HomeIbu Dan anakTips Parenting5 Kiat Mengajarkan Anak Berani Berkata Tidak Saat Dibully
Tips Parenting

5 Kiat Mengajarkan Anak Berani Berkata Tidak Saat Dibully

Tri Yuniwati Lestari, 22 Sep 2023

Ditinjau Oleh Gracia Ivonika, M.Psi., Psikolog

Icon ShareBagikan
Icon Like

Orangtua perlu mengajarkan anak berani bilang “tidak” agar tidak menjadi korban bullying atau kekerasan seksual. Bagaimana caranya?

5 Kiat Mengajarkan Anak Berani Berkata Tidak Saat Dibully

Saat berada dalam jangkauan orangtua, mungkin melindungi anak dari pelaku kekerasan atau bullying cukup mudah. Akan tetapi, bagaimana jika anak sedang di sekolah dan menghadapi paksaan yang buruk? Apa yang harus ia lakukan?

Agar dapat melindungi diri sendiri, orangtua perlu membekali anak dengan kekuatan dan kemampuan untuk menolak, serta mengajarkan anak bilang tidak kepada pelaku.

Berikut beberapa cara mengajari anak untuk menolak perilaku tidak menyenangkan dari orang lain:

1. Ajarkan Anak tentang Batasan Diri

Agar anak tidak menjadi korban kekerasan fisik maupun seksual, Gracia Ivonika, M.Psi., Psikolog mengatakan orangtua perlu mengajarkan batasan diri yang sehat.

“Mengajarkan batasan membuat anak memahami norma dan nilai yang berlaku dan juga menjaga diri. Selain itu, mengajarkan batasan diri juga berhubungan dengan konsep respect atau menghargai diri ataupun orang lain,” ucap Gracia.

Menurut Gracia, cara mudah untuk menjelaskan batasan diri adalah menjelaskan secara sederhana dengan kata-kata yang mudah dimengerti.

Misalnya, jelaskan kepada anak “Jika ada orang yang tidak kamu kenal mengajak pergi, kamu harus bisa menolak dan cari tempat yang aman, misalnya kalau di sekolah masuk ke ruang guru atau ruang keamanan.”

Orangtua juga perlu mengajari batasan tentang bagian tubuh mana saja yang tidak boleh disentuh orang lain. Misalnya, katakan kepada anak, “Bagian tubuh yang tertutup oleh pakaian dalam hanya boleh kamu yang sentuh. Tidak boleh orang lain menyentuhnya.” 

2. Ajarkan Anak tentang Persetujuan

Papa dan mama juga perlu mengajarkan anak tentang persetujuan. Jelaskan dengan sederhana bahwa persetujuan berjalan dua arah. Gunakan contoh-contoh di rumah agar anak mengerti konsep persetujuan.

Misalnya, saat anak makan camilan favoritnya, mama bisa mencoba meminta makanannya dengan bertanya, “Boleh tidak minta makanannya?” Jika anak mengatakan tidak, ortu perlu menghargai keputusan anak agar ia paham konsep persetujuan. 

Biarkan anak paham bahwa ketika seseorang mengatakan tidak, maka ia harus bisa menghormatinya. Dengan cara yang sama, ketika anak mengatakan “tidak” kepada orang lain, maka orang lain juga harus menghormatinya.

3. Role Play

Salah satu cara terbaik untuk mengajari anak keterampilan baru adalah memainkan role play atau skenario. Beri contoh konkret yang dapat mudah dipahami anak.

Beritahu juga kapan anak diizinkan untuk mengatakan tidak tanpa penjelasan dan kapan ia memerlukan percakapan lanjutan. Beri anak contoh dan biarkan ia membuatnya sendiri.

“Bisa juga lewat video atau film yang kemudian perlu didiskusikan bersama orangtua. Lalu, mulailah menerapkan batasan juga di dalam rumah, misalnya antara orangtua dan anak, berikan contoh yang baik kepada anak,” papar Gracia.

4. Ajari Anak Mengikuti Intuisi

Biarkan anak berani mengatakan tidak kepada seseorang, aktivitas, atau situasi yang membuatnya tidak nyaman. Semakin ia diizinkan untuk mengikuti nalurinya, semakin besar kemungkinan ia akan memahami batasan diri dan melindungi diri.

Artikel lainnya: Hati-hati, Bullying Juga Bisa Terjadi Meski Sekolah di Rumah

Namun, membiarkan anak mengatakan “tidak” bukan berarti memberi kebebasan dalam melakukan apa pun yang ia mau. Ini hanya tentang mengajari anak untuk menghormati serta melindungi diri dan mungkin orang lain juga.

5. Barengi dengan Tindakan Protektif Lainnya

Selain mengajarkan anak bilang tidak, orangtua juga perlu mengajarkan tindakan protektif lainnya seperti menendang, berteriak, dan minta tolong kepada orang lain saat ada orang yang mengancam keamanannya.

Anak-anak perlu tahu, tubuh mereka tidak boleh disentuh sembarangan. Berani bilang tidak dapat menjadi salah satu cara anak menyelamatkan diri.

Kalau anak tiba-tiba terlihat takut berlebihan atau perilakunya berubah, jangan ragu untuk konsultasi dengan psikolog.

Dapatkan tips parenting lainnya yang lebih lengkap dan akurat di aplikasi KlikDokter!

(FR/JKT)

Bullyingpola asuh

Konsultasi Dokter Terkait