Relationship

Sederet Hal yang Terjadi di Otak Pria saat Jatuh Cinta

Zahra Aminati, 12 Agu 2021

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Terdapat berbagai reaksi yang berbeda di otak pria saat jatuh cinta. Reaksi seperti apa saja yang dimaksud? Yuk, cek penjelasan medis selengkapnya!

Sederet Hal yang Terjadi di Otak Pria saat Jatuh Cinta

Jatuh cinta merupakan perasaan yang kuat dan dapat mengubah hidup. Awal mengalaminya, semuanya mungkin akan terasa berbeda. Makan susah, tidur enggan, berbicara pun tak mau lantaran malu.

Kondisi-kondisi seperti itu juga dialami oleh pria, lho! Menurut Ikhsan Bella Persada, M. Psi., Psikolog, saat jatuh cinta dengan seseorang, otak pria akan memproduksi hormon dopamin dan oksitosin.

“Adanya hormon-hormon tersebut membuat pria merasa senang dan sangat gembira,” kata Ikhsan.

Selain itu, ada pula hal-hal lain yang terjadi di otak pria saat jatuh cinta. Berikut ini beberapa hal yang dimaksud:

1 dari 4

1. Merasakan Sensasi Melayang

Saat jatuh cinta, otak akan menghasilkan hormon lain yang disebut dengan phenylethylamine (PEA). Hormon ini dapat secara alami menciptakan sensasi melayang dan ketagihan akan cinta.

Selain itu, akan ada pula perasaan gembira dan peningkatan energi untuk menjalin suatu hubungan.

Artikel Lainnya: Takut Jatuh Cinta? Awas, Mungkin Anda Mengalami Philophobia

2. Membentuk Kenangan Positif

Otak juga sibuk bekerja untuk membentuk kenangan indah dan gambaran lucu di awal-awal hubungan asmara. Hal ini berkat oksitosin, atau yang dikenal dengan “hormon cinta”.

Faktanya, oksitosin membantu otak membentuk ingatan positif yang baru tentang pasangan.

Hormon tersebut juga membentuk koneksi saraf yang baru, dan menyingkirkan beban mental dari hubungan di masa lalu.

Tak hanya sebatas itu, hormon oksitosin dapat pula membantu memperdalam perasaan keterikatan terhadap pasangan.

3. Euforia

Saat pria sedang jatuh cinta, mereka akan merasa lebih bahagia daripada sebelumnya. Hal tersebut disebabkan oleh adanya hormon dopamin di dalam otak.

“Hormon tersebut bisa menimbulkan rasa candu. Itulah mengapa, saat jatuh cinta kita kepikiran terus dengan orang yang disukai. Dalam psikologi, hal ini disebut dengan euforia,” ujar Ikhsan.

Ikhsan juga mengatakan, euforia dapat muncul sebagai bentuk perilaku; seperti bertingkah mencari perhatian, ingin tampil di depan orang yang disuka, dan mampu meningkatkan energi positif.

Pelepasan dopamin di otak juga berkontribusi pada sensasi fisik dari perasaan cinta. Hormon tersebut pula yang menyebabkan jantung berdebar kencang dan telapak tangan berkeringat saat mengingat atau sedang bersama pasangan.

Artikel Lainnya: Cepat Cinta Apakah Benar Cepat Benci, Ini Kata Psikolog

2 dari 4

4. Tidak Peduli Sekitar

Jatuh cinta membuat pria tidak peduli dengan penilaian sosial. Tidak heran, pria yang sedang jatuh cinta tidak malu untuk menggandeng tangan pasangannya di depan umum.

Jatuh cinta juga bisa membuat pria terlihat lebih feminin. Contoh untuk hal ini, yaitu pria yang rela berteriak di depan umum dia sedang jatuh cinta dengan pasangannya.

5. Peningkatan Ambang Nyeri

Menurut ahli saraf dan profesor dari University of Alabama di Birmingham, Dr. Jarred Younger, Ph.D, penelitian laboratorium mendapatkan hasil bahwa pria yang sedang jatuh cinta memiliki peningkatan ambang nyeri.

Dugaan tersebut diketahui setelah melakukan penilaian terhadap otak pria dan wanita yang sedang jatuh cinta.

Menurut Younger, tubuh pria yang jatuh cinta mengirimkan pesan ke sumsum tulang belakang untuk memblokir rasa sakit sebelum sampai ke otak.

6. Menumbuhkan Keinginan untuk Berhenti Merokok

Masih kata Younger, hubungan romantis yang baru dapat mengubah senyawa kimia di otak pria dengan membuatnya lebih mudah untuk berhenti dari paparan zat adiktif, seperti rokok.

Jika seorang pria tiba-tiba berhenti merokok saat berkencan dengan seseorang, mungkin ia benar-benar sedang jatuh cinta.

3 dari 4

7. Tidak Berpikir Logis

Pernah merasa cinta yang sempurna di segala hal? Itu adalah akibat dari hormon PEA. Hormon ini juga berkontribusi pada bias ke arah yang positif.

Tingginya hormon PEA membuat pria kehilangan logikanya, sehingga membuat ia berpikir bahwa pasangannya adalah sosok sempurna yang tidak kekurangan sesuatu apa pun.

Selain itu, hormon oksitosin yang turut terproduksi di otak pria saat jatuh cinta juga membuatnya akan berpikir demikian sehingga perasaan yang tercipta bisa lebih kuat lagi.

Atas dasar itu, saat otak pria dipenuhi hormon-hormon tersebut, mereka akan merasa nyaman dan tidak tertarik dengan orang lain.

Artikel Lainnya: Anak Jatuh Cinta pada Pria Lebih Tua, Ini yang Perlu Dilakukan Orangtua

8. Tampak Selalu Waspada

Para yang sedang jatuh cinta memiliki ‘persenjataan emosional’ untuk melindungi diri agar tidak menyakiti perasaannya. Hal ini adalah bentuk respons langsung terhadap rasa takut akan penolakan.

Namun, tak sedikit pula pria yang mampu mengekspresikan emosinya tentang kerentanan mereka.

9. Selalu Ingin Membahagiakan Pasangan

Saat pria jatuh cinta, ia cenderung mencari cara untuk memenuhi kebutuhan orang yang dicintainya. Hal ini adalah bentuk perhatian dalam mengekspresikan cinta kepada pasangannya.

Bisa juga dikatakan bahwa kondisi tersebut adalah bentuk usaha pria untuk menunjukkan betapa berartinya sosok pasangan dalam hidupnya.

4 dari 4

10. Menjadi Sangat Baik

Sebagian besar pria akan menjadi sosok yang lebih baik saat sedang jatuh cinta. Mereka akan sangat menyadari perilaku sehari-hari; dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi pasangan.

Para pria akan mencari cara untuk menjadi sosok yang sangat baik, seperti memberikan bunga atau hadiah dengan cuma-cuma.

11. Lebih Sering Mengatakan “Kita” daripada “Saya”

Saat pria sedang jatuh cinta, mereka cenderung akan mengubah gaya bahasa sehari-hari.

Mereka pun—pria—akan lebih sering menyebutkan “kita” daripada “saya”, terutama saat membicarakan rencana masa depan atau membuat keputusan.

Itulah beberapa reaksi otak saat jatuh cinta yang terjadi pada pria. Cukup kompleks, bukan?

Cek fakta-fakta menarik lainnya soal kesehatan fisik dan mental dengan melakukan konsultasi lebih lanjut kepada psikolog maupun dokter melalui LiveChat 24 jam atau di aplikasi Klikdokter.

(NB/AYU)

Relationship
kesehatan mental