HomeInfo SehatBerita KesehatanSemua hal yang terjadi dalam hidup adalah sebuah proses, tergantung dari bagaimana seseorang melihat suatu pelajaran yang dapat diambil dari proses tersebut
Berita Kesehatan

Semua hal yang terjadi dalam hidup adalah sebuah proses, tergantung dari bagaimana seseorang melihat suatu pelajaran yang dapat diambil dari proses tersebut

Klikdokter, 10 Nov 2016

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Istilah ‘berpangku tangan’ tampaknya tidak ada dalam kamus wanita penggemar aneka macam bunga ini. Kesibukan ibu dari dua orang anak ini seolah tidak ada habisnya, namun itu semua dilakukannya dengan senang hati. “Love your works”, itu kata kuncinya.

Semua hal yang terjadi dalam hidup adalah sebuah proses, tergantung dari bagaimana seseorang melihat suatu pelajaran yang dapat diambil dari proses tersebut

Oleh : drg. Martha Mozartha

Istilah ‘berpangku tangan’ tampaknya tidak ada dalam kamus wanita penggemar aneka macam bunga ini. Kesibukan ibu dari dua orang anak ini seolah tidak ada habisnya, namun itu semua dilakukannya dengan senang hati.  “Love your works”, itu kata kuncinya.

Awalnya, dokter gigi yang sedang menjabat sebagai Ketua Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga ini ingin masuk sekolah seni rupa dan sempat mendaftar di jurusan arsitek namun ternyata saat itu nasib berkata lain. Banyaknya anggota keluarga yang berprofesi di bidang medis menjadi semacam role model baginya. Pilihan akhirnya jatuh ke bidang kedokteran gigi, karena bidang tersebut adalah gabungan art dan science, sesuai dengan minatnya sedari awal di bidang seni.

Pada tahun ketiga pendidikannya di FKG Universitas Padjajaran, lulusan sekolah menengah Santa Angela Bandung ini terpaksa pindah ke FKG Universitas Airlangga. Berkat dorongan dan semangat yang diberikan kedua orang tuanya, President of Rotary Club Surabaya Central periode 2003-2004 ini berhasil lulus lebih dahulu daripada teman kuliahnya semasa di Unpad, bahkan menjadi salah satu mahasiswa yang lulus tercepat di antara teman seangkatannya di Unair. Jauh dari orang tuanya yang saat itu berdomisili di Kota Kembang ternyata justru membuka mata dan memperluas wawasannya, di mana beliau lebih terlatih untuk mandiri. “Jika kita selalu berada di dalam ‘comfort zone’, kita tidak akan  belajar apa-apa,” ujarnya.

Lahir sebagai anak ketiga dari sembilan bersaudara, membuat Thalca muda sudah belajar berbagi dan bertanggung jawab sedari kecil. Banyak ajaran yang didapatnya dari kedua orang tua dan lingkungan keluarga yang selalu diingat dan dipegangnya hingga kini dan menjadi panduan dalam hidup.  “Saya sangat beruntung mempunyai ibu dan ayah yang sangat filosofis dan menyokong saya, they shaped me to become like this.”  

Selepas menyelesaikan pendidikan profesi kedokteran gigi, perempuan yang sangat gemar travelling ini ditawari menjadi staf pengajar di Unair. Lagi-lagi mengikuti kata hati dan kecintaannya akan seni, beliau memilih untuk menjadi staf di Departemen Ortodonti karena menurutnya bidang tersebut memiliki seni tersendiri dalam merawat pasien.

Belum lama menjadi staf pengajar, wanita yang kini genap berusia 56 tahun ini mengikuti tes untuk mendapatkan beasiswa ke luar negeri dan ternyata beliau meraih hasil terbaik bersama salah seorang teman. Jadilah beliau berkesempatan mengenyam pendidikan di School of Medical Education, University of New South Wales, Australia dan meraih gelar Master of Health Personnel Education. Di situlah beliau memperoleh medical education yaitu tentang sistem pendidikan diantaranya ‘problem based learning’, yang kini telah diterapkan di beberapa fakultas di Indonesia. Sekembalinya ke tanah air, dokter gigi yang meraih gelar Ph.D dari Dental Clinical School, University of Sydney, Australia ini semakin yakin bahwa tempatnya adalah di dunia pendidikan. Baginya, mendedikasikan ilmu pengetahuan untuk mengajar murid-muridnya merupakan kepuasan tersendiri.

Saat ini,  hari-hari wanita yang menanami sendiri pekarangan rumahnya dengan bunga-bunga yang menyejukkan mata ini selalu dipenuhi dengan berbagai kesibukan. Selain disibukkan dengan kegiatan belajar mengajar di fakultas, menjadi panitia dan peserta seminar dan workshop kedokteran gigi, dokter gigi yang pandai bermain piano ini juga aktif di kegiatan organisasi profesi seperti  PDGI dan Ikorti (Ikatan Ortodontis Indonesia). Beliau juga menjabat sebagai Project Leader Cleft Lip and Palate Surgery Rotary International, yang mencari dana untuk membiayai operasi bibir sumbing di mana kebanyakan pasiennya adalah anak-anak yang berasal dari keluarga golongan ekonomi lemah terutama di bagian Indonesia Timur.

Banyak pelajaran hidup yang dapat diambil dari dokter gigi enerjik ini. “Jangan pernah mengingkari bahwa apa yang telah terjadi itu adalah yang terbaik untukmu. Bila kamu sudah berusaha dengan sungguh-sungguh, if it yours it will be yours. Jadi coba-lah ikhlas dengan hasil yang diterima setelah usaha dan kerja keras.” [](MM)

 

Thalca Agusni Hamid,drg.,MHPEd.,Ph.D.,SpOrt

Thalca Agusni Hamid,drg.,MHPEd.,Ph.D.,
SpOrt.
Tempat & Tanggal Lahir:
Jakarta, 14 January 1953

RIWAYAT PENDIDIKAN

Fakultas Kedokteran Gigi:
Universitas Airlangga
1978

Master of Health
Personnel Education,
School of Medical Education,
University of
New South Wales,
Australia
1987

PhD, Dental Clinical School,
University of Sydney,
Australia
1999

Specialist in Orthodontics
(Sp.Ort)
2004

JABATAN SEKARANG

Kepala
Department Orthodontis /
Kedokteran Gigi

Pengajar Senior
Klinikal Orthodontis
di Department Orthodontis /
Kedokteran Gigi
University of Airlangga
1979 – sekarang

Lektor Kepala –
Gol IV a

Koordinator
Persatuan Dokter
Gigi Indonesia
(PDGI)
1999 – 2002

President of
Rotary Club
Surabaya Central
2003 – 2004

Health Services Committee
Coordinator Rotary
International – Indonesia
2004 – 2005

Project Leader
Cleft Lip and Palate Surgery
Rotary International
2001- sekarang

SportPhDThalca Agusni HamidDrg.MHPEd.

Konsultasi Dokter Terkait