Saraf

Pola Makan Tinggi Garam Picu Demensia? Ini Faktanya

Krisna Octavianus Dwiputra, 29 Okt 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Pola makan tinggi garam dikenal luas bisa merugikan kesehatan. Juga termasuk bisa picu demensia? Simak fakta medisnya di sini.

Pola Makan Tinggi Garam Picu Demensia? Ini Faktanya

Makanan tinggi garam diketahui bisa picu hipertensi, berdampak buruk pada kesehatan jantung, dan pembengkakan organ tubuh. Tak hanya itu, pola makan seperti itu juga dikatakan dapat memicu demensia. Apakah ini didukung oleh fakta medis?

Konsumsi garam tidak bisa lepas dari keseharian. Penambahan garam memang membuat makanan jadi lebih gurih dan sedap. Sayangnya, konsumsi garam yang berlebih hanya akan merugikan kesehatan tubuh dalam banyak hal.

Hati-hati, pola makan tinggi garam picu demensia

Penelitian dipimpin oleh Dr. Giuseppe Faraco, asisten profesor penelitian ilmu saraf di Feil Family Brain and Mind Research Institute di Weill Cornell Medicine, Amerika Serikat. Hasil penelitian diterbitkan di jurnal medis “Nature Neuroscience” yang baru-baru ini terbit.

Sebelumnya, Dr. Faraco telah melakukan penelitian terhadap mencit (tikus putih kecil), memulai untuk menjelasakan mekanisme tersebut. Pada studi ini, peneliti menemukan bawa pola makan tinggi garam menyebabkan demensia pada mencit dengan memicu produksi molekul yang menyebabkan inflamasi secara berlebihan.

Dari KlikDokter, dr. Nadia Octavia yang tahu akan penelitian tersebut mengatakan bahwa mencit yang diberikan diet tinggi garam pada penelitian tersebut mengalami perubahan dalam respon usus halusnya dan memproduksi Th17, yakni sel darah putih (berperan untuk daya tahan tubuh) secara berlebihan. Kondisi ini kemudian akan memicu peningkatan komponen sistem imun lain yaitu IL-17.

“Ketika tubuh memproduksi terlalu banyak IL-17, maka sel-sel di dinding pembuluh darah tidak dapat mensuplai cukup nitric oxide (nitrat oksida). Akhirnya, pembuluh darah tidak dapat terelaksasi dan aliran darah ke otak pun akan berkurang. Akibatnya akan terjadi gangguan dalam fungsi otak, termasuk daya pikir dan memori,” kata dr. Nadia menjelaskan.

Berangkat dari temuan tersebut, di penelitian terbarunya Dr. Faraco dan tim berhipotesis bahwa kadar sodium yang tinggi dapat menyebabkan demensia dengan mekanisme membatasi aliran darah ke otak, sebuah efek yang dimediasi oleh oksida nitrat rendah. Meski demikian, penelitian menemukan temuan tak terduga.

Ternyata protein tau, bukan aliran darah, yang sebabkan demensia

Penelitian yang baru-baru ini menemukan bahwa pola makan atau diet yang tinggi garam menyebabkan penurunan kognif dengan mengacaukan kadar protein tau. Kelebihan kadar protein tau adalah ciri khas demensia.

Peneliti memberi makan mencit jantan dan betina berusia 8 minggu, baik dengan diet reguler ataupun diet tinggi garam selama 4-36 minggu.

Peneliti melakukan studi perilaku, serebrovaskular, dan molecular yang akhirnya menunjukkan bahwa rendahnya kadar nitrit oksida yang disebabkan oleh pola makan tinggi garam berdampak pada kadar protein tau di otak.

Penumpukan protein tau adalah ciri khas Alzheimer. Normalnya, protein tau mendukung neuron dengan menstabilkan struktur yang disebut mikrotubulus, yang mengangkut nutrisi ke akson dan dendrit neuron. Itu semua adalah bagian dari sitoskeleton yang mendukung neuron.

“Protein menjadi tidak stabil dan keluar dari sitoskeleton yang akhirnya menyebabkan masalah," ujar Dr. Costantino Iadecola, salah satu peneliti.

Peneliti menambahkan bahwa tau tidak boleh berkeliaran bebas di dalam sel karena jika terlepas dari sitoskeleton, itu berpotensi untuk menumpuk di otak. Pada akhirnya, itu dapat menyebabkan penurunan kognitif.

Dalam studi tersebut, para ilmuwan juga menemukan bahwa nitrat oksida dapat mengerem aktivitas yang disebabkan oleh serangkaian enzim yang mengarah pada patologi penyakit tau.

Jadi, untuk menguji lebih lanjut dinamika antara oksida nitrat, protein tau, dan gangguan kognitif, para ilmuwan menggabungkan diet garam tinggi dan membatasi aliran darah dengan antibodi yang menjaga protein tau terkendali.

Sebagai hasil dari stabilisator tau, tikus-tikus ini menunjukkan fungsi kognitif normal, meskipun memiliki aliran darah yang terbatas. 

"Ini menunjukkan bahwa apa yang sebenarnya menyebabkan demensia adalah tau dan bukan kekurangan aliran darah," jelas Dr. Iadecola.

Hasil ini membuat para peneliti percaya bahwa hubungan antara diet tinggi garam dan patologi tau adalah hubungan langsung dan kausal yang tidak bergantung pada terbatasnya aliran darah.

Kurangi asupan garam mulai sekarang

Untuk menjaga kesehatan, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan konsumsi garam per hari adalah 3,5-4 gram. Jumlah tersebut sudah termasuk dengan makanan yang mengandung garam.

Kiat dari dr. Alvin Nursalim, SpPD, dari KlikDokter di bawah ini bisa Anda terapkan untuk membantu mengurangi natrium dalam asupan makanan sehari-hari.

  • Pilih daging, buah, dan sayuran segar. Hindari produk olahan atau dalam bentuk kaleng.
  • Makanan segar lebih baik karena kaya akan mineral, vitamin dan tidak mendapatkan tambahan garam selama proses pembuatannya.
  • Baca label makanan dan minuman yang akan dibeli. Pilih makanan yang rendah atau bebas garam.
  • Kurangi atau hindari makanan kalengan dan sudah diproses, misalnya sarden atau kornet. 
  • Bumbui masakan dengan bijaksana. Sebagai pengganti garam, Anda dapat menggunakan rempah-rempah yang dapat memperkaya cita rasa makanan tanpa tambahan garam.

Meski cukup menjelaskan bagaimana pola makan tinggi garam bisa picu demensia, tetapi objek penelitian adalah mencit. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mereplikasi temuan tersebut pada manusia.

(RN)

Pola MakanGangguan Otakgaramdiet tinggi garamDemensia

Konsultasi Dokter Terkait