Saraf

Dari Curhat, Lahirlah Buku Panduan Penanganan Pasien Alzheimer

Ruri Nurulia, 26 Apr 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Merawat penderita Alzheimer bisa sangat menantang. Berangkat dari pengalaman hidup, lahirlah buku panduan penanganan pasien Alzheimer.

Dari Curhat, Lahirlah Buku Panduan Penanganan Pasien Alzheimer

Ialah DY Suharya yang mencurahkan pengalamaannya saat merawat ibundanya yang menderita penyakit Alzheimer. Masih kurangnya pemahaman masyakarat terhadap orang dengan demensia (ODD) tak hanya membuat penderitanya alami penurunan kualitas hidup, tetapi juga keluarganya. Melihat fenomena ini, Alzheimer Indonesia (ALZI), DY Suharya, dan neurolog FKIK Universitas Atma Jaya, Dr. dr. Yuda Turana, Sp.S, meluncurkan buku “The Journey of Caring” pada hari Rabu (24/4) di Universitas Atma Jaya, Jakarta.

Berangkat dari pengalaman, buku ini kini menjadi panduan untuk keluarga pendamping ODD. Penulisannya sendiri menggandeng kontributor dari 20 profesional multi disiplin yang terkait dengan penyakit Alzheimer.

Masih ada banyak mitos dan stigma soal Alzheimer

DY Suharya menyebut, masih banyak mitos, stigma, dan kurangnya informasi mengenai gejala Alzheimer, sehingga secara bertahap sering membuat keluarga kebingungan, bahkan frustasi. Dampaknya, ODD tidak mendapatkan perawatan dan dukungan yang dibutuhkan.

“Ibu saya terdiagnosis tahun 2009. Waktu itu saya sedang berada di Perth, Australia. Kemudian, keluarga disarankan punya jurnal log book, lalu anggota keluarga harus bagi-bagi tugas. Meski diagnosisnya tahun 2009, tetapi gejala sudah muncul 20 tahun sebelumnya. Saya harap buku ini bisa membantu Anda untuk bisa mencegah penyakit ini, deteksi dini, atau jadi lebih bisa menanganinya,” cerita DY Suharya saat acara peluncuran buku.

Buku ini sendiri berusaha untuk berbagi informasi tentang demensia Alzheimer, termasuk gejala, penanganan, perawatan, termasuk pencegahannya.

Sebagai informasi, Alzheimer atau pikun merupakan suatu kondisi sebagian sel-sel otak sudah tidak berfungsi. Akibatnya, kemampuan otak menurun drastis. Untuk itu, slogan “jangan maklum dengan pikun” digadang-gadangkan.

“Perlu diingat, hingga kini Alzheimer tak ada obatnya. Fase awalnya adalah gangguan kognitif. Alzheimer sering dikaitkan dengan penyakit lansia, yaitu sebagai bagian dari proses penuaan, sehingga pikun dianggap normal. Padahal, pikun itu tidak normal. Adanya gejala tersebut bisa jadi deteksi dini,” jelas Dr. Yuda. Ia juga mengatakan bahwa karena sering disepelekan, ketika penderita terdiagnosis, sudah terjadi fase selanjutnya, yaitu fase perilaku.

Cara mencegah Alzheimer

Menurut Dr. Yuda, untuk mencegah gangguan ini kondisi kesehatan otak harus dijaga. Katanya, apa pun yang baik untuk jantung, juga baik otak. Tak perlu menunggu sampai tua, berbagai hal di bawah ini bisa Anda terapkan.

  • Aktif bergerak
  • Mencukupi kebutuhan tidur
  • Memiliki pola makan sehat bergizi seimbang

“Untuk Alzheimer, rasa kesepian juga faktor risiko. Perbanyaklah hal-hal positif seperti berolahraga, sering berkegiatan sosial seperti arisan dan lain-lain, serta melakukan aktivitas mental seperti TTS atau Sudoku. Kalau semua stimulasi tersebut dikombinasikan, tentu lebih bermanfaat,” kata Dr. Yuda menambahkan.

Dr. Yuda juga mengungkap, tantangan dari aspek medis demensia Alzheimer adalah belum adanya terapi farmakologi yang efektif. Jadi, yang terpenting adalah bagaimana mengajak masyarakat untuk melakukan pola hidup yang sehat.

Kondisi care giver juga perlu diperhatikan

Mereka yang merawat ODD juga tak luput dari perhatian. Misalnya jika ODD sudah masuk pada fase akhir, aktivitas yang bisa dilakukan sangat terbatas, dan mungkin sudah tidak bisa mengingat atau mengenali keluarga atau yang merawat, ini bisa secara emosional dampaknya bisa mendalam.

Karenanya, DY Suharya turut mengajak para care giver untuk bergabung ke dalam komunitas seperti ALZI.

“Bergabunglah bersama komunitas untuk berbagi penanganan. Meski ODD yang dirawat sudah tiada dan kepergiannya bisa terasa sulit, bergabung dengan komunitas penting misalnya sekadar untuk berbagi pengalaman,” imbau DY Suharya.

“Itu bisa membuat Anda lebih terapresiasi, apalagi jika pengalaman yang dibagikan berguna untuk orang lain,” sambungya.

Dengan buku ini, diharapkan pengetahuan masyarakat akan penyakit Alzheimer mulai dari tanda dan gejala, penanganan, hingga perawatan yang dibutuhkan, akan makin bertambah. Selain itu, kesadaran akan penyakit ini juga diharapkan meningkat, sehingga masyarakat beramai-ramai melakukan pola hidup sehat demi mencegah terjadinya penyakit ini di masa mendatang.

[RVS]

liputanPikunLansiaOtakPenyakit alzheimerHari Lanjut Usia NasionalALZIAlzheimer IndonesiaDY SuharyaDemensiaAlzheimer

Konsultasi Dokter Terkait