Covid-19

WHO Akhirnya Akui Ada Bukti Penularan Virus Corona Lewat Udara

Ayu Maharani, 09 Jul 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Bukan cuma lewat droplet, WHO akhirnya mengakui adanya bukti virus corona menyebar lewat udara. Lantas, apakah ini lebih berbahaya?

WHO Akhirnya Akui Ada Bukti Penularan Virus Corona Lewat Udara

Sudah berbulan-bulan WHO menampik adanya penularan virus corona lewat udara atau airborne. Namun, kini kondisinya berbeda, WHO menerima sejumlah bukti dari ratusan peneliti tentang cara penularan virus SARS-CoV-2 tersebut. Ya, tak sekadar droplet, udara pun bisa jadi media penyebaran.

WHO Terima Bukti Virus Corona Menyebar Lewat Udara

Pada Selasa (7/7) di Jenewa, Swiss, Pimpinan Teknis WHO untuk Pencegahan dan Pengendalian Infeksi, Benedetta Allegranzi, mengatakan tentang kebenaran penyebaran virus corona lewat udara.

Namun, ia menegaskan kondisi penularan virus corona lewat udara ini sangat spesifik, yaitu di kondisi indoor yang ramai, tertutup, serta berventilasi dan bersirkulasi buruk.

Ia menambahkan semua bukti kini tengah dikumpulkan dan WHO akan terus mendukung uji coba yang dilakukan oleh para peneliti.

WHO sebelumnya mengatakan, virus corona yang menyebabkan penyakit pernapasan COVID-19 hanya menyebar melalui droplet yang keluar dari hidung dan mulut orang yang terinfeksi.

Namun, 239 ilmuwan dari 32 negara melaporkan bukti bahwa partikel virus yang berada di udara dapat menginfeksi orang yang menghirupnya.

Karena partikel yang lebih kecil itu dapat bertahan lama di udara, para ilmuwan akhirnya mendesak WHO untuk memperbarui panduannya terkait COVID-19.

Cara Penularan Virus Corona Lewat Udara

Tak cuma droplet, mikrodroplet kini juga wajib diwaspadai. Ini adalah partikel pernapasan berukuran sangat kecil, yaitu berdiameter 5 mikron atau kurang. Partikel ini biasanya Anda keluarkan saat bernapas, berbicara, tertawa, dan bernyanyi.

Karena kecil dan ringan, partikel ini tetap melayang di udara dan kemudian dihirup oleh orang lain. Konsepnya mirip asap rokok. Ini berbeda dengan tetesan pernapasan yang lebih besar dan berat (droplet) yang jatuh dengan cepat ke tanah.

Dengan terbuktinya penularan virus corona lewat udara, Prof. Lidia Morawska dari Queensland University of Technology mengatakan kepada WHO, anjuran untuk physical distancing sejauh 1,5 meter tak lagi cukup untuk mencegah penularan COVID-19.

Selain itu, mereka juga belum mengetahui secara pasti berapa lama virus tersebut dapat bertahan di udara.

Menurut mereka, virus SARS-CoV-2 tersebut bisa berjam-jam ada di udara. Namun, ada juga peneliti yang mengatakan virus mengalami inefektivitas selama satu jam atau lebih di dalam ruangan.

Salah satu penelitian di Tiongkok menggambarkan kondisi di mana virus corona menyebar lewat udara. Lewat deskripsinya, ada sebuah restoran indoor di sana yang punya beberapa pendingin ruangan. Karena ada empat blok meja, maka ada empat pendingin ruangan.

Tidak ada yang bersin dan batuk saat itu, tetapi penularan virus corona tetap terjadi sejauh 4,6 meter. Padahal, droplet hanya bisa pindah maksimal 2 meter.

Penularan mencakup satu blok meja saja (1 blok terdiri atas 3 meja makan). Tiga blok meja lainnya yang berada di kanan blok tersebut tidak ada yang terinfeksi COVID-19.

Ternyata, setelah diselidiki, ini ada “campur tangan” dari sirkulasi pendingin ruangan di blok tersebut. Karena si pendingin mengeluarkan udara yang lurus ke arah blok itu, maka penularan hanya terjadi di blok meja itu saja.

Perlu diketahui juga, restoran tersebut memiliki sirkulasi yang buruk, tidak ada jendela, dan pintunya hanya dibuka sesekali.

Lalu, penularan virus corona melalui udara juga dapat terjadi dalam prosedur medis tertentu. Misalnya, penggunaan nebuliser, tindakan bronkoskopi, intubasi, prosedur gigi, dan prosedur oral lainnya.

Artikel Lainnya: Perhatikan, Ini 5 Gejala Virus Corona yang Tidak Biasa

Virus Corona Menular Lewat Udara, Apa Lebih Berbahaya?

Menanggapi hal ini, tentu masyarakat jadi berpikir, apa physical distancing sejauh satu meter dan penggunaan masker kain tetap efektif untuk mencegah COVID-19?

Dokter Alvin Nursalim, Sp.PD mengatakan kepada KlikDokter, “Ya, ada kemungkinan airborne, tetapi bukan berarti physical distancing diabaikan, ya. Toh, penularan droplet memang sudah terbukti.”

“Kalau ditanya apa lebih berbahaya atau tidak, tentunya ini lebih berbahaya karena jauh lebih mudah penyebarannya. Sirkulasi dalam ruangan jadi penting banget. Aktivitas outdoor dengan sirkulasi udara yang baik bisa jadi pilihan, tapi bukan berarti boleh pesta atau kumpul-kumpul outdoor seenaknya,” jelas dr. Alvin.

Penggunaan masker – apa pun bahannya – tetap berguna untuk mencegah penularan virus corona lewat udara ataupun droplet. Jika yang Anda pakai adalah masker kain, maka jangan lupa ganti tiap empat jam sekali.

“Intinya, tetap terapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Ini sudah terbukti untuk melindungi diri dari infeksi penyakit,” tegasnya.

Dengan meletakkan pembersih udara portabel atau cukup dengan membuka jendela dan pintu agar sirkulasi udara baik, ini bisa menurunkan risiko penyebaran virus corona melalui udara.

Tetap lakukan protokol kesehatan yang sudah dianjurkan oleh WHO dan pemerintah, serta perbaiki ventilasi udara di area aktivitas Anda dan jauhi kerumunan.

Bila ingin konsultasi dengan dokter seputar virus corona ataupun masalah kesehatan lain, gunakan fitur LiveChat 24 jam di aplikasi KlikDokter. Anda pun bisa coba tes coronavirus online dari KlikDokter untuk memeriksa kondisi pribadi.

(FR/AYU)

virus corona

Konsultasi Dokter Terkait