Anal swab akhir-akhir ini lagi sering terdengar. Meski sebenarnya bukan metode baru, sebagian orang baru menyadari kalau pemeriksaan ini dilakukan lewat bokong. Alhasil, pemberitaan anal swab di media sosial langsung menyedot perhatian.
Baru-baru ini tersebar kabar bahwa swab anal membuat seseorang jadi kurang nyaman berjalan (mengangkang). Nah, sebelum Anda khawatir dengan anggapan tersebut, simak penjelasan dokter berikut ini.
Viral Video Pasien Jalan Ngangkang Usai Swab
Terlihat dari video yang beredar, sejumlah pasien berjalan mengangkang setelah melakukan anal swab. Lokasi pengambilan gambar terjadi di salah satu rumah di Shijiazhuang, Provinsi Hebei, China.
Hingga saat ini, sebenarnya masih belum bisa dipastikan apakah pasien dalam video itu habis mendapatkan anal swab atau tidak.
Pasalnya, ada juga suatu sumber yang menyatakan pasien di video tersebut sebenarnya habis disunat.
Melansir Daily Mail, video pasien berjalan ngangkang itu direkam pada 28 Januari 2021 lalu. Forbes pun sudah melaporkan bahwa video tersebut palsu (hoaks).
Namun, sayang pihaknya tidak memberikan keterangan lebih lanjut soal penyebab jalan ngangkang pada sejumlah pasien.
Artikel Lainnya: Keluar Air Mata Saat Melakukan Swab Test, Wajarkah?
Anal Swab Bikin Pasien Jalan Ngangkang, Bagaimana Faktanya?
:format(webp)/article/hhsPoHTVak5j6CzlCDsZa/original/045690200_1612344750-Ilustrasi-Anal-Swab-by-Envato-5RRXGT6.jpg?w=256&q=100)
Sudahkah Anda memahami bagaimana swab anal dilakukan? Dalam metode ini, pengambilan sampel dilakukan dengan memasukkan stick sepanjang 3-5 cm ke anus bagian dalam (rektum).
Setelah itu, stick akan diputar beberapa kali hingga sampel didapatkan. Prinsipnya sama dengan swab di hidung dan tenggorokan.
Metode ini sebenarnya tak cuma dilakukan untuk mendiagnosis COVID-19. Infeksi bakteri atau parasit dapat pula didiagnosis melalui anal swab.
Dokter Astrid Wulan Kusumoastuti menjelaskan, virus corona utamanya menyerang sistem pernapasan. Nah, anus itu sendiri merupakan bagian dari sistem pencernaan. Jadi, keduanya memiliki saluran yang berbeda.
“Saat masuk ke tubuh, virus tersebut akan bereplikasi. Ada kemungkinan juga virus corona ditemukan di area selain sistem pernapasan, termasuk saluran cerna, Kendati demikian, jumlahnya akan berbeda dengan sistem utama yang diserang,” jelasnya.
Ia menambahkan, “Swab anal corona memang biasanya menimbulkan sensasi tidak nyaman bagi sebagian besar orang. Namun, ambang batas rasa nyeri pada setiap orang itu berbeda-beda.”
“Sama seperti swab hidung, ada yang merasa sakit, sekadar merasa tidak nyaman, dan ada juga yang biasa saja. Swab anal corona juga begitu, ada yang merasa tidak nyaman sampai timbul trauma, tapi ada juga yang biasa saja.”
Pasien dengan ketahanan yang rendah terhadap rasa nyeri mungkin akan merasa tidak nyaman pada bokongnya usai anal swab. Bahkan, cara jalannya dapat berubah sementara.
Apalagi kalau metode tersebut dilakukan oleh orang yang tidak kompeten, luka di area anus bisa terjadi.
“Risiko timbulnya efek samping semakin tinggi apabila alat yang digunakan tidak bersih, contohnya kontaminasi mikroba,” ungkap dr. Astrid.
“Untungnya hal seperti ini jarang terjadi, ya. Karena, selama ini anal atau rectal swab biasanya pasti dilakukan di fasilitas kesehatan oleh petugas yang kompeten,” lanjutnya.
Artikel Lainnya: Heboh Tes Swab Anal di Cina, Apakah Lebih Efektif Deteksi COVID-19?
Anal Swab Tidak Menjadi Tes Utama untuk Diagnosis COVID-19
Karena efek negatifnya terbilang jarang terjadi, sementara ini isi video tersebut dapat dikatakan sebagai hoaks.
Lagi pula, metode anal swab bukan menjadi pilihan utama untuk mendiagnosis COVID-19 di Indonesia. Jadi, Anda tak perlu khawatir. Swab hidung dan tenggorokan (nasofaring) masih jadi metode yang diandalkan.
Hanya sedikit orang yang membutuhkan tes lewat anus, yaitu pasien diare ataupun orang yang sudah lama dirawat inap. Metode tersebut dilakukan hanya untuk melihat sisa-sisa virus di dalam tubuh, khususnya di saluran cerna.
Ketidaknyamanan proses pengambilan sampel juga menjadi alasan metode swab anal tidak dijadikan pilihan utama. Selama masih bisa lewat hidung dan tenggorokan, tentunya prosedur di anus tidak diperlukan.
Bila ada pertanyaan soal virus corona dan pemeriksaan penyakit, konsultasikan kepada dokter lewat fitur Tanya Dokter. Info RS rujukan dan tes PCR bisa didapatkan di Pusat Informasi COVID-19 KlikDokter.
(FR/AYU)