HomeInfo SehatKulitBekas Luka Menonjol Tak Selalu Keloid
Kulit

Bekas Luka Menonjol Tak Selalu Keloid

dr. Alberta Jesslyn Gunardi. BMedSc Hons, 14 Agu 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Bekas luka yang tumbuh dan membesar dari ukuran awal belum tentu keloid. Kenali fakta medisnya.

Bekas Luka Menonjol Tak Selalu Keloid

Pernahkah Anda mengalami luka, lalu setelah sembuh bekasnya malah menebal dan menonjol? Jika ya, mungkin Anda langsung mengira itu keloid. Namun sebenarnya, tidak semua bekas luka yang membesar dari ukuran awal atau menonjol adalah keloid.

Untuk diketahui, penyembuhan luka merupakan proses yang kompleks dan panjang. Prosesnya dapat terjadi dalam waktu bulanan hingga tahunan tergantung dari besar luka. Tahapan penyembuhan luka terdiri dari empat fase, yang tidak terjadi secara bergantian tetapi tumpang tindih.

Berikut ini adalah fase-fase penyembuhan luka yang perlu Anda ketahui:

  • Fase hemostasis

Fase hemostasis bertujuan untuk menghentikan perdarahan dengan pembentukan bekuan darah.

  • Fase inflamasi

Fase inflamasi, atau peradangan, bertujuan untuk membersihkan dan mencegah terjadinya infeksi pada luka.

  • Fase proliferasi

Fase proliferasi bertujuan untuk membentuk jaringan granulasi. Pada fase tersebut terjadi epitelisasi (pembentukan sel epitel), fibroplasia (pembentukan jaringan fibrosa termasuk kolagen), angiogenesis (pembentukan pembuluh darah), dan kontraksi (penutupan luka).

  • Fase maturasi

Fase maturasi, atau pematangan, adalah ketika jaringan kolagen membentuk ikatan silang satu sama lain dan dengan molekul protein untuk meningkatkan kekuatan dari bekas luka.

Penyembuhan luka dapat terjadi secara normal maupun tidak normal. Jika penyembuhan luka tidak normal, bisa menyebabkan bekas luka atau parut yang bertumbuh dan menonjol. Kondisi tersebut disebut dengan keloid dan parut hipertrofik.

  • Keloid

Keloid dapat berukuran lebih besar dan lebar dari ukuran awalnya. Lebih sering muncul di area dada depan, bahu, daun telinga, tangan atas, dan pipi. Warna keloid biasanya kemerahan.

Biasanya keloid dialami oleh orang Asia dan kulit hitam, serta dipengaruhi oleh faktor genetik. Mereka yang berusia di bawah 30 (terutama remaja yang beranjak puber) juga rentan terkena keloid, begitu juga dengan ibu hamil. Pria dan wanita sama-sama memiliki risiko untuk memiliki keloid.

Keloid tidak dapat hilang atau menyusut dengan sendirinya. Awal munculnya keloid bisa saja lama hingga setahun setelah terjadinya luka. Meski keloid mungkin bisa gatal atau menimbulkan ketidaknyamanan lain, biasanya tidak membahayakan kesehatan.

  • Parut hipertrofik

Pertumbuhan parut hipertrofik hanya sebatas bekas luka awal. Parut hipertrofik umumnya terjadi pada kasus bekas luka operasi atau bekas luka bakar. Biasanya parut hipertrofik menyusut secara spontan.

Parut hipertrofik sering berhubungan dengan kontraktur jika terjadi pada kulit sekitar sendi. Kontraktur adalah pemendekan permanen baik kulit maupun jaringan di bawahnya sehingga terjadi keterbatasan gerak. 

Parut hipertrofik biasanya muncul di bahu, leher, lutut, tumit, atau daerah persendian. Warna parut hipertrofik umumnya pucat. Sama seperti keloid, parut hipertrofik tidak berbahaya atau mengancam nyawa sehingga lebih ke persoalan kosmetik.

Penyebab pasti dari penyembuhan luka yang abnormal sehingga menyebabkan keloid dan parut hipertrofik masih belum diketahui. Karena itu, belum ada satu cara untuk menyembuhkan dan menghilangkan kedua kondisi tersebut. Sering juga terjadi kekambuhan. Pengobatan biasanya terdiri atas beberapa cara dan keberhasilan juga berbeda-beda tergantung dari tiap kasus.

Jadi, sekarang Anda sudah mengetahui bahwa bekas luka yang menonjol belum tentu keloid. Bisa juga bekas luka tersebut adalah parut hipertrofik. Sayangnya, penyebab pasti dari kedua bekas luka tersebut juga masih belum diketahui.

[RS/ RVS]

LukaBekas LukaKeloidParut Hipertrofik

Konsultasi Dokter Terkait