tak mampu menghasilkan anak kandung.
Dilansir Very Well Family, Rachel Gurevich, seorang perawat sekaligus advokat yang pernah menerima penghargaan Resolve: The National Association for Infertility berpendapat mengenai hal adopsi.
“Adopsi bukan sekadar rencana cadangan untuk memiliki anak. Sebenarnya, ketika kamu menjadikan adopsi sebagai rencana cadangan, itu sama saja tidak menghormati anak yang diadopsi (karena menjadikan anak tersebut pilihan kedua/alternatif),” jelas Rachel.
Artikel Lainnya: Program Hamil Tak Kunjung Berhasil? Bisa Jadi Kamu Alergi Sperma
Apa Manfaat dan Dampak Negatif Childfree?
Psikolog Ivon berpendapat, jika dilihat dari sisi positif dan negatifnya, itu akan sangat tergantung dengan apa yang melatarbelakangi pilihan tersebut.
Apabila keputusan childfree merupakan pilihan yang disepakati bersama, maka sisi positifnya secara umum adalah:
- Kamu bisa lebih fokus kepada diri sendiri dan pasangan. “Sebagai contoh, kamu bisa mengejar karir, target hidup, self care, dan lain-lain,” ucapnya.
- Kamu tidak merasa terbebani dalam beberapa aspek kehidupan, misalnya finansial dan sosial.
- Kamu tidak ikut menyumbang kepadatan populasi dunia beserta efek negatifnya. Dikutip dari Psychology Today, dengan menjadi pasangan childfree, kesempatan bumi untuk memulihkan sumber daya alamnya juga lebih besar.
Sedangkan, sisi negatif saat kamu berdua tidak ingin punya anak, yaitu:
- Seiring dengan bertambahnya usia, perasaan kesepian dapat makin berkembang.
- Kamu mungkin bisa merasa kurang fit in di dalam kelompok. Karena sebagian besar orang seusiamu, mungkin sudah menjalankan peran dan dinamika kehidupan yang jauh berbeda dengan menjadi orang tua,” terang Psikolog Ivon.
- Pasutri tidak memiliki orang yang bisa diandalkan untuk merawat ketika sudah tua.
Plus minus di atas bisa menjadi pertimbangan ketika pikiran untuk tidak mau punya anak sedang terlintas. Apapun yang dipilih, itu harus menjadi keputusan jangka panjang terbaik untuk kalian berdua.
Semua keputusan dan pilihan hidup seseorang sifatnya sah-sah saja. Tidak ada ketentuan atau norma yang dapat menghakimi pasangan tersebut.
Jika masih ada pertanyaan seputar anak ataupun masalah kesehatan mental dan fisik lainnya, langsung saja konsultasikan hal tersebut kepada dokter dan psikolog lewat fitur Tanya Dokter di KlikDokter. #JagaSehatmu selalu!
(OVI/AYU)
Konsultasi Dokter Terkait
Artikel Terkait