Oleh : dr. Rizka Ismailia Puteri Iskandar
Bayangkan saja,di usianya yang 13 tahun, ia terlihat seperti berusia 50 tahun dengan kulit wajah keriput dan raut wajah tua. Ironisnya, teman dan orang disekitarnya seakan tak mengerti penyakitnya dan justru memperolok dirinya.
Kondisinya saat ini ditambah dengan perilaku orang sekitar yang kurang mendukung menyebabkan kepercayaan dirinya menjadi sangat rendah. Zara yang sering diolok dengan sebutan “monyet” atau “nenek” ini merasa sangat takut untuk menginjakkan kakinya keluar rumah dan selalu merasa risih dengan perilaku setiap orang yang menatap dirinya penuh dengan pertanyaan.
Ternyata penderitaan Zara ini pun sudah dapat diperkirakan oleh ibunya, Tracey, yang juga memiliki penyakit serupa. Tracey memiliki tujuh orang anak, dan tiga diantaranya termasuk Zara memiliki penyakit ini.
Secara umum, lipodistrofi memiliki dua bentuk yaitu lipodistrofi yang merupakan kelainan genetik (diturunkan) dan yang didapat ( tidak diturunkan). Masing-masing dari bentuk tersebut memiliki jenis yang bervariasi.
Keluarga Hartshorn jelas memiliki bentuk lipodistrofi yang berasal dari kelainan genetik. Sedangkan bentuk lipodistrofi yang didapat seringkali dikaitkan dengan lama penggunaan anti retroviral (ARV) yang merupakan obat HIV.
Sayang sekali hingga kini belum ada pengobatan yang efektif untuk mengatasi lipodistrofi. Namun, beberapa pusat kesehatan di Amerika mengklaim dapat memperbaiki wajah yang tampak tua tersebut dengan menyuntikkan “filler” yang sudah disetujui oleh U.S. Food & Drug Administration (FDA) dibawah kulit wajah untuk mengisi bentuknya.
Tindakan ini sudah dilakukan pada pasien lipodistrofi wajah yang sedang menjalani pengobatan ARV , dan memberikan dampak yang menggembirakan- meningkatkan rasa percaya diri, menghilangkan gejala depresi dan meningkatkan kepatuhan dalam menjalani rangkaian pengobatan ARV. Sebuah berita gembira yang mungkin dapat diterapkan bagi Zara, paling tidak agar ia merasa lebih percaya diri menjalani kehidupannya kelak.[](RIPI)