HomeIbu Dan anakTips ParentingAnak Percaya Sinterklas Saat Natal, Bikin Mental Sehat
Tips Parenting

Anak Percaya Sinterklas Saat Natal, Bikin Mental Sehat

Krisna Octavianus Dwiputra, 24 Des 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Sinterklas merupakan cerita fiktif yang identik dengan Natal dan anak-anak. Nyatanya, percaya dengan cerita itu bisa bikin mental sehat, lho.

Anak Percaya Sinterklas Saat Natal, Bikin Mental Sehat

Salah satu momen Natal yang ditunggu anak-anak adalah hadiah dari Sinterklas atau Santa Claus. Nyatanya, Sinterklas adalah cerita fiksi yang dibuat supaya anak mau bersikap baik. Meski hidup dalam "kebohongan" mengenai Sinterklas, ternyata kisah itu baik untuk kesehatan mental anak.

Menurut kisah tersebut, setiap anak akan mendapat hadiah dari Sinterklas jika tidak nakal, atau berlaku baik selama setahun. Sebaliknya, anak yang nakal tidak akan mendapat hadiah dan akan diculik oleh Swaterpit atau Zwarte Piet. Swaterpit adalah manusia yang digambarkan memiliki kulit hitam dan siap menculik atau mengganggu anak nakal.

Mitos yang menuai kritik

Tentu, cerita soal Sinterklas ini hanyalah mitos belaka. Faktanya tidak ada orang tua dengan jenggot panjang berwarna putih yang membagikan hadiah kepada anak-anak. Hanya saja, cerita mitos ini menuai kritik dari beberapa kalangan yang percaya bahwa Sinterklas akan membuat perkembangan anak terganggu karena selalu hidup dalam kebohongan.

Menurut beberapa akademisi, orang tua, dan kritikus, kisah Sinterklas bisa dikatakan sebagai sembilan tahun kebohongan yang bisa merusak perkembangan anak itu sendiri atau hubungan anak dengan orang tua.

Umur sembilan tahun digunakan sebagai penanda bahwa anak pada umur itu sudah mengetahui bahwa Sinterklas hanyalah sebuah kisah rekaan – jika tidak mau disebut sebagai cerita bohongan.

Sinterklas tetap menjadi tokoh kontroversial di antara banyak ilmuwan dan orang tua. Ada banyak buku tentang masalah ini, salah satunya adalah The Myths that Stole Christmas, yang mengklaim bahwa legenda Sinterklas tidak baik untuk anak-anak.

Bagi beberapa pihak yang sangat menentang legenda Sinterklas biasanya berargumen bahwa anak-anak harus diberi tahu bahwa sosok ajaib pemberi hadiah di malam Natal adalah dusta. Kebohongan ini mungkin didukung oleh niat baik di belakangnya. Meski demikian, ini adalah kebohongan yang pasti akan terungkap pada titik tertentu selama masa perkembangan anak.

Percaya sinterklas ternyata bikin mental sehat

Namun, fakta lain diungkap oleh Vanessa LoBue, Ph.D, seorang asisten profesor psikologi dari Universitas Rutgen di New Jersey, Amerika Serikat. Anak-anak yang memercayai Sinterklas bisa memiliki mental yang sehat.

Dirinya berargumen bahwa anak-anak cenderung mencari tahu kebenaran tentang Sinterklas sendiri sekitar usia 7 tahun. Dalam kebanyakan kasus, tidak ada "pengungkapan besar" soal kebohongan Sinterklas. Pada situasi tersebur orang tua tidak akan malu-malu mengakui bahwa Sinterklas adalah cerita fiktif dan reaksi anak-anak umumnya positif.

Menurut Vanessa, ini merupakan layaknya imajinasi dalam menonton kartun atau cerita film fiksi lainnya. Imajinasi pada umumnya adalah bagian yang normal dan sehat dari perkembangan anak.

"Anak-anak menghabiskan banyak waktu berpura-pura, terutama di antara usia 5 sampai 8 tahun. Mereka juga secara konstan terpapar media dengan penggambaran hewan dapat berbicara, manusia dapat terbang, dan benda-benda muncul secara ajaib dari udara," ujar Vanessa dikutip dari Pshycology Today.

Vanessa meyakini bahwa anak-anak membayangkan rusa terbang bersama Sinterklas lebih baik daripada saat anak-anak melihat tikus berbicara di dalam film.

Cepat atau lambat, anak-anak akhirnya akan mengetahui kebenaran soal Sinterklas ini. Mereka akan mengetahuinya, baik lewat kesaksian orang tua, mencari sendiri, atau berbicara dengan teman.

Namun, menurut Vanessa, memercayai mitos Sinterklas adalah bagian menyenangkan dari masa anak-anak. Pada akhirnya, ini akan menambah pengalaman Natal lainnya yang sangat menyenangkan dan membuat perasaan atau mental anak-anak menjadi baik.

Kisah Sinterklas memang bukanlah fakta. Pada akhirnya, orang tua harus mengungkapkan fakta yang sebenarnya kepada anak. Tapi membiarkan anak-anak memercayainya membuat mereka memiliki pengalaman menyenangkan berkaitan dengan imajinasi.

Seperti yang diungkapkan oleh dr. Nitish Basant Adnani BMedSc MSc dari KlikDokter, dunia anak-anak dipenuhi dengan imajinasi yang tak terbatas. Dan imajinasi anak perlu dibangun dengan baik agar mereka dapat bertumbuh kembang secara optimal.

Jadi tidak ada salahnya jika anak Anda percaya  pada Sinterklas saat Natal. Ini adalah bagian dari imajinasinya yang membuat mentalnya sehat. Sebagai orang tua, Anda hanya perlu mengarahkan imajinasi anak Anda untuk mengembangkan kreativitas anak Anda.

[RVS]

Natalkreativitas anakAnakSinterklasmentalImajinasi

Konsultasi Dokter Terkait