HomeIbu Dan anakKesehatan AnakKenali Internalizing Behavior yang Membuat Anak Tertutup dan Penakut
Kesehatan Anak

Kenali Internalizing Behavior yang Membuat Anak Tertutup dan Penakut

Tamara Anastasia, 20 Agu 2023

Ditinjau Oleh Ikhsan Bella Persada, M.Psi., Psikolog

Icon ShareBagikan
Icon Like

Anak suka menutup diri, sering rewel, dan tidak banyak cerita? Hati-hati, bisa jadi si Kecil terkena Internalizing Behavior! Kondisi apa itu?

Kenali Internalizing Behavior yang Membuat Anak Tertutup dan Penakut

Tak hanya orang dewasa, depresi dapat juga dialami anak-anak. Namun terkadang, anak tidak secara terbuka menunjukkan alias menyembunyikan depresi yang dirasakan.

Kondisi depresi pada anak ini bisa disebut dengan internalizing behavior. Lantas, bagaimana cara orang tua mengetahui kondisi internalizing behavior pada anak? 

Apa Itu Internalizing Behavior pada Anak?

Psikolog Ikhsan Bella Persada, M.Psi. menjelaskan internalizing behavior pada anak merupakan suatu kondisi yang menimbulkan rasa depresi, cemas, emosi, dan stres yang sering kali disembunyikan oleh anak.

Internalizing behavior sebenarnya adalah awal dari bentuk gangguan emosi dan perilaku pada anak. Gangguan emosi ini mungkin tidak mengganggu orang sekitar, tapi jelas bisa sangat merugikan anak,” tutur Ikhsan. 

Bahkan, Ikhsan menyebut gangguan emosi ini bisa berdampak serius pada diri anak, yang bisa memengaruhi kesehatan mental, hubungan anak dengan lingkungan sosial, dan hilangnya harga diri anak.

“Anak-anak dengan gangguan internalizing behavior akan menyembunyikan depresi, pergumulan, masalah, emosi, kesedihan, dan rasa cemasnya sendiri. Baik anak perempuan maupun laki-laki, keduanya bisa memiliki internalizing behavior.”

Adapun beberapa gejala yang menunjukan anak punya internalizing behavior, antara lain: 

  • Anak sering menarik diri.
  • Anak berubah menjadi penakut. 
  • Tidak percaya diri.
  • Sering merasa gugup.
  • Merasa kesepian.
  • Enggan untuk berkomunikasi dengan orang lain. 
  • Depresi.
  • Punya gangguan makan.
  • Kurang atau kelebihan jam tidur. 
  • Sulit untuk konsentrasi.

“Jika perilaku ini tidak segera diatasi, bisa berlanjut hingga anak beranjak dewasa. Bukan tidak mungkin anak jadi suka menyakiti dirinya sendiri karena memendam semua emosi yang mereka rasakan,” kata Ikhsan. 

Artikel Lainnya: Tips Membantu Anak Pemalu agar Lebih Percaya Diri

Penyebab dan Faktor Risiko Internalizing Behavior

Lantas, apa yang menjadi penyebab internalizing behavior pada anak? Dijelaskan Ikhsan, ada beberapa faktor melatari, antara lain sebagai berikut ini.

1. Faktor Biologis 

Faktor biologis ini dipengaruhi oleh tingkat temperamen seorang anak. Ini bisa dilihat dari cara anak mendekatkan diri dengan orang atau situasi sekitarnya.

2. Faktor Internal 

Faktor internal bisa dilihat dari regulasi diri yang kurang terbentuk sejak dini sehingga tidak dapat mengembangkan strategi coping-nya anak.

Ketika internalizing behavior disebabkan oleh faktor internal, anak jadi tidak tahu cara coping dari emosi negatifnya.

3. Faktor Eksternal 

Faktor eksternal bisa dinilai dari cara keluarga mendidik dan berperilaku pada anak. Biasanya, keluarga yang terlalu otoriter, cenderung membuat anak memiliki internalizing behavior.

Contohnya, ketika anak menangis, orang tua justru semakin memarahi dan memaki anak. 

Artikel Lainnya: 6 Cara Bangun Waktu Berkualitas dengan Anak

Cara Mengatasi Internalizing Behavior pada Anak

Agar dampaknya bisa dicegah, orang tua perlu cari tahu cara mengatasi internalizing behavior pada anak. Beberapa di antaranya adalah berikut ini.

1. Mengubah Gaya Pola Asuh 

“Jika hubungan orang tua dan anak tidak terlalu baik, cobalah secara perlahan mulai mendekatinya dengan cara mengajak mereka berkomunikasi,” kata Ikhsan.

Lakukan komunikasi secara sering dan ajarkan anak cara menyalurkan emosinya dengan hal positif. Jika memang anak hanya bisa menangis, coba temani sampai mereka tenang.

2. Jadi Contoh yang Baik 

Bagaimanapun, orang tua pasti jadi contoh utama bagi anak. Karena itu, bersikap bijak dan pintar dalam mengelola emosi harus dimiliki oleh setiap orang tua. 

Dengan ini, anak akan belajar mengikuti cara orang tua untuk mengelola emosi. 

3. Therapy Play 

Apabila kondisi anak sudah semakin parah dan di luar kuasa orang tua, coba bawa anak ke psikolog untuk mendapatkan terapi yang tepat.

Menurut Ikhsan, terapi yang paling cocok untuk kondisi internalizing behavior adalah therapy play, atau terapi sambil bermain. 

Anak pun tidak merasa sedang diobati, tapi sedang bermain dengan terapis mereka. Jika kamu menemukan gejala internalizing behavior pada anak, jangan sungkan untuk bertanya dan mendekatkan diri pada anak. Apabila gejalanya sudah semakin parah, bawa anak ke psikolog agar tidak semakin memburuk.

Dapatkan informasi terbaru seputar kesehatan, nutrisi, dan penyakit di aplikasi KlikDokter. Yuk, #JagaSehatmu dan kesehatan keluargamu dengan menggunakan fitur-fitur di KlikDokter.

(HNS/AYU)

Psikologi anak

Konsultasi Dokter Terkait