HomePsikologiKesehatan MentalHati-Hati, Terlalu Lama Galau Bisa Merusak Kesehatan
Kesehatan Mental

Hati-Hati, Terlalu Lama Galau Bisa Merusak Kesehatan

dr. Atika, 25 Agu 2018

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Jangan lama-lama galau kalau diputuskan pacar, karena akibatnya bisa buruk bagi kesehatan.

Hati-Hati, Terlalu Lama Galau Bisa Merusak Kesehatan

Galau, atau kondisi hati yang tidak tenang, membawa akibat yang buruk untuk kesehatan. Ingat, kan, Anda dengan semboyan “Dalam jiwa yang sehat, terdapat tubuh yang kuat”? Faktanya, moto ini disetujui oleh dunia medis dan dapat dibuktikan secara ilmiah.

Pada sejumlah penelitian, kondisi galau dan stres sering dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung. Selain itu, galau dapat menyebabkan asma, obesitas, diabetes, nyeri kepala kronis, depresi, masalah pencernaan, Alzheimer, dan percepatan penuaan.

Mengapa galau memicu timbulnya penyakit-penyakit berat tersebut? Karena ketika Anda galau, tubuh akan terpicu untuk mengalami sejumlah perubahan akibat kondisi stres Anda. Salah satunya pengeluaran hormon stres kortisol yang memengaruhi berbagai organ tubuh.

1. Penyakit jantung

Orang yang mudah galau rawan mengalami peningkatan tekanan darah serta penyakit jantung. Penyebabnya diduga karena kondisi stres dapat meningkatkan detak jantung dan aliran darah, serta melepaskan kolesterol dan trigliserida ke darah. Stres juga secara tidak langsung menyebabkan seseorang lebih rentan merokok dan obesitas, yang juga menjulangkan risiko penyakit jantung.

Lebih lanjut lagi, bagi seseorang yang telah memiliki riwayat penyakit jantung, stres dan kegalauan dapat memicu timbulnya serangan jantung. Untuk itu, jika Anda telah mengidap penyakit jantung kronis sangat disarankan untuk mengatur emosi dan mengelola stres akut sebaik-baiknya.

2. Depresi

Bila kegalauan memburuk hingga menjadi depresi, hal ini akan lebih berbahaya. Pasien dengan depresi diteliti memiliki peningkatan aktivitas sel darah trombosit dan penanda radang di darahnya (yang disebut dengan C-reactive protein, atau CRP). Kedua hal ini menjadi faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

Selain itu, depresi disebutkan dapat menaikkan risiko kematian hingga 17%, hanya dalam 6 bulan setelah penderitanya mengalami serangan jantung pertama.

3. Obesitas dan diabetes

Kegalauan menyebabkan seseorang memiliki gaya hidup yang tidak sehat. Selain merokok, gaya hidup tidak sehat yang dimaksud adalah malas berolahraga, mengonsumsi makanan tinggi lemak (seperti junk food), dan tinggi kadar gula. Bila berkepanjangan, kondisi obesitas dapat terjadi.

Obesitas dan gangguan profil lemak dalam darah juga berisiko memicu gangguan sensitivitas hormon insulin. Gangguan sensitivitas hormon insulin mengawali terjadinya diabetes mellitus tipe 2.

4. Nyeri kepala kronis

Tension type-headache (TTH) adalah nyeri kepala yang erat kaitannya dengan masalah psikologis seperti galau. Biasanya TTH memunculkan gejala berupa ketegangan di area pundak. Jenis sakit kepala sebelah, atau migrain, juga bisa dicetuskan oleh kegalauan hati yang berat. Bila galau tak segera tertangani, nyeri kepala dapat terus berulang dan menjadi kronis.

5. Gangguan pencernaan

Kondisi galau tidak akan menyebabkan timbulnya luka secara mendadak pada lambung Anda. Namun, galau dapat memperberat gejala karena meningkatkan produksi asam lambung. Ketahui juga bahwa galau menjadi faktor yang berkontribusi dalam munculnya rasa terbakar di dada pada gastroesophageal reflux disease (GERD) serta gangguan buang air besar pada irritable bowel syndrome (IBS).

Manajemen emosi yang benar disertai penanganan galau yang tepat sangat dibutuhkan. Bertukar pikiran dan membicarakan masalah yang menimbulkan galau mungkin dapat membantu Anda. Sebagian orang juga merasa lebih tenang dengan melakukan olahraga, misalnya yoga. Selain itu, relaksasi, pemijatan, dan pengalihan sementara juga bisa Anda andalkan. Bila galau Anda hilang, maka menurun pula risiko untuk mengalami penyakit-penyakit yang telah dijelaskan di atas.

[RS/ RVS]

GalauStresPatah HatiObesitasPenyakit Jantung

Konsultasi Dokter Terkait