Kesehatan Bayi

BAB Bayi Berbusa, Bahayakah?

dr. Dyah Novita Anggraini, 19 Apr 2022

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

BAB bayi yang berbusa bisa jadi pertanda suatu masalah kesehatan. Ketahui penyebab BAB bayi berbusa dan cara mengatasinya berikut ini.

BAB Bayi Berbusa, Bahayakah?

Anda mungkin tahu bahwa selain lewat tangisan, kondisi bayi juga dapat dilihat dari normal atau tidaknya ia buang air besar atau BAB. Hal ini bisa dinilai melalui frekuensi si Kecil buang air besar, serta warna, tekstur, maupun tampilan feses yang dikeluarkan. 

Terdapat beberapa hal yang dapat menentukan normal atau tidaknya BAB bayi, yaitu usia, pemberian ASI atau susu formula, serta sudah masuk masa makanan pendamping ASI (MPASI) atau belum. 

Terkait tampilan feses, kebanyakan orang tua mungkin sudah terbiasa melihat feses bayi yang lembek. Oleh sebab itu, kondisi ini tidak terlalu menimbulkan kekhawatiran. Namun, berbeda halnya saat BAB bayi berbusa yang mungkin akan membuat sebagian besar orang tua sangat cemas. 

Lantas, bahayakah BAB bayi berbusa? Dalam hal ini, sebaiknya Anda jangan terlalu panik dulu. Feses bayi yang berbusa memang berhubungan dengan masalah di pencernaan si Kecil. Akan tetapi, kondisi ini tidak selalu menandakan masalah kesehatan serius. 

Untuk memahami apa saja penyebab BAB bayi berbusa, simak ulasan berikut ini. 

1. Karena Kandungan ASI

Feses bayi yang berbusa bisa disebabkan oleh tak seimbangnya asupan foremilk dan hindmilk. Hal tersebut justru tergolong normal apabila bayi masih mendapatkan asupan ASI.

Foremilk adalah cairan ASI yang keluar terlebih dulu selama beberapa menit setelah si Kecil mulai menyusu. Sementara itu, hindmilk adalah cairan ASI yang keluar selanjutnya. 

Hindmilk sendiri lebih kental daripada foremilk karena mengandung lebih banyak kalori dan lemak. Di sisi lain, foremilk lebih encer dan berkalori rendah, tapi tinggi laktosa. Nah, karena kemampuan tubuh bayi yang belum maksimal dalam mencerna laktosa ASI dari foremilk, bisa saja bayi mengeluarkan feses yang berbusa.

Artikel Lainnya: Bayi ASI Sering BAB, Normalkah?

Beda halnya jika yang terserap banyak oleh si Kecil adalah hindmilk. Biasanya, feses bayi akan berwarna kuning dan tak berbusa atau berbuih. Warna kuning tersebut didapat dari lemak pada hindmilk, jadi Anda juga tak perlu khawatir dengan kondisi ini.

Untuk mengatasi masalah ketidakseimbangan keduanya, Anda bisa membiarkan si Kecil menyusu pada salah satu payudara setidaknya selama 5-10 menit, sebelum memindahkannya ke payudara satu lagi.

Tujuannya adalah supaya bayi mendapatkan asupan hindmilk yang cukup atau sama banyak dengan foremilk. Selain itu, sebelum kembali memulai sesi menyusui, Anda juga dapat menggunakan payudara yang terakhir Anda gunakan untuk menyusui bayi.

2. Alergi Susu Sapi

Apabila feses si Kecil berbusa ketika sudah tidak mendapatkan ASI eksklusif, bisa jadi ia mengalami alergi terhadap susu formula yang diberikan. Alergi susu ini juga akan disertai dengan beberapa gejala lain, seperti:

  • Rewel
  • Demam
  • Muntah
  • Batuk-batuk
  • Sesak napas
  • Pembengkakan di bibir, lidah, dan tenggorokan
  • Muncul ruam di kulit 

Namun, jika feses bayi berbusa dan berwarna hijau terang, tapi tanpa disertai gejala-gejala di atas, kemungkinan besar kondisi itu bukanlah masalah serius alias tergolong normal. 

Artikel Lainnya: Ada Gumpalan Putih di BAB Bayi, Apa Penyebabnya?

Apabila BAB bayi berbusa akibat alergi susu formula, Anda bisa mengganti susunya dengan susu formula yang hypoallergenic. Susu bayi jenis ini memiliki risiko alergi lebih kecil.

Namun, sebelum Anda memutuskan mengganti jenis susu, konsultasikan dahulu dengan dokter spesialis anak. Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis dan merekomendasikan susu yang sesuai bagi si Kecil.

3. Infeksi

Infeksi bakteri, parasit, maupun virus bisa saja terjadi pada si Kecil. Umumnya selain membuat frekuensi BAB bertambah, konsistensi BAB juga ikut berubah menjadi tampak encer dan berbusa, ada lendir, bahkan disertai dengan darah.

Salah satu penyebab BAB berbusa paling sering adalah parasit Giardia. Parasit ini bisa masuk ke tubuh apabila si Kecil tidak sengaja mengonsumsi makanan atau minuman yang sudah tercemari oleh parasit ini.

Artikel Lainnya: Mengenali Tanda Sembelit pada Bayi

4. Penyakit Celiac

Penyakit celiac merupakan penyakit autoimun yang dipicu oleh gluten. Gluten sendiri adalah protein yang ditemukan di tepung, rye, dan barley beserta turunannya. Pada penyakit celiac, terjadi gangguan malabsorbsi, yaitu ketika seseorang memiliki reaksi alergi terhadap konsumsi gluten. 

Bayi bisa menunjukkan tanda dan gejala awal dari intoleransi gluten setelah ia menerima MPASI. Biasanya, bayi dengan penyakit celiac akan mengalami BAB berbusa, tidak mengalami kenaikan berat badan yang optimal, cenderung rewel, perut kembung, dan ruam kulit.

5. Efek Operasi Saluran Cerna

Kondisi khusus dan memerlukan tindakan operasi di saluran cerna, seperti penyakit Hirschsprung, bisa menyebabkan BAB bayi berbusa.

Tindakan operasi pada saluran cerna juga dapat menyebabkan kondisi short bowel syndrome yang akan membuat bayi mengeluarkan feses berbusa dan encer secara terus-menerus.

Artikel Lainnya: BAB Berdarah pada Bayi, Ketahui Kemungkinan Penyebabnya

Hal tersebut karena usus tidak bisa menyerap makanan, cairan, dan elektrolit dengan baik. Apabila tidak ditangani segera, risiko bayi alami dehidrasi dan malnutrisi pun bisa meningkat. 

6. Pankreatitis

Kondisi BAB berbusa bisa mengarah ke pankreatitis. Seseorang yang mengalami pankreatitis tidak dapat mencerna lemak dan menderita gejala berupa tinja berbusa yang disertai:

  • Demam
  • Mual
  • Muntah 
  • Perut bengkak

Kondisi ini merupakan kondisi kronik yang memerlukan perawatan yang lebih intensif di Rumah Sakit. Segera bawa si Kecil ke dokter apabila mengalami gejala-gejala tersebut. 

Jadi, itulah penjelasan tentang kenapa BAB bayi berbusa. Selama kondisi tersebut tidak membuat si Kecil rewel berkepanjangan dan mendapatkan ASI eksklusif, sebaiknya Anda tidak perlu khawatir.

Sebaliknya, jika BAB bayi berbusa disertai dengan demam tinggi, ditemukan darah pada feses, rewel, tidak mau menyusu, serta frekuensi dan jumlah BAB bayi menurun, sebaiknya Anda tidak menunda-nunda untuk membawanya ke dokter.

Untuk pemeriksaan awal, Anda juga bisa berkonsultasi secara online lewat fitur Live Chat dokter.

(PUT/JKT)

Bayi

Konsultasi Dokter Terkait