Kehamilan

Anemia dan Angka Kematian Ibu

dr. Anita Amalia Sari, 06 Agt 2015

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Setiap tahunnya, sekitar 287.000 wanita meninggal akibat komplikasi saat hamil dan melahirkan. Dan angka kematian tersebut, tak luput dari fenomena anemia pada ibu hamil dan wanita. Berikut penjelasan dr. Anita Amalia Sari di sini.

Anemia dan Angka Kematian Ibu

KlikDokter.com - Kematian Ibu hamil dan melahirkan merupakan penyebab kedua terbanyak kematian wanita usia reproduksi. Setiap tahunnya, sekitar 287.000 wanita meninggal akibat komplikasi saat hamil dan melahirkan dan 99% diantaranya terjadi di negara berkembang.

Menurut data organisasi kesehatan dunia/ World Health Organization (WHO), komplikasi utama penyebab hampir 75% kematian ibu hamil dan melahirkan antara lain:

  1. Perdarahan hebat (seringkali perdarahan setelah melahirkan) 27%
  2. Infeksi (setelah melahirkan) 11%
  3. Tekanan darah tinggi selama masa kehamilan (pre eclampsia dan eclampsia) 14%
  4. Partus tak maju 9%
  5. Akibat aborsi 8%
  6. Emboli udara/ pembekuan darah 3%

Data dari departemen kesehatan Indonesia juga tak menunjukkan banyak perbedaan. Berdasarkan survei SDKI  tahun 2007 angka kematian ibu (AKI) Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Di Indonesia penyebab utama kematian ibu sama juga dengan dunia internasional yaitu akibat perdarahan, hipertensi saat hamil dan infeksi.

Perdarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu di Indonesia (28%). Anemia dan kekurangan energi kronis pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu. Seorang wanita yang mengalami perdarahan setelah melahirkan dapat menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia) berat dan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan.

Anemia merupakan sebuah kondisi kesehatan yang seringkali ditemukan pada masyarakat terutama masyarakat dengan ekonomi rendah. Anemia yang paling sering ditemukan adalah anemia defisiensi zat besi (ADB). Wanita usia reproduktif, hamil-menyusui dan bayi serta balita berisiko tinggi mengalami anemia.

Alasan wanita usia reproduktif dan wanita hamil mengalami anemia akibat defisiensi zat besi adalah karena adanya peningkatan kebutuhan zat besi akibat menstruasi dan hamil. Berikut beberapa fakta seputar zat besi dan wanita menstruasi:

  • Kebutuhan zat besi wanita dewasa sekitar 1,36 mg per hari dan kebutuhan remaja yang sedang menstruasi adalah sekitar 1,73 mg per hari.
  • Namun, sekitar 15% wanita dewasa yang sedang menstruasi memiliki kebutuhan lebih dari 2 mg per hari dan sekitar 5% membutuhkan sekitar 2,84 mg per hari.
  • Remaja perempuan yang sedang dalam masa pertumbuhan dan mengalami menstruasi membutuhkan zat besi yang lebih banyak; sekitar 30% butuh menyerap zat besi lebih 2 mg per hari; 10 % membutuhkan 2,65 mg dan 5% membutuhkan 3,21 mg. Kebutuhan ini akan sulit dicapai bila asupan makanan harian yang mengandung zat besi tidak tercukupi dengan baik.

Lalu ada hubungannya antara meningkatnya kebutuhan zat besi dan selama masa kehamilan. Berikut di halaman selanjutnya penjelasan selengkapnya:

Zat Besi dan Kehamilan

Saat hamil kebutuhan zat besi meningkat terutama saat trimester kedua dan ketiga hingga mencapai 5,6 mg per hari (3,54-8,80 mg per hari). Kebutuhan ini sulit dicapai melalui diet (makanan) harian saja. Oleh sebab itu cadangan zat besi sebelum hamil dan suplemen zat besi tambahan saat hamil memegang peranan penting.

Saat hamil terjadi berbagai perubahan signifikan terhadap tubuh Anda. Jumlah darah di dalam tubuh meningkat hingga 20-30%. Oleh sebab itu, kebutuhan zat besi dan vitamin lainnya untuk membuat hemoglobin pun meningkat.

Banyak wanita yang kekurangan zat besi yang dibutuhkan pada trimester kedua dan ketiga kehamilan. Ketika tubuh membutuhkan zat besi melebihi cadangannya, maka ibu hamil dapat jatuh pada kondisi anemia.

Anemia ringan normal terjadi pada ibu hamil akibat peningkatkan volume darah. Meskipun demikian, anemia berat dapat membuat ibu dan janin berisiko selama kehamilan. Bila ibu hamil mengalami anemia pada dua trimester awal kehamilan, maka ibu hamil berisiko melahirkan bayi prematur atau bayi dengan berat lahir rendah. Anemia juga menyebabkan ibu hamil berisiko tinggi mengalami perdarahan saat melahirkan dan membuat ibu hamil lebih sulit melawan infeksi.

Wanita hamil yang mengalami kondisi anemia memiliki risiko lebih besar mengalami kematian saat hamil dan nifas (paska melahirkan). Anemia memang tidak secara langsung menyebabkan kematian ibu hamil karena penyebab kematian terbanyak adalah akibat perdarahan. Namun, perdarahan yang hebat dapat menyebabkan ibu hamil jatuh pada kondisi anemia berat, terlebih pada ibu yang tidak memiliki cadangan zat besi yang baik selama masa kehamilan.

Proses melahirkan membutuhkan kekuatan dan ketahan fisik ibu hamil yang mana sangat sulit dicapai bila ibu hamil mengalami anemia berat. Selain karena perdarahan, gagal jantung merupakan salah satu penyebab kematian ibu hamil yang mengalami anemia berat.

Bila punya pertanyaan lain seputar topik ini, gunakan fitur Tanya Dokter di aplikasi KlikDokter untuk konsultasi dengan dokter.

Tekanan Darah RendahDarah RendahSering PusingPenanganan AnemiaSakit DarahAnemia

Konsultasi Dokter Terkait