Kehamilan

Pneumonia Saat Hamil, Apa Dampaknya pada Janin?

dr. Sara Elise Wijono MRes, 07 Nov 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Pneumonia adalah salah satu infeksi yang harus diwaspadai saat hamil. Karena bisa berbahaya, kenali dampaknya pada dan janin.

Pneumonia Saat Hamil, Apa Dampaknya pada Janin?

Pneumonia adalah infeksi pada paru-paru yang serius. Kondisi ini sering menjadi komplikasi dari pilek atau flu biasa, yang infeksinya menyebar ke paru-paru. Infeksi ini bisa terjadi pada siapa saja, termasuk ibu hamil. Pneumonia saat hamil disebut sebagai maternal pneumonia.

Pneumonia tergolong sebagai penyakit serius dapat berakibat fatal bagi penderitanya. Beberapa kelompok berusia tinggi mengalami komplikasi, dan ibu hamil termasuk di dalamnya.

Penyebab infeksi dapat berupa bakteri, virus, maupun jamur (walaupun lebih jarang). Infeksi ini menyebabkan keluhan seperti:

  • Sulit bernapas
  • Menggigil
  • Sakit di dada
  • Batuk yang makin memburuk
  • Kelelahan yang berlebihan
  • Demam
  • Hilangnya nafsu makan
  • Pernapasan cepat
  • Muntah-muntah

Penyebab wanita hamil rentan terkena pneumonia

Secara umum, berbagai perubahan yang terjadi saat kehamilan dapat membuat seorang wanita lebih rentan terkena pneumonia. Misalnya saja perubahan hormonal, penekanan sistem kekebalan tubuh, serta perubahan anatomis pada saluran pernapasan.

Ibu hamil yang memiliki riwayat asma, anemia, merokok, sering berkontak dengan anak kecil, dan sering mengunjungi rumah sakit dan panti jompo memiliki risiko yang lebih besar terkena pneumonia.

Dampak pneumonia saat hamil pada janin

Semasa kehamilan, kesehatan ibu sangat memengaruhi kondisi janin. Ibu yang terkena pneumonia saat kehamilan dapat menimbulkan beberapa efek pada bayinya.

Persalinan dikatakan prematur bila terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Komplikasi ini lebih umum terjadi apabila ibu hamil terinfeksi pneumonia saat kehamilan trimester dua atau tiga (tepatnya usia kehamilan 20-36 minggu).

Bayi prematur dianggap belum matang, sehingga dapat memiliki dampak jangka pendek maupun jangka panjang dari kelahiran sebelum waktunya. 

Dampak jangka pendek misalnya gangguan pernapasan, yang meningkatkan risiko bayi membutuhkan bantuan ventilator untuk bernapas. Masalah penapasan dapat berlanjut hingga bayi berusia 1 tahun, dan dapat meningkatkan risiko anak mengalami asma di kemudian hari.

Bayi prematur juga berisiko mengalami perdarahan otak atau masalah lain pada otaknya akibat belum matang, mengingat otak merupakan salah satu organ yang perkembangannya berlangsung terus hingga akhir kehamilan. 

Semua risiko tersebut membuat bayi prematur lebih rentan dirawat dalam unit khusus seperti NICU setelah lahir. Setelah pulang pun mereka lebih berisiko untuk kembali dirawat secara intensif.

Dalam jangka panjang, bayi prematur lebih berisiko mengalami keterlambatan tumbuh kembang. Mereka juga lebih mungkin mengalami kondisi attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) atau sudden infant death syndrome (SIDS).

Saat sudah dewasa, bayi yang lahir prematur pun risikonya lebih besar untuk mengalami penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes melitus, atau penyakit jantung.

  • Bayi badan lahir rendah (BBLR)

Selain persalinan prematur, ibu hamil dengan pneumonia juga lebih rentan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, dengan bobot kurang dari 2.500 gram.

Bayi yang lahir prematur lebih berisiko mengalami BBLR, tetapi bayi yang lahir cukup bulan juga dapat lahir dengan BBLR.

Bayi BBLR memiliki berbagai risiko kesehatan. Misalnya kadar oksigen yang rendah, kesulitan menjaga suhu tubuh, kesulitan menyusu dan menambah berat badan, infeksi, masalah pernapasan, masalah pada otak seperti perdarahan otak, masalah pada saluran cerna seperti peradangan, bahkan kematian.

Bayi yang lahir dengan berat kurang dari 1.500 gram memiliki risiko lebih lanjut untuk berbagai masalah kesehatan jangka panjang. Contohnya saja cerebral palsy, kebutaan, tuli, dan keterlambatan perkembangan.

Mencegah pneumonia saat hamil

Flu sering dianggap sebagai prekursor (pendahulu) pneumonia, khususnya saat hamil. Nah, untuk mencegah pneumonia, cara terbaiknya adalah dengan mencegah flu dan infeksi lain yang dapat menyebabkannya.

Kebersihan diri yang baik sangat penting untuk mencegah penyakit, baik sedang hamil maupun tidak. Yang bisa dilakukan adalah:

  • Rutin cuci tangan dengan sabun dan air mengalir
  • Tidur cukup
  • Pola makan sehat dan seimbang
  • Rutin berolahraga
  • Hindari berada di sekitar orang-orang yang sakit
  • Konsultasikan dengan dokter tentang vaksin flu bila perlu

Wanita harus mewaspadai semua jenis infeksi yang bisa terjadi saat kehamilan, salah satunya adalah pneumonia. Jangan berpikir dua kali untuk segera ke dokter bila merasa kurang fit atau mengalami gejala yang disebutkan di atas. Dengan penanganan yang tepat sejak dini, diharapkan dampak buruk pneumonia bisa dicegah, baik pada ibu hamil maupun janinnya.

(RN)

Infeksi Paru-paruBayiJaninPersalinan PrematurPneumoniaHamil

Konsultasi Dokter Terkait