Kulit

Mengenal Jenis-Jenis Fototerapi, Terapi Cahaya untuk Kulit

Endah Murniaseh, 10 Des 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Fototerapi atau terapi cahaya dilakukan untuk mengatasi masalah kulit yang tidak bisa diatasi hanya dengan obat. Simak jenis-jenis terapi cahaya untuk kulit di sini.

Mengenal Jenis-Jenis Fototerapi, Terapi Cahaya untuk Kulit

Saat pemberian obat tidak dapat mengatasi permasalahan kulit yang Anda alami, dokter mungkin akan menyarankan fototerapi

Perawatan kulit ini menggunakan sinar ultraviolet yang berasal dari sinar matahari, lampu buatan, ataupun laser untuk memperlambat pertumbuhan sel kulit dan meredakan gejala yang Anda alami.

Melansir Very Well Health, terapi yang juga dikenal dengan terapi cahaya maupun helioterapi ini dapat digunakan untuk mengatasi beberapa permasalahan kulit, seperti eksim, psoriasis, vitiligo, gatal pada kulit, dan limfoma pada sel T kulit.

Jenis-jenis Metode Fototerapi

Terdapat beberapa jenis metode fototerapi yang pengaplikasiannya harus sesuai dengan rekomendasi dokter atau ahli. Selengkapnya simak di bawah ini.

1. Sinar Matahari

Fototerapi yang memanfaatkan sinar matahari langsung dapat Anda lakukan selama 20 menit dalam satu hari. Selama berjemur, gunakanlah tabir surya dengan kandungan zinc oxide dan minimal SPF 30 pada bagian kulit yang tidak bermasalah.

Jangan berjemur terlalu lama agar permasalahan kulit tidak semakin buruk dan terhindar dari risiko kanker kulit.

2. UVB (Ultraviolet B)

Fototerapi UVB merupakan perawatan yang menggunakan sinar ultraviolet buatan. Melansir dari DermNet NZ, perawatan ini terdiri dari dua jenis, yaitu broadband UVB dan narrow UVB.

Artikel Lainnya: Jenis Penyakit Kulit yang Tak Bisa Sembuh Total

Perbedaan dari keduanya terdapat pada jumlah gelombang yang digunakan. Broadband UVB menggunakan gelombang sebesar 290 hingga 320 nanometer, sementara narrow UVB menggunakan gelombang sebesar 311 hingga 313 nanometer.

Perawatan fototerapi UVB dapat dilakukan sebanyak 3 kali dalam seminggu, selama 2 hingga 3 bulan. Dokter juga mungkin akan menyarankan penggunaan UVB dengan terapi lain, seperti penggunaan krim dengan kandungan coal tar (obat gatal berwarna hitam) atau asam anthralin salisilat.

3. Psoralen Plus Ultraviolet A (PUVA)

Psoralen Plus Ultraviolet A (PUVA) Juga dikenal dengan istilah fotokemoterapi. Perawatan ini menggabungkan cahaya UVA dengan obat psoralen. Psoralen dapat diminum dalam bentuk pil, ataupun dioleskan pada kulit sebagai krim, losion, gel, larutan, ataupun salep.

Psoralen akan membuat kulit menjadi menjadi lebih sensitif terhadap sinar UVA, sehingga sinar UVA dapat menembus kulit dan perawatan dapat bekerja secara optimal. 

Anda dapat melakukan perawatan ini selama 2 atau 3 kali dalam seminggu dengan total sesi sebanyak 25 hingga 30 sesi.

Perawatan ini biasanya hanya akan direkomendasikan pada kasus yang parah, atau ketika perawatan kulit lainnya tidak berhasil. Hal ini karena PUVA berpotensi meningkatkan risiko kanker kulit. 

Untuk meminimalkan risiko tersebut, dr. Muhammad Iqbal Ramadhan merekomendasikan pemeriksaan kulit secara rutin setelah menjalani terapi PUVA. “Anda dapat melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis kulit setiap 6 bulan sekali untuk melihat apakah ada tanda-tanda kanker kulit,” katanya.

Efek samping lain dari PUVA adalah mual, kelelahan, sakit kepala, sensasi terbakar, dan gatal. Psoralen juga akan membuat tubuh menjadi lebih sensitif terhadap cahaya. Jadi, Anda disarankan menggunakan sunglasses dan tabir surya setidaknya selama 24 jam pertama setelah perawatan dilakukan.

Artikel Lainnya: Ini Dia Penyakit yang Ditangani Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin!

4. Laser Excimer

Laser excimer adalah perawatan dengan sinar ultraviolet B berenergi tinggi, yang hanya akan memfokuskan sinar pada area bermasalah. Jenis fototerapi ini cenderung tidak memberikan efek samping pada kulit yang sehat.

Anda dapat melakukan Laser Excimer sebanyak 2 kali dalam seminggu selama 4 atau 5 minggu. Efek samping perawatan ini umumnya ringan, di antaranya memar, sunburn, dan bekas luka pada area yang mendapatkan perawatan. Di samping itu, prosedur fototerapi ini juga dinilai sedikit menyakitkan.

Setelah menerima terapi laser, Anda harus menghindari sinar matahari dan lebih berhati-hati agar tidak melukai area yang terpapar laser. Anda dapat berkonsultasi dengan dokter jika mengalami lepuh kulit pascaperawatan.

Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Fototerapi

Setelah melakukan fototerapi, pastikan Anda tidak terlalu lama terpapar sinar matahari. Gunakan pakaian yang tertutup pada area yang tidak memerlukan perawatan, dan selalu gunakan tabir surya pada saat perawatan dan setelah perawatan.

Obat tekanan darah tinggi, antibiotik, dan seledri bisa membuat Anda lebih sensitif terhadap cahaya. Karenanya, Anda dapat menghindari konsumsi obat dan bahan makanan tersebut selama terapi berlangsung. 

Untuk meminimalkan risiko kanker kulit akibat fototerapi, Anda dapat melakukan pemeriksaan kulit secara teratur pascaperawatan. 

Demikian penjelasan mengenai jenis fototerapi dan efek sampingnya. Pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter atau ahli untuk menentukan jenis terapi yang tepat sesuai masalah kulit Anda. 

Konsultasi langsung kepada dokter lewat fitur LiveChat 24 jam di aplikasi Klikdokter seputar masalah kulit atau seputar kesehatan lainnya. 

(PUT/JKT)

Referensi: 

WebMD. Diakses 2021. Light Therapy for Your Skin.

Very Well Health. Diakses 2021. An Overview of Phototherapy.

DermNet NZ. Diakses 2021. Scaly Skin Diseases.

kulitfototerapi

Konsultasi Dokter Terkait