Covid-19

Mengenal Varian COVID-19 R.1, Apa Lebih Berbahaya?

Aditya Prasanda, 01 Okt 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Pertama kali ditemukan di Jepang, varian COVID R. 1 telah menginfeksi 10.000 orang di seluruh dunia. Seberapa bahaya strain coronavirus ini?

Mengenal Varian COVID-19 R.1, Apa Lebih Berbahaya?

Centers for Disease Control and Prevention (CDC), Amerika Serikat, melaporkan penemuan varian COVID-19 R. 1. Strain baru virus corona ini ditemukan di sebuah panti jompo di Kentucky.

Varian COVID R. 1 disebut-sebut telah menyebar di Negeri Paman Sam sejak awal April 2021. Meski begitu, Juru Bicara Satgas COVID-19 Indonesia, Prof. Wiku Adisasmito mengatakan mutasi SARS-CoV-2 ini ditemukan pertama kali di Jepang pada Januari lalu.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) sendiri masih mengamati perkembangan varian COVID R. 1. Strain coronavirus ini belum dimasukkan dalam daftar variant of concern maupun variant of interest.

Apakah Varian COVID R. 1 Lebih Berbahaya?

Kentucky Department of Health mengungkapkan banyak pasien di panti jompo setempat yang terinfeksi varian R. 1 COVID. Padahal banyak dari mereka yang telah mendapatkan vaksinasi dua dosis.

Setelah melakukan whole genome sequencing, Kentucky Department of Health menduga strain virus corona ini lebih resisten terhadap antibodi orang yang telah divaksinasi, maupun mereka yang pernah terinfeksi COVID-19.

Diduga COVID R. 1 memiliki rangkaian mutasi yang unik. Faktor ini mendukung kemampuan strain dalam melakukan transmisi, replikasi, maupun menekan sistem kekebalan.

Perubahan fungsi ini membuat varian COVID R. 1 dapat menginfeksi manusia lewat cara yang berbeda dengan strain asli SARS-CoV-2.

Kendati demikian, dr. Amesh A. Adalja dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health's Center for Health Security, AS, menilai COVID R. 1 tidak lebih berbahaya dari varian Delta.

“Tingkat keparahan mutasi virus corona sangat bergantung pada kemampuan transmisinya. Sehingga, kecil kemungkinannya varian COVID R.1 lebih menular dan berbahaya dibandingkan varian Delta, yang saat ini masih menjadi strain coronavirus paling ganas dan merajalela di dunia,” katanya, dikutip dari Health.

Dokter Amesh menambahkan, hal ini menyebabkan COVID R.1 sangat sulit menginfeksi masyarakat di negara yang didominasi virus Delta.

Senada dengan dr. Amesh, pakar penyakit menular, Ramon Lorenzo Redondo mengatakan tingkat penyebaran varian COVID R. 1 terbilang kecil dibandingkan varian Delta.

“Hingga saat ini, strain R. 1 hanya meyumbang sekitar 0,5 persen kasus COVID-19 di AS dan seluruh dunia,” kata asisten profesor penyakit menular di Northwestern University Feinberg School of Medicine, AS, itu.

Varian R. 1 COVID sendiri telah menyebar di 47 negara bagian AS dan menginfeksi 2.259 orang. Sementara itu, mengutip Forbes, COVID R. 1 telah menginfeksi lebih dari 10.000 orang di seluruh dunia.

Artikel Lainnya: Varian Delta Tingkatkan Risiko Masuk RS Dua Kali Lipat

Cara Mencegah Infeksi Varian COVID R. 1

Vaksinasi merupakan salah satu cara paling efektif dalam mengontrol infeksi COVID-19, termasuk mencegah penyebaran varian COVID R. 1.

Hasil studi CDC mengungkapkan, orang yang telah divaksinasi 87 persen lebih kecil kemungkinannya terinfeksi varian COVID-19. Hal ini dibandingkan dengan mereka yang tidak divaksinasi.

Menurut dr. Devia Irine Putri, semakin banyak orang yang melakukan vaksinasi, maka akan terbentuk kekebalan kelompok.

“Dengan begitu bisa mengurangi risiko terjadinya mutasi virus yang lebih banyak,” jelas dr. Devia.

Kendati belum dikabarkan ditemukan di Indonesia, Anda harus tetap mewaspadai penyebaran varian R. 1 COVID. Caranya dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan dan vaksinasi sesegera mungkin.

Jika ingin bertanya lebih lanjut seputar COVID-19, Anda bisa konsultasi lebih mudah lewat Live Chat dokter. Dapatkan info terbaru lainnya seputar virus corona di aplikasi Klikdokter.

(FR/JKT)

virus coronainfeksi virusmutasi virus corona

Konsultasi Dokter Terkait