Menu
KlikDokter
Icon Search
Icon LocationTambah Lokasi KamuIcon Arrow
HomeInfo SehatCovid-19Medfact: Vaksin COVID-19 Picu Limfositosis Mematikan?
Covid-19

Medfact: Vaksin COVID-19 Picu Limfositosis Mematikan?

Ayu Maharani, 23 Apr 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Informasi tentang efek samping vaksin COVID-19 tak ada habisnya. Kabarnya, vaksin ini dapat menimbulkan limfositosis berbahaya. Benarkah?

Medfact: Vaksin COVID-19 Picu Limfositosis Mematikan?

Sebelum vaksin virus corona resmi didistribusikan, umumnya banyak orang yang ingin tahu tentang efektivitasnya.

Kini, ketika vaksin tersebut sudah beredar dan disuntikkan ke masyarakat, ada saja pihak yang menyebarkan info-info terkait efek sampingnya.

Dari masalah gangguan ereksi sampai yang terbaru yaitu limfositosis, semuanya dikaitkan dengan efek samping vaksin COVID-19. Benarkah vaksin tersebut menyebabkan limfositosis?

Limfositosis Jadi Efek Samping Vaksin COVID-19?

Nah, bicara soal limfositosis, hal itu memang sedang viral di media sosial Instagram. Unggahan yang beredar menyatakan, saat seseorang menerima suntikan vaksin, ia akan mengalami limfositosis.

Bukannya terlindungi dari virus corona, orang yang mengalami hal tersebut justru dikatakan tidak akan selamat.

Suntikan vaksin dianggap membangunkan dan meningkatkan jumlah “sel pembunuh” di dalam tubuh.

Alhasil, lambat laun orang yang menerima vaksin diasumsikan akan meninggal dunia akibat efek samping itu.

Isi dari unggahan tersebut tentunya cukup menyeramkan dan bisa memengaruhi pemikiran masyarakat awam. Bukan tak mungkin orang-orang akan menolak vaksin coronavirus.

Untuk meluruskan info yang terlanjur beredar, dr. Devia Irine Putri memberikan penjelasan tentang apa sebenarnya limfositosis itu.

Ia mengatakan, “Limfositosis adalah meningkatnya kadar limfosit di dalam darah. Limfosit ada dua jenis, limfosit T dan B. Masing-masing memiliki tugasnya sendiri.”

“Sebagai contoh, limfosit B berfungsi untuk memproduksi antibodi, sehingga tubuh bisa menyerang bakteri, virus, dan racun. Sedangkan, limfosit T memiliki tugas lain. Ia akan menyerang sel tubuh yang memang telah terpapar virus atau sel kanker. Nah, masing-masing limfosit ini terbagi lagi dan punya sel memori,” jelasnya.

Artikel Lainnya: Medfact: Vaksin Sinovac Mengandung Chip Pemantau, Ini Faktanya

Dengan adanya sel memori, mereka akan mengingat dan peka saat ada infeksi lagi. Sel efektor yang dimiliki mereka juga akan melakukan penyerangan terhadap infeksi.

Saat vaksin dimasukkan ke tubuh, sel-sel limfosit mulai bekerja dan mengenalinya. Sel tersebut harus mengenali karena ia harus membentuk antibodi.

“Jadi, setelah disuntik, jumlah sel limfosit memang akan meningkat. Tapi, ketika orang itu sudah memiliki antibodi yang cukup, kadarnya akan kembali normal. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan terkait hal ini,” ujar dr. Devia.

Sel pembunuh atau sel natural killer yang ada bukan bekerja dengan cara menghancurkan kondisi tubuh.

Keliru bila Anda menyangka bahwa orang yang disuntik vaksin virus corona akan semakin jatuh sakit karena ini.

Sel pembunuh justru membasmi virus-virus dan memang begitulah cara kerja sistem imunitas tubuh kita.

Adakah Faktor Lain Penyebab Limfositosis selain Vaksin COVID-19?

Penentuan bahaya atau tidaknya kondisi kenaikan limfosit pada tubuh akan berbeda bila proses penyuntikkan vaksin tidak dilakukan.

Dalam keadaan normal, salah satu jenis sel darah putih ini berjumlah 1.000-4.000 mCL di tubuh orang dewasa. Sedangkan, di tubuh anak-anak, kadarnya lebih bervariatif yaitu 3.000-9.000 mCL.

“Adapun naiknya kadar limfosit bisa dipengaruhi oleh beberapa kondisi medis, yaitu infeksi bakteri dan virus serta keganasan seperti kanker darah atau kanker kelenjar getah bening. Orang dengan penyakit autoimun juga bisa diidentifikasi dengan peningkatan kadar sel tersebut,” jelas dr. Devia.

Artikel Lainnya: Medfact: Vaksin AstraZeneca Mengandung Janin Bayi?

Jika tidak habis diberikan vaksin, maka peningkatan kadar salah satu jenis sel darah putih ini tidak diharapkan. Pasalnya, hal ini menunjukkan adanya penyakit yang sedang diderita seseorang.

Bila orang tersebut habis divaksinasi, maka meningkatnya jumlah sel natural killer justru dibutuhkan khususnya setelah 12 jam.

Kalau tidak begitu, pembentukan antibodi gagal. Akibatnya, Anda tetap berisiko tinggi terpapar virus corona dengan gejala lebih berat.

Jadi, Anda tak perlu percaya dengan hoaks tentang limfositosis sebagai efek samping vaksin COVID-19 yang berbahaya.

Bila ada pertanyaan seputar virus corona, konsultasi ke dokter lewat Live Chat di aplikasi Klikdokter.

(FR/AYU)

virus coronavaksin virus coronaMedFact

Konsultasi Dokter Terkait