HomeInfo SehatBerita KesehatanKenaikan Harga Obat Batal, GP Farmasi Himbau Produsen Memakai Harga 2010
Berita Kesehatan

Kenaikan Harga Obat Batal, GP Farmasi Himbau Produsen Memakai Harga 2010

Klikdokter, 08 Mar 2011

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Faktor inflasi dan kenaikan upah minimum pekerja telah menyebabkan beberapa industri farmasi menaikkan harga obat pada awal tahun 2011. Hal ini telah membuat...

Kenaikan Harga Obat Batal, GP Farmasi Himbau Produsen Memakai Harga 2010

Faktor inflasi dan kenaikan upah minimum pekerja telah menyebabkan beberapa industri farmasi menaikkan harga obat pada awal tahun 2011. Hal ini telah membuat masyarakat kurang mampu menjadi khawatir. Untuk itu, Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi Indonesia berkomitmen membatalkan rencana kenaikan harga tersebut. Komitmen ini juga didukung oleh perusahaan-perusahaan farmasi nasional anggota GP Farmasi Indonesia.

GP Farmasi sebelumnya telah mengimbau 15 perusahaan farmasi yang telanjur menaikkan harga obat segera menurunkan harga obatnya selambat-lambatnya pada tanggal 1 Maret 2011. Jika harga tidak turun, maka volume obat akan menurun dan mengancam penurunan industri obat tahun ini. "Ini merupakan partisipasi asosiasi terhadap kondisi masyarakat saat ini. Tidak tepat menaikkan harga. Kami mengimbau, produsen yang menaikkan harga awal Januari 2011, mengembalikan kembali ke harga 2010," ungkap Ketua Umum GP Farmasi Anthony J Sunarjo.

Beliau memaparkan bahwa kenaikan ini hanya berkisar 1-2 persen, dan maksimal kenaikan sebesar 10 persen. Hanya ada tidak sampai 10 persen dari 204 perusahaan anggota GP Farmasi yang menaikkan harga, dan itu berarti sebagian besar dari mereka tidak menaikkan harga selama 3 tahun berturut-turut.

Penyebab kenaikan harga obat terjadi dikarenakan adanya lonjakan tarif listrik, inflasi di atas 6 persen, dan naiknya Upah Minimum Regional sekitar 12 persen. Selain itu, kenaikan biaya produksi pabrik obat semakin terasa akibat pemberlakuan bea masuk import bahan baku obat sebesar 5 persen sejak Desember 2010. Padahal seperti diketahui, sekitar 90 persen bahan baku obat belum bisa diproduksi di dalam negeri.

Lebih lanjut, Anthony meminta, pemerintah juga harus mendukung langkah industri farmasi tersebut. "Bea masuk bahan baku obat dikembalikan seperti semula," harapnya. Selain itu, beliau berharap agar diberi kemudahan dan percepatan izin edar untuk meningkatkan daya saing dalam pasar bebas.[] (JRA)

Konsultasi Dokter Terkait