Tips Parenting

4 Kiat Tangani Remaja yang Sedang Emosi

Ayu Maharani, 13 Feb 2019

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Emosi meluap-luap memang identik dengan remaja. Jika Anda berhadapan dengan remaja yang sedang emosi, sebaiknya lakukan langkah berikut ini.

4 Kiat Tangani Remaja yang Sedang Emosi

Menenangkan anak balita tentu berbeda caranya dengan menenangkan remaja yang sedang emosi. Pasalnya, remaja sudah bisa menyampaikan perasaannya dengan jelas sehingga kemarahannya akan tampak lebih nyata. Jika salah menanganinya, bisa-bisa kemarahan tersebut malah merugikan dirinya serta orang lain.

Remaja pun belum cukup dewasa untuk mempertimbangkan dan menyadari mana yang salah dan mana yang benar sehingga orang dewasa seperti Anda mesti punya trik-trik khusus saat berhadapan dengan mereka. Adapun kiat-kiat menangani remaja yang sedang emosi, antara lain:

1. Hargai privasinya

Dilansir Psychology Today, remaja memandang kamar mereka sebagai “kastil” yang terhubung dengan kepribadian mereka. Nah, bila anak remaja Anda kini lebih sering di kamar, terutama bila keadaan emosinya sedang tidak stabil, sebaiknya jangan langsung membuka pintu kamarnya untuk masuk. Ketuklah terlebih dulu dan mintalah persetujuan apakah ini waktu yang tepat bagi Anda untuk masuk ke dunianya.

Dengan begitu, mereka tidak akan tersulut emosinya karena merasa terganggu dan akan lebih menghargai Anda karena Anda juga menghargai privasi dirinya. Setelah diizinkan masuk, jangan paksa mereka untuk langsung berbicara. Akan lebih mudah prosesnya bila Anda menggunakan pendekatan seperti “remaja” juga. Misalnya, Anda bisa terlebih dulu menunjukkan ketertarikan terhadap benda-benda unik yang menjadi pajangan di kamar mereka untuk mencairkan suasana.

2. Dengarkan dulu keinginannya, baru berikan komentar

Terkadang sebagai orang dewasa, Anda langsung merespons dengan nada yang agak tinggi ketika mendengar keinginan remaja yang menurut Anda tidak masuk akal. Padahal, jika Anda terus-menerus seperti itu, si remaja akan merasa tidak dihargai dan bersikap melawan Anda dengan cara membentak.

Ya, karena selama ini dia juga mencontoh Anda yang selalu memotong pembicaraan dan membentak dirinya kala ada sesuatu yang tak sesuai dengan pemikiran Anda. Ketimbang langsung memotong dan merespons negatif, sebaiknya dengarkan dulu keluh kesahnya, barulah Anda meresponsnya dengan baik, seperti memberi pertimbangan dan penilaian yang tidak memojokkan. Dengan begitu, ia sekaligus bisa belajar memilih mana yang baik dan mana yang tidak untuk dirinya sendiri.

Selanjutnya

3. Jangan tunjukkan bahasa tubuh yang menantang

Remaja yang sedang emosi akan mudah meledak saat melihat lawan bicaranya menampilkan bahasa tubuh yang menantang, misalnya bertolak pinggang, menunjuk, melipat tangan di dada, atau mendongak. Bahkan, jarak yang terlalu dekat juga bisa membuatnya semakin marah. Jadi, sebaiknya tampilkan bahasa tubuh yang netral saja dan atur jarak Anda.

Biasanya, bahasa tubuh tercipta dari apa yang tengah Anda nilai atau rasakan dari remaja tersebut. Agar Anda tidak menampilkan bahasa tubuh yang memicu perkelahian, sebaiknya jangan pikirkan yang macam-macam dulu terhadap remaja tersebut dan tariklah napas dalam bila Anda mulai tersulut emosi.

4. Setelah emosi lebih stabil, luangkan waktu bersamanya

Remaja yang sering marah-marah sebenarnya membutuhkan kasih sayang yang ekstra. Hanya saja, karena adanya gengsi remaja, yang ditunjukkan oleh mereka justru rasa ketidakpedulian terhadap orang lain. Karena itu, orang dewasa mesti lebih mengatur atau mengendalikan egonya dengan cara meluangkan waktu lebih terhadap mereka, terutama terkait kegiatan-kegiatan yang menyenangkan, baik di dalam rumah maupun di luar rumah.

Update juga pengetahuan Anda mengenai dunia remaja kini, sehingga ketika menghabiskan waktu bersama mereka, Anda tidak canggung lagi. Dengan melakukan berbagai interaksi dalam waktu yang lama, Anda jadi tahu apa yang selama ini membuatnya mudah emosi dan kuncian yang tepat saat emosinya kambuh lagi.

Menjadi orang tua dari remaja memang tidak mudah. Di fase inilah remaja sudah mulai mengenal dunia luas yang menawarkan beribu masalah sekaligus kesenangan. Bahkan menurut dr. Nadia Octavia dari KlikDokter, emosi remaja yang masih labil membuat mereka rentan mengalami depresi.

Karena itu, orang dewasa seperti Anda mesti memahami betul apa yang menjadi keinginan mereka tanpa harus memanjakannya. “Orang tua juga perlu memantau aktivitas anak remajanya, baik di sekolah, lingkungan luar sekolah, dan di rumah,” kata dr. Nadia. Dengan begitu, Anda lebih bisa mengontrol secara halus kehidupan si remaja dan menghindarkannya dari emosi negatif yang berlebihan.

[RS/ RVS]

MarahEmosiRemajapsikologi.Bahasa TubuhKasih SayangDepresi

Konsultasi Dokter Terkait