Reproduksi

Belum Punya Keturunan, Perlukah Bayi Tabung?

Krisna Octavianus Dwiputra, 30 Agt 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Keturunan adalah keinginan setiap pasangan yang sudah menikah. Jika belum juga mendapatkan anak, perlukah ikut program bayi tabung?

Belum Punya Keturunan, Perlukah Bayi Tabung?

Memiliki keturunan adalah dambaan setiap pasangan suami dan istri. Akan tetapi, tidak semua pasangan dengan mudah mendapatkan anak karena terkait masalah kesuburan (infertilitas). Bagi pasangan yang sudah lama menikah tapi belum juga mendapatkan keturunan, bisa menempuh cara bayi tabung.

Menurut World Health Organization (WHO), ketidaksuburan atau infertilitas adalah keadaan ketika seorang wanita tidak bisa mendapatkan kehamilan setelah 1 tahun menikah, dan berhubungan seks secara reguler 2-3 kali per minggu tanpa kontrasepsi. Ini yang membuat pasangan setelah menikah harus memeriksakan kesehatannya.

Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada 2012, total infertilitas wanita di Indonesia mencapai 15 persen atau setidaknya 6 juta wanita di Indonesia yang mengalami ketidaksuburan atau didapati masalah reproduksi.

Suami dan istri turut berperan

Banyak yang beranggapan bahwa kegagalan mendapatkan keturunan disebabkan wanita yang tidak subur. Padahal, kenyataannya tidak begitu. Menurut Dr. Ivan Sini, GDRM, MMIS, FRANZCOG, SpOG, yang merupakan Sekretaris Jenderal Perkumpulan Fertilisasi In Vitro Indonesia (PERFITRI), keberhasilan mendapatkan anak ditentukan karena kedua belah pihak.

"Pada wanita, penyebabnya dapat berupa gangguan ovulasi, endometriosis, perlekatan organ panggul, dan sumbatan pada telur. Sedangkan, pada laki-laki yang bermasalah adalah kuantitas dan kualitas spermanya yang bisa jadi sangat rendah. Faktor ini karena merokok, olahraga yang salah, dan stres," ujar Dr. Ivan Sini GDRM, MMIS, FRANZCOG, SpOG.

Namun, untuk pasangan yang mendambakan keturunan, salah satu terapi kesuburan yang bisa dilakukan adalah In Vitro Fertilization (IVF) atau yang biasa dikenal dengan bayi tabung. Upaya mendapatkan keturuan lewat bayi tabung ini sudah teruji sejak 40 tahun lalu.

"Di Indonesia, program IVF telah ada sejak tahun 1988 dan telah teruji keberhasilan dan keamanannya. Bahkan, berdasarkan data PERFITRI REGISTRY 2017, program IVF memiliki tingkat keberhasilan mencapai 29 persen," ujar Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, SpOG(K), MPH, selaku Presiden PERFITRI dalam acara diskusi “Pentingnya Bayi Tabung” di Hotel Double Tree, Cikini, Jakarta Pusat.

Seperti dikatakan Prof. Budi Wiweko, teknologi IVF saat ini telah berkembang pesat dan Indonesia diakui dunia menjadi salah satu negara yang berkontribusi baik dari jumlah populasi, ilmiah, dan teknologi. Maka dari itu, dia menyarankan agar pasangan yang belum memiliki anak bisa melakukan terapi bayi tabung.

Faktor keberhasilan program bayi tabung

Salah satu indikator keberhasilan program bayi tabung itu adalah faktor usia pasangan saat melakukan terapi ini, terutama usia wanita. Semakin muda, semakin bagus dan peluang untuk mendapatkan keturuan lewat bayi tabung makin besar.

Sejauh ini, menurut Dr. Ivan Sini, angka keberhasilan bayi tabung ada di kisaran 40-50 persen. Dengan catatan, jika wanita melakukannya pada usia di bawah 35 tahun.

Sementara itu, menurut Prof. Budi Wiweko, keberhasilan mencapai 40-50 persen ketika melakukan program bayi tabung pada usia 35 tahun ke bawah. Untuk usia 35-38 tahun tingkat keberhasilan sekitar 30-35 persen, lalu pada usia 38 tahun ke atas sekitar 25 persen. Sedangkan, untuk wanita di atas 40 tahun itu angka keberhasilannya hanya di kisaran 10 persen.

"Semakin dini proses bayi tabung dilakukan, maka probabilitas memiliki keturunan akan semakin besar. Wanita yang lebih muda biasanya memiliki telur yang lebih sehat dan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dan akan semakin rentan di atas usia tersebut," ujatr Prod. Budi Wiweko.

Selain faktor usia, faktor sehatnya sperma pria juga ikut menentukan. Sperma yang baik adalah berjumlah di atas 15 juta cc, sedangkan jika di bawah itu dikatakan tidak normal. Sementara itu, program bayi tabung tidak akan bisa dilanjutkan jika tidak ada sperma di dalam testis pria.

Pekerjaan rumah program bayi tabung

Meski teknologi di Indonesia sudah semakin maju, tetapi banyak pasangan lebih memilih untuk melakukan terapi di luar negeri. Ini adalah salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk meyakinkan bahwa standar di Indonesia sudah cukup baik di bawah pengawasan PERFITRI.

Salah satu pekerjaan rumah lainnya adalah pasien tidak mendapatkan informasi yang benar serta sedikitnya sistem rujukan yang ada. Junmlah klinik khusus In Vitro Fertilization (IVF) juga masih sedikit. Untuk negara seluas Indonesia, klinik khusus bayi tabung hanya berjumlah 32 dan tidak menyebar di seluruh Indonesia.

Selain itu, kebiasaan orang Indonesia yang melakukan "Dokter Shopping" yakni berpindah-pindah dokter untuk menjalani terapi juga jadi penyebab. Semakin sering mereka seperti itu, semakin lama mereka mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat. Jika seperti itu, bagi wanita akan merugikan. Karena akan semakin lama sel telur akan semakin tidak bagus.

Pekerjaan rumah yang juga mesti diselesaikan adalah memberikan layanan murah bagi pasangan yang menginginkan program bayi tabung. Program IVF ini biasanya ada di kisaran 50-60 juta untuk usia di bawah 35 tahun. Tapi jika sudah lebih dari itu, biaya biasanya akan menjadi 80 juta.

Buat Anda para pasangan yang belum diberikan keturunan, tidak ada salahnya mencoba program ini. Meski diketahui banyak cara untuk mendapatkan keturunan, tapi dengan tingkat keberhasilan yang terukur dan sudah lebih dari 40 tahun, bayi tabung adalah pilihan logis bagi pasangan yang menginginkan anak.

[RVS]

sel telurliputanKehamilanBayi TabungBayiSpermaProgram KehamilanHamil

Konsultasi Dokter Terkait