Kanker

Bisa Jadi Contoh, Ini Cara Bali Tekan Penyebaran Virus Corona

Tamara Anastasia, 06 Mei 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Meski jadi salah satu kota dengan wisatawan asing paling padat, angka kematian korban virus corona di Bali sangat kecil. Bagaimana bisa?

Bisa Jadi Contoh, Ini Cara Bali Tekan Penyebaran Virus Corona

Indonesia memang jadi salah satu negara dengan jumlah korban virus corona yang tinggi. Meski Jakarta jadi pusat penyebaran paling banyak, tapi tidak sedikit juga kota lain di Indonesia yang angka penyebaran virus coronanya cukup tinggi. Misalnya saja, Bali.

Di Daerah Provinsi Bali ada 271 orang yang positif terinfeksi virus corona. Meski demikian, angka tersebut memang terbilang sangat sedikit ketimbang penyebarannya yang ada di Jakarta.

Selain itu, pasien sembuh di Bali sendiri juga terhitung banyak yakni 159 orang dan korban meninggal ada 4 orang. Ini artinya, kasus COVID-19 yang masih aktif di Bali ada sekitar 108 kasus.

Alasan Mengapa Jumlah Kasus COVID-19 di Bali Sedikit

Banyak yang menerka-nerka, mengapa Bali memiliki kasus yang terhitung sangat sedikit ketimbang yang ada di Jakarta? Padahal, Bali jadi salah satu pusat wisata yang paling banyak dikunjungi oleh turis asing.

Dalam konferensi press, Ni Nyoman Sri, Ketua Tim Lab Pemeriksaan Kasus Covid-19 Provinsi Bali, menyebut keberhasilan timnya dalam menekan angka penyebaran virus corona tidak terlepas dari kontribusi banyak pihak.

Salah satunya adalah tugas yang dilaksanakan oleh Satuan Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Bali.

Artikel Lainnya: Perhatikan, Ini 5 Gejala Virus Corona yang Tidak Biasa

Ni Nyoman Sri juga mencontohkan sebuah tindakan penanganan saat mengevakuasi pekerja migran Indonesia yang baru saja pulang dari luar negeri. Dirinya mengatakan, saat itu tim Satgas masih stand by di Bandara Ngurah Rai hingga dini hari.

Kekompakan tim Satgas dengan petugas di Bandara juga terjalin sangat baik sehingga inilah yang buat kerjasama tim sangat bagus.

Selain itu, penggunaan Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) juga digunakan di Bali, sehingga pengecekan hasil COVID-19 juga dikatakan akurat.

Ni Nyoman menjelaskan, tim yang bekerja di laboratorium akan mengembangkan tes ke Real Time PCR. Jadi hasil yang ditemukan itu akan keluar dalam 24 jam.

Tidak hanya itu, Ni Nyoman Sri juga memberikan pedoman-pedoman yang bisa digunakan oleh sejumlah kota agar bisa lebih efektif dalam menangani COVID-19 yakni dengan 3T, yaitu Test, Treatment dan Tracking.

1 dari 3

Meminta Warga Disiplin Saat Meningkatnya Kasus Transmisi Lokal

Dikutip Kompas, Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi Bali, Dewa Made Indra, meminta warganya untuk lebih disiplin dalam menghentikan penyebaran virus corona.

Warga diimbau tetap disiplin mengikuti imbauan pemerintah, seperti menggunakan masker saat keluar rumah, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak satu sama lain.

Hal tersebut wajib dilakukan karena adanya penularan baru dari transmisi lokal virus corona di Provinsi Bali, dan jumlahnya juga cukup meningkat dalam beberapa hari terakhir.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Bali mengumumkan ada tambahan enam kasus positif virus corona sejak Selasa (5/5) kemarin.

Sebanyak empat dari kasus baru tersebut berasal dari transmisi lokal. Sedangkan dua lainnya berasal dari pekerja migran yang baru pulang dari luar negri.

Artikel Lainnya: Waspada! WHO Peringatkan Adanya Peredaran Obat Virus Corona Palsu!

2 dari 3

TKI yang pulang dari Bali Langsung Tes Swab

Sebanyak 159 pekerja migran di Indonesia (PMI) atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI), dilaporkan baru saja tiba di Pelabuhan Benoa, Bali.

Sesampainya di Bali, para TKI itu langsung digiring untuk melakukan tes swab untuk mendeteksi virus corona. Para TKI yang bekerja juga akan dikarantina di hotel sembari menunggu hasil tes swab keluar.

Menurut dr. Devia Irine Putri, swab test merupakan metode yang dilakukan dengan mengambil sampel mukosa nasofaring.

Tes ini dilakukan dengan menggunakan alat swab seperti cotton bud panjang yang dimasukan dari lubang hidung hingga ke bagian tenggorokan belakang (faring).

Swab test ini umumnya memang akurat untuk mendeteksi COVID-19 karena hasil swab test akan dibawa oleh tim medis ke laboratorium untuk melihat materi genetiknya melalui tes PCR atau Polymerase Chain Reaction, ” ujar dr. Devia.

3 dari 3

Hasil PCR Keluar Dalam 24 jam

PCR atau Polymerase Chain Reaction adalah metode yang paling cepat untuk mengetahui apakah tubuh seseorang masuk dalam kategori ‘suspect’ memiliki virus SARS-Cov-2 penyebab coronavirus atau tidak.

Hasilnya pun cepat, hanya dibutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk mengetahui apakah seseorang positif atau negatif corona.

“Umumnya memang keluar 24 jam setelah pemeriksaan. Tapi kalau lebih dari 24 jam itu bukan karena masalah dari alat PCR-nya, tapi karena sampel yang mau dicek sangat banyak jadi antriannya menumpuk. Mengingat jumlah keterbatasan alat yang kita miliki juga, ” tambah dr Devia.

Selain pemeriksaan PCR, Genome Sequenching juga menjadi metode lainnya untuk mendeteksi apakah suspek dinyatakan positif atau negatif corona.

Beda dengan PCR, genome sequenching membutuhkan waktu lebih lama yakni tiga hari, karena metode ini tidak hanya mendeteksi adanya coronavirus, tapi bisa menemukan virus lainnya juga.

Itulah beberapa informasi seputar coronavirus yang diharapkan bisa mengedukasi pengetahuan masyarakat Indonesia. KlikDokter juga telah bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan RI dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana untuk menekan angka persebaran virus corona.

Apabila mau tahu lebih lanjut seputar COVID-19 gunakan fitur LiveChat untuk konsultasi langsung dengan dokter. Sedangkan untuk membantu menentukan gejala, Anda bisa mencoba tes coronavirus online di sini.

(OVI/AYU)

virus corona