Covid-19

Salah Kaprah seputar Pandemi Virus Corona

Tamara Anastasia, 24 Jun 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Meningkatnya kasus COVID-19 di Jakarta dan sejumlah daerah bikin geger. Apalagi, masih banyak salah kaprah dan mitos pandemi COVID-19 yang keliru.

Salah Kaprah seputar Pandemi Virus Corona

Kasus harian pasien positif virus corona di Indonesia “pecah telur” lagi. Dilansir dari covid19.go.id, pada Rabu (23/6) lalu, terdapat 15.308 tambahan baru kasus positif di Tanah Air. Rekor harian ini membuat kasus COVID-19 di Indonesia mencapai 2.033.421.

Ledakan kasus harian tersebut tidak terlalu mengherankan. Selain karena masih banyak yang lalai menerapkan protokol kesehatan, kesalahkaprahan dan mitos pandemi COVID-19 masih mewarnai benak masyarakat.

Oleh karena itu, setop kesalahkaprahan dan ketahuilah fakta pandemi COVID-19 di bawah ini.

1. Kontak Erat Hanya Berarti Ketika Ada Riwayat Kontak Fisik/Bersentuhan

Pernyataan tersebut adalah keliru. Bukan hanya sentuhan fisik, tatap muka langsung dengan jarak minimal 1 meter dalam waktu akumulasi 15 menit sudah termasuk kontak erat.

Menggunakan atau menyentuh barang yang sama dengan pasien positif juga dapat digolongkan kontak erat.

“Virus corona bisa bertahan dan menempel pada barang. Hanya saja, lama bertahan virus corona pada benda tergantung dengan jenis benda itu sendiri. Ada yang beberapa jam, ada juga yang berhari-hari,” ujar dr. Adeline Jaclyn.

Itu sebabnya, dr. Adeline menyarankan, selalu bersihkan barang bawaan Anda setelah bepergian.

Selain itu, petugas medis yang memberikan perawatan pada orang positif COVID-19 langsung tanpa menggunakan APD standar juga termasuk kontak erat. Apabila serumah dengan pasien positif, Anda juga masuk  dalam kategori kontak erat.

2. Sudah Divaksin, Bisa Bebas Bepergian dan Keluar Kota

Menanggapi hal ini, dr. Adeline tentu tidak setuju. Dia mengatakan, “Vaksin tidak membuat orang jadi kebal virus corona.”

“Setiap orang yang sudah vaksinasi virus corona harus tetap menjaga kesehatannya dengan baik dan melakukan protokol kesehatan dengan ketat. Pakai masker, rajin mencuci tangan, menghindari kerumunan, dan protokol kesehatan lainnya,” ujarnya.

Jadi, tunda dulu rencana liburan Anda, meski sudah divaksinasi. Jaga kesehatan diri dan orang lain dengan berada di rumah saja.

Artikel lainnya: Vaksin Corona CureVac dari Jerman Tak Penuhi Standar, Mengapa?

3. Ada Riwayat Kontak Erat dengan Pasien Positif, Harus Segera PCR/Swab Antigen

Pernyataan di atas hanyalah mitos pandemi COVID-19. Yang disarankan, lakukan tes PCR 3-5 hari setelah riwayat kontak dengan pasien positif.

Atau, lakukan tes swab antigen 2-3 hari setelah berkontak. Jika hasilnya negatif, lakukan tes yang sama 5 hari kemudian.

Bila tes  PCR atau antigen dilakukan terlalu cepat, dikhawatirkan akan menghasilkan negatif palsu, yakni virus sudah ada di dalam tubuh hanya saja belum cukup untuk terdeteksi alat.

Metode ini juga dapat diterapkan oleh Anda yang baru saja tiba dari luar kota. Sembari menunggu hari, jangan bepergian dulu. Lakukan karantina mandiri di rumah.

4. Ada Riwayat Kontak tapi PCR Swab/Antigen Negatif, Tidak Perlu Karantina

Anda pernah berpikir demikian? Ya, Anda salah kaprah! Ingat, masa inkubasi COVID-19 itu 14 hari. Sesuai poin di atas, bila Anda kontak erat tapi hasil PCR dan antigen negatif, bisa jadi Anda mengalami negatif palsu. Artinya, ada risiko penularan.

Lalu, lanjutkan protokol kesehatan setidaknya 14 hari. Utamakan untuk menjauhi kelompok berisiko, seperti bayi, anak, lansia, dan komorbid.

5. Penyintas COVID-19 Tidak Akan Terinfeksi Lagi untuk Kedua Kalinya 

Merasa sudah menjadi survivor sehingga tidak akan terinfeksi coronavirus lagi? Anda keliru!

Para penyintas COVID-19 memang memiliki antibodi, tapi bukan berarti Anda tidak akan terinfeksi virus yang sama lagi. Anda tetap bisa terjangkit virus corona bila tidak menjalankan protokol kesehatan dengan baik dan benar.

Artikel lainnya: Jenis Obat yang Bisa Menurunkan Efikasi Vaksin Virus Corona

6. Hari ke-4 Isolasi Sudah Negatif, Tidak Perlu Lagi PCR/Swab Antigen

Pernyataan tersebut keliru. Faktanya, pasien COVID-19 tetap harus menyelesaikan masa isolasinya. Bila Anda tanpa gejala, lakukan isolasi 10 hari sejak pengambilan spesimen tes usap (swab).

Bila Anda memiliki gejala ringan, lakukan isolasi mandiri 10 hari sejak muncul gejala. Tambah waktu isolasi setidaknya 3 hari jika masih ada keluhan di hari ke-10.

Mengakhiri masa isolasi terlalu dini berisiko menularkan virus ke orang lain. Konsultasikan ke dokter untuk menentukan kesembuhan Anda.

7. Hasil PCR/Antigen Sudah Negatif, Sudah Bisa Lepas Masker

Banyak orang berpikir kalau hasil PCR/swab antigen sudah negatif, artinya sehat, boleh lepas masker, dan menggelar perkumpulan. Hal ini keliru besar.

Hasil tes PCR dan swab antigen bersifat real time. Artinya, hasil tes hanya mengacu pada kondisi Anda saat sampel diambil. Sangat mungkin Anda tertular COVID-19 beberapa menit usai pengambilan sampel.

Belum lagi fakta kalau hasil PCR—terlebih swab antigen—tidak akurat 100 persen. Selalu ada kemungkinan negatif palsu. Itu sebabnya, tetap jaga jarak, menggunakan masker, dan protokol kesehatan lainnya saat berada di luar rumah.

Catat baik-baik fakta pandemi COVID-19 di atas dan hentikan kesalahkaprahan Anda. Tetap lakukan protokol kesehatan dengan benar dan jaga imunitas tubuh tetap baik.

Jika masih ada mitos pandemi COVID-19 yang membingungkan Anda, tanyakan langsung kepada dokter melalui fitur Live Chat di aplikasi Klikdokter.

[HNS/JKT]

virus corona

Konsultasi Dokter Terkait