Jumlah kasus virus corona di Indonesia sedikit lagi mencapai angka 5.000. Sementara ini, jumlah orang dalam pemantauan (ODP) sebanyak 130 ribu, dan pasien dalam pengawasan (PDP) sudah lebih dari 10 ribu orang.
Melihat banyaknya jumlah ODP dan PDP di Indonesia, serta terus meningkatnya jumlah kasus positif, masyarakat pun jadi bertanya-tanya, kapan puncak infeksi virus corona di Indonesia akan terjadi?
Sebab, Amerika Serikat (AS), negara yang sekarang memiliki kasus COVID-19 terbanyak, telah mengumumkan bahwa puncak wabah di wilayah tersebut akan terjadi di minggu ini.
Hal itu dikatakan oleh Robert Redfield, selaku Direktur Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Amerika Serikat (CDC). Menurutnya, kita akan tahu bahwa kita berada di puncak infeksi saat jumlah kasus berikutnya kurang dari hari sebelumnya.
Infeksi Virus Corona di Indonesia akan Mencapai Puncaknya 5 Minggu Lagi
Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Nah, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Virus Corona RI telah memprediksi 5-6 minggu ke depan sebagai waktu puncak penyebaran wabah COVID-19, penyakit menular akibat virus corona strain baru, SARS-CoV-2.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo, mengatakan kepada awak media bahwa kapasitas tes virus SARS-CoV-2 akan ditingkatkan lagi guna menghadapi puncak penyebaran wabah. Kapasitas tes yang ditambah bukan rapid test, melainkan tes Polymerase Chain Reaction (PCR).
"Menyangkut masalah PCR, sudah ada 18 unit alat tes PCR yang bisa melakukan 9.000 tes per hari, reagen juga diupayakan maksimal. Karena puncak di negara Indonesia diprediksi 5-6 pekan yang akan datang," pungkas Doni, Senin (13/04).
Reagen adalah zat atau senyawa yang digunakan saat pengetesan. Zat tersebut akan bereaksi (reaksi kimia) bila memang ada infeksi virus corona. Kementerian BUMN sudah membeli 18 alat tes PCR dengan 1 alat yang dapat melakukan tes 500 spesimen per hari.
"Peningkatan PCR test ini penting untuk mengetahui siapa saja yang benar-benar positif COVID-19. Dari situ, bisa dilakukan langkah-langkah isolasi mandiri atau dirujuk ke RS tertentu," ungkap Doni.
Untuk yang belum akrab dengan tes virus corona, PCR adalah metode tes swab yang menggunakan sampel cairan dari saluran pernapasan bawah sebagai bahan pemeriksaan.
Saat sampel cairan dari saluran pernapasan bawah tiba di laboratorium, para peneliti mengekstrak asam nukleat di dalamnya. Asam nukleat mengandung genom virus yang dapat menentukan ada atau tidaknya infeksi di dalam tubuh.
Artikel Lainnya: Perhatikan, Ini 5 Gejala Virus Corona yang Tidak Biasa
Bagaimana Prediksi dari Badan Intelijen Negara?
Badan Intelijen Negara (BIN) sempat meramalkan soal angka-angka kasus di Indonesia. Kira-kira seperti ini prediksinya:
- Estimasi kasus akhir Maret 1.577 kasus (kenyataannya, Indonesia memiliki 1.528, akurasi prediksi 99%).
- Estimasi kasus akhir April 27.307 kasus.
- Estimasi kasus akhir Mei 95.451 kasus.
- Estimasi kasus akhir Juni 105.765 kasus.
- Estimasi kasus akhir Juli 106.287 kasus.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengatakan, jumlah kasus positif, ODP dan PDP masih bertambah. Jadi, saat ini. kurva masih akan terus menanjak (bukan puncaknya).
Selain itu, dr. Dejandra M. Rasnaya berharap puncak wabah terjadi lebih cepat.
“Karena semakin cepat puncak infeksi virus corona datang, semakin cepat selesai juga permasalahan ini. Ini semua masih prediksi, kan? Belum bisa dipastikan kapan dan seperti apa perkembangan ke depannya,” kata dr. Dejandra kepada KlikDokter.
Hal senada juga dilontarkan oleh dr. Alvin Nursalim, SpPD, bahwa saat ini memang bukan puncaknya dan angka kasus akan terus meningkat.
“Tidak ada yang tahu secara pasti walaupun beberapa lembaga telah mengeluarkan pemodelan statistik untuk menduga kapan puncak pandemi. Terlepas dari kapan puncaknya, kita harus bekerja sama dalam menghadapi pandemi ini,” jelas dr. Alvin.
Artikel Lainnya: Waspada! WHO Peringatkan Adanya Peredaran Obat Virus Corona Palsu!
Belum Sampai Puncak, Para Ahli Sarankan Indonesia Waspada Gelombang Kedua
:format(webp)/article/B9ht4AWIrs4BwPirNxX6o/original/049922300_1586940049-Ilustrasi-Virus-Corona-di-Indonesia-shutterstock_1636304725.jpg?w=256&q=100)
Sementara itu, Perwakilan Solidaritas Berantas COVID-19, Prof. Akmal Taher mengungkapkan bahwa gelombang kedua pandemi bisa terjadi, yaitu saat puncak sudah lewat dan jumlah yang sakit sudah menurun.
Gelombang kedua tersebut dapat terjadi apabila pemerintah melonggarkan aturan tentang COVID-19 yang sudah ditentukan untuk masyarakat.
Dokter Dejandra juga berpendapat, datangnya gelombang kedua sangat bergantung pada pola penanganan di Indonesia, termasuk kebijakan pemerintah dan pola hidup masyarakatnya.
Kapan Masyarakat Indonesia Bisa Beraktivitas Normal Lagi?
:format(webp)/article/4TtK6bWDNGIF0qUuXO96V/original/058159100_1586940049-Ilustrasi-Virus-Corona-di-Indonesia-shutterstock_1659727003.jpg?w=256&q=100)
Kepala Institut Penelitian Medis Nasional Prancis INSERM, Christian Brechot mengatakan, di pertengahan Mei nanti, beberapa negara yang kini berada dalam perlambatan kasus COVID-19 mungkin dapat melakukan relaksasi bertahap.
Namun, Spesialis Kesehatan Masyarakat dan Epidemiologi di Universitas Jenewa Antoine Flahault menegaskan, negara-negara tersebut mesti meningkatkan kewaspadaan, meski data memberi indikasi pelonggaran.
Antoine berpendapat, pelonggaran hanya dapat dilakukan ketika negara melihat penurunan signifikan. Infeksi virus corona ini jangan dianggap remeh. Dia sendiri pun pesimis situasi dunia bisa langsung pulih 100 persen mengingat COVID-19 sudah jadi pandemi.
Untuk di Indonesia? Sepertinya, kita belum bisa meramalkan apa pun. Sebab, puncak wabah saja belum terjadi dan kemungkinan adanya gelombang kedua juga masih mengintai. Masyarakat kemungkinan bisa beraktivitas normal lagi ketika vaksin COVID-19 sudah ditemukan.
Itulah penjelasan mengenai puncak infeksi virus corona, baik di Indonesia maupun dunia. Semua berharap agar pandemi ini bisa segera selesai, dan semoga itu bisa segera terwujud.
KlikDokter bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI dan BNPB meluncurkan fasilitas cek risiko virus corona online yang bisa diakses di sini. Bila ingin tahu lebih lanjut seputar COVID-19 dan masalah kesehatan lainnya, gunakan fitur Live Chat untuk konsultasi dengan dokter. Terus baca info penting dan tepercaya di KlikDokter, ya!
(OVI/RN)