HomeInfo SehatHIV atau AIDSBagaimana HIV Menyerang Sistem Kekebalan Tubuh Manusia?
HIV atau AIDS

Bagaimana HIV Menyerang Sistem Kekebalan Tubuh Manusia?

dr. Sara Elise Wijono MRes, 06 Jan 2022

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

HIV menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga menyebabkan penderitanya lebih rentan terkena beragam penyakit lainnya.

Bagaimana HIV Menyerang Sistem Kekebalan Tubuh Manusia?

HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah suatu jenis virus yang ditularkan dari manusia ke manusia lain.

Seseorang yang terinfeksi HIV, sistem kekebalan tubuhnya akan semakin melemah, sehingga penyakit lain rentan terjadi dan lebih sulit sembuh. Pada kasus yang parah, infeksi HIV akan menyebabkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).

Pada orang dengan HIV, umumnya virus dapat ditemukan pada cairan tubuh seperti darah, semen, cairan vagina, lapisan mukosa rektum, dan ASI. Sementara itu, cairan tubuh seperti keringat, urine, air mata, ludah, dan muntah umumnya tidak mengandung HIV, kecuali tercampur dengan darah.

Adapun penyebab HIV, antara lain berhubungan seksual tanpa pengaman dengan penderita, tertusuk jarum suntik bekas penderita, kehamilan, persalinan, dan menyusui.

Tahapan HIV Menyerang Imun Tubuh

HIV menyerang sistem tubuh dengan bereplikasi. Saat baru terinfeksi, HIV akan masuk ke dalam tubuh dan membelah diri menjadi sangat banyak.

Sebagai perlawanan dari keadaan tersebut, sistem kekebalan tubuh akan memproduksi sel darah putih khusus (CD4) untuk mengendalikan jumlah HIV yang berlebihan. 

Artikel Lainnya: Cara Mencegah HIV Menular ke Bayi dengan Orang Tua Positif HIV

Di sisi lain, sel CD4 merupakan target utama dari infeksi HIV. Jadi, alih-alih mengendalikan jumlah HIV, virus tersebut malah menginfeksi dan menghancurkan sel CD4.

Berikut tahapan bagaimana HIV dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh:

1. Binding

Proses HIV menyerang sistem imun diawali dengan virus ini menempel pada permukaan sel CD4.

2. Fusion

Setelah menempel, dinding HIV akan menyatu dengan dinding sel CD4. Hal ini menyebabkan HIV dapat “masuk” ke dalam sel CD4. Begitu masuk di dalam, HIV akan mengeluarkan materi genetik dalam bentuk RNA juga enzim-enzim.

3. Reverse Transcriptase

Reverse transcriptase merupakan salah satu enzim yang dikeluarkan HIV di dalam sel CD4. Enzim ini berfungsi mengubah materi genetik HIV, dari RNA menjadi DNA. 

4. Integrase

Integrase merupakan enzim lain yang dikeluarkan HIV. Enzim ini membantu memasukkan DNA HIV ke dalam DNA sel CD4, sehingga saling menyatu. 

Artikel Lainnya: Obat Herbal yang Diklaim Bermanfaat untuk Pasien HIV/AIDS

5. Replication

Setelah DNA HIV dan sel CD4 menyatu, maka virus akan menggunakan sel CD4 untuk membentuk bagian-bagian baru dari HIV, khususnya dalam bentuk protein.

6. Assembly

Protein dan bagian HIV yang diproduksi oleh sel CD4 akan menuju permukaan sel dan membentuk virus baru yang imatur.

7. Budding

Pada tahapan terakhir ini, HIV imatur akan didorong keluar dari sel CD4. Begitu keluar, HIV akan menjadi matur dan dapat kembali menyerang sel CD4 lainnya, sehingga mengulang-ulang terus siklus infeksi ini.

Awalnya, sistem kekebalan tubuh akan merespons dengan memproduksi lebih banyak sel CD4. Namun setelah beberapa waktu, tubuh akan “kelelahan” sehingga tidak bisa menyeimbangkan laju hancurnya sel CD4.

Pada akhirnya, akan terjadi ketidakseimbangan, yaitu jumlah virus atau viral load yang tinggi dan jumlah sel CD4 yang rendah.

Keadaan itu mengakibatkan sistem kekebalan tubuh tidak lagi mampu mengontrol HIV, sehingga penderita akan terlihat sangat sakit.

Untuk diketahui, pada orang yang sehat, jumlah CD4 berkisar antara 500–1500. Jika jumlah itu berkurang hingga 200 atau lebih rendah, berarti sistem kekebalan tubuh sudah rusak.

Artikel Lainnya: Kasus Langka, Perempuan Ini Pulih dari HIV dengan Sendirinya

Kemudian, kira-kira 12 minggu setelah terinfeksi, penderita HIV akan menunjukkan gejala penyakit serokonversi yang umumnya terlihat seperti flu. Penelitian menyebut, 50–80% ciri-ciri HIV meliputi:

Selain itu, diare, anoreksia, pembesaran kelenjar getah bening, penurunan berat, dan nyeri perut juga bisa terjadi, meski kemungkinannya kecil.

Pada beberapa pasien HIV, keadaan serokonversi terjadi tanpa menimbulkan gejala. Oleh karena itu, cara terbaik menentukan diagnosis HIV adalah dengan pemeriksaan.

Pemeriksaan yang dilakukan umumnya berhubungan dengan respons kekebalan tubuh terhadap HIV. Jenis pemeriksaan yang sering dilakukan untuk hal itu disebut ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay) untuk menilai adanya antibodi terhadap HIV.

Pada kebanyakan kasus, pemeriksaan ini baru bisa mendeteksi antibodi HIV kurang lebih 6 minggu setelah terjadi infeksi.

Pemeriksaan lainnya, yaitu PCR yang bekerja dengan mendeteksi adanya HIV di dalam tubuh, dan akurat untuk mendeteksi paparan awal HIV.

Meski tidak dapat disembuhkan, seseorang dengan infeksi HIV tetap bisa mengontrol kondisinya dan hidup layaknya orang normal.

Hal terpenting bagi penderita HIV, patuhi segala jenis pengobatan yang dianjurkan dan teruslah berusaha merawat diri sehingga sistem kekebalan tubuh terus terjaga. Dengan begini, kualitas hidup bisa tetap terpelihara dan AIDS tidak akan terjadi.

Dapatkan informasi kesehatan lainnya dengan membaca artikel di aplikasi Klikdokter.

[WA]

HIVAIDS

Konsultasi Dokter Terkait