Kesehatan Mental

Sulit Meluapkan Emosi Bisa Jadi Tanda Alexithymia?

dr. Devia Irine Putri, 14 Agt 2022

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Orang yang tidak punya emosi sering dikaitkan dengan alexithymia. Yuk, cari tahu apa saja gejala dan penyebab alexithymia!

Sulit Meluapkan Emosi Bisa Jadi Tanda Alexithymia?

Normalnya, manusia mengekspresikan rasa sedih dengan tangis, rasa bahagia dengan tersenyum dan tertawa, ataupun rasa kesal dengan amarah. Namun, beberapa orang sulit meluapkan emosinya, meski di dalam hati dia benar-benar merasakannya. Kondisi ini dinamakan alexithymia

Alexithymia adalah kondisi yang membuat kamu kesulitan menunjukkan emosi yang tengah dirasakan. 

Alexithymia bukanlah gangguan mental yang perlu mendapatkan penanganan khusus dari psikolog atau psikiater. Namun, keberadaannya tetap diakui sebagai fenomena psikologis. 

Penyebab Munculnya Kondisi Alexithymia

Meski belum diketahui secara pasti, para ahli menduga penyebab alexithymia bisa dikarenakan faktor genetik, trauma masa kecil, atau kondisi medis yang memengaruhi fungsi saraf dan otak, seperti penyakit Parkinson, Alzheimer, epilepsi, autisme, dan stroke

Sederet faktor ini dipercaya bisa merusak insula. Insula adalah bagian otak yang berperan dalam mengatur kemampuan untuk bersosialisasi, berempati, dan mengekspresikan emosi. 

Berdasarkan penelitian yang dimuat Scandinavian Journal of Psychology, penggunaan berlebih alkohol maupun obat-obatan terlarang diyakini juga bisa memicu alexithymia.  

Artikel Lainnya: Manfaat Katarsis, Cara Pelampiasan Emosi untuk Kesehatan Mental

Gejala Alexithymia

Terdapat beberapa gejala alexithymia yang bisa dikenali, berikut ciri-cirinya:

  • Sulit mengidentifikasi perasaan dan emosi.
  • Kesulitan membedakan antara emosi dan respons tubuh. Contohnya, saat merasa kesal, pengidap alexithymia tidak terlihat kecewa, marah, atau cemas. 
  • Terbatas dalam menyampaikan perasaan ke orang lain.
  • Kesulitan untuk mengenal dan merespon berbagai emosi, termasuk nada suara dan ekspresi wajah.
  • Tidak punya imajinasi maupun fantasi.
  • Memiliki cara berpikir yang sangat logis dan kaku.
  • Terkesan cuek dengan orang lain, kaku, dan sering menjauhkan diri dari orang lain.
  • Tidak bisa beradaptasi dengan stres yang dihadapi.

Pengidap alexithymia tetap memiliki emosi, hanya saja sulit ditunjukkan. Karenanya, banyak orang salah kaprah mengenal mereka sebagai orang yang tidak punya emosi. 

Kondisi ini sering kali menimbulkan kesalahpahaman yang menyebabkan penderita alexithymia kerap merasa tidak puas dengan hidupnya.  

Tak heran, alexithymia bisa muncul bersamaan dengan gangguan mental lainnya, seperti depresi, skizofrenia, maupun PTSD. 

Tanda-tanda seseorang mengidap alexithymia hanya bisa diketahui oleh psikiater dan psikolog. Untuk menguji kondisi alexithymia, mereka akan meminta pasien mengisi kuesioner. Beberapa tes alexithymia yang bisa dilakukan, seperti :

  • The Twenty-Item Toronto Alexithymia Scale (TAS-20) menilai kemampuan pasien dalam mengidentifikasi perasaan, mengekspresikan perasaan ke orang lain, serta menguji kecenderungan pasien dalam berpikir secara eksternal.
  • The Bermond-Vorst Alexithymia Questionnaire (BVAQ) menilai skala emosi, fantasi, identifikasi, analisa, serta verbal.
  • The Observer Alexithymia Scale (OAS) menilai faktor keterasingan, wawasan, somatisasi (keluhan fisik akibat beban mental berat), humor, serta kekakuan sikap pasien.

Artikel Lainnya: Bukan Cengeng, Kita juga Bisa Menangis Ketika Sangat Marah 

Mengobati Alexithymia

Hingga saat ini, belum ada pengobatan khusus yang diklaim bisa mengatasi kondisi alexithymia. Namun, pengobatan dapat dilakukan dengan gabungan terapi, misalnya obat-obatan dan terapi yang disesuaikan dengan kondisi penderitanya. Hal ini menimbang  orang dengan alexithymia memiliki kondisi lain, seperti depresi, trauma, dan sebagainya.

Obat yang diberikan tergantung dengan keadaan penderitanya. Apabila pasien mengalami masalah depresi, obat antidepresan bisa diberikan. Jika mengalami kecemasan, maka yang diberikan adalah obat anticemas. 

Penderita alexithymia juga bisa menjalani beberapa bentuk terapi, seperti terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy), terapi kelompok, maupun psikoterapi. Terapi bisa membantu meringankan masalah psikologis yang dihadapi pengidap alexithymia.

Daripada menduga-duga apakah kamu mengidap alexithymia atau tidak, konsultasikan langsung dengan psikolog atau psikiater, ya! Dengan begitu kamu bisa belajar mengungkapkan emosi secara lebih baik. 

Konsultasi seputar kondisi mental lebih cepat dan mudah bisa dilakukan melalui fitur konsultasi psikologi online di KlikDokter

Yuk, #JagaSehatmu dan kesehatan mental kamu dengan download aplikasi KlikDokter untuk mengikuti informasi seputar kesehatan mental lainnya.

(ADT/JKT)

Referensi:

Scandinavian Journal Of Psychology. Diakses 2022. Association between alexithymia and substance use: A systematic review and meta analysis.

Gangguan MentalAlexithymia

Konsultasi Dokter Terkait