Mengasuh anak adalah proses belajar sepanjang hidup bagi orangtua. Dalam memberikan pengasuhan membutuhkan wawasan, kemampuan, dan kemauan untuk belajar membersamai anak. Anak yang dianggap patuh dan menuruti perintah atau permintaan orang tua kemudian sering dijadikan sebagai kesuksesan dalam pengasuhan.
Hal yang sering tidak disadari oleh orang tua dalam pengasuhan adalah memberikan rasa bersalah kepada anak saat berkomunikasi. Perilaku ini kemudian dikenal dengan istilah “guilt tripping”. Dalam artikel ini, Psikolog Iswan Saputro dan tim konten KlikDokter akan memahami secara mendalam dan detail tentang apa itu guilt tripping, mengapa itu terjadi dalam pengasuhan anak-anak, dampaknya pada kesehatan mental anak, serta strategi untuk mengatasi dan mencegahnya.
Artikel Lainnya: Jenis-Jenis Pola Asuh dan Dampaknya pada Karakter Anak
Apa itu Guilt Tripping?
Guilt tripping adalah taktik manipulatif yang digunakan oleh orang tua atau pengasuh untuk membuat anak merasa bersalah atau menyalahkan diri sendiri. Ini sering kali digunakan sebagai upaya untuk mengendalikan perilaku anak atau mendapatkan apa yang diinginkan oleh orang tua. Guilt tripping dapat muncul dalam berbagai bentuk, termasuk ucapan, ekspresi wajah, atau bahkan tindakan yang merujuk pada kesalahan anak sebagai cara agar anak mengikuti harapan atau permintaan orang tua.
Contoh guilt tripping adalah ketika orang tua terbiasa mengatakan “Mama sedih kalau kamu tidak membantu mama di rumah.”, “Kamu tidak sayang dengan mama kalau tidak menghabiskan makan.”, atau ekspresi orang tua yang sedih bahkan menangis ketika permintaannya tidak dipenuhi oleh anak.
Pola komunikasi guilt tripping membuat anak dianggap menjadi penyebab atau bersalah atas kondisi yang dialami oleh orangtuanya. Jika dilakukan secara terus-menerus akan mempengaruhi kondisi psikologis anak kedepannya.
Artikel Lainnya: Mengenal Metode Hypnoparenting dalam Pengasuhan Anak
Mengapa Guilt Tripping Terjadi dalam Pengasuhan Anak?
1. Tidak Memahami Emosi Anak
Penyebab utama guilt tripping adalah orang tua yang belum memahami perkembangan emosi anak usia dini. Dalam pengasuhan, anak masih belum sepenuhnya memahami bagaimana hubungan sebab akibat dan masih belajar memahami emosi.
Orang tua sering beranggapan bahwa dengan menggunakan guilt tripping adalah cara mengenalkan emosi kepada anak, namun cara ini bisa berdampak negatif pada mental anak. Penting dalam pengasuhan untuk memperhatikan pola komunikasi antara orang tua dan anak.
2. Frustasi dalam Pengasuhan
Tidak mudah bagi orang tua dalam memberikan pengasuhan sehingga muncul rasa frustasi dalam berkomunikasi kepada anak. Untuk menghentikan perilaku yang sulit diatasi, memenuhi permintaan, dan membuat anak patuh seringkali menjadi alasan orang tua melakukan guilt tripping kepada anak.
Dampak Guilt Tripping pada Kesehatan Mental Anak
Guilt tripping dapat mempengaruhi kepribadian dan kesehatan mental anak bahkan saat anak sudah dewasa. Berikut dampak yang dapat muncul dari guilt tripping:
1. Kecemasan pada Anak
Anak yang dibesarkan dengan perasaan bersalah mudah merasa cemas ketika dihadapkan dalam pengambilan keputusan, beradaptasi dengan lingkungan baru, dan menyelesaikan sesuatu. Hal ini terbentuk dari pola komunikasi yang menuntut anak memenuhi ekspektasi orang tua dan keyakinan akan berdampak negatif jika gagal.
Artikel Lainnya: Pentingnya Menerapkan Pola Asuh yang Konsisten pada Anak
2. Kesulitan dalam Mengendalikan Emosi
Guilt tripping dapat mempengaruhi bagaimana anak mengenali, memahami, mengekspresikan, dan mengelola emosinya. Anak yang tumbuh dengan rasa bersalah yang tinggi cenderung sulit dalam mengendalikan emosi ketika dihadapkan dengan masalah. Salah satu dampaknya adalah anak menjadi mudah tantrum ketika gagal mendapatkan sesuatu yang diinginkan.
3. Rendahnya Rasa Percaya Diri
Rasa percaya diri anak dipengaruhi oleh kondisi emosinya. Jika anak lebih banyak fokus pada emosi cemas atau takut akan melakukan kesalahan dapat mempengaruhi keberanian atau percaya diri anak mencoba atau melakukan sesuatu. Tidak jarang membentuk anak menjadi pendiam dan pemalu dalam bersosialisasi.
4. Gangguan dalam Hubungan Sosial
Guilt tripping mempengaruhi kemampuan anak beradaptasi dan bersosialisasi dengan teman sebaya atau lingkungan baru, Rasa cemas, rendah diri, dan takut melakukan kesalahan akan menghambat anak untuk bisa terbuka pada pengalaman atau teman baru.
Mengatasi Guilt Tripping dalam Pengasuhan Anak
Mengatasi guilt tripping dalam pengasuhan anak adalah penting untuk menjaga kesehatan mental mereka. Berikut adalah beberapa strategi yang dapat membantu:
1. Pahami Tahapan Tumbuh Kembang Anak
Penting untuk memahami tahapan perkembangan emosi dan kognitif anak. Ini membantu kamu memiliki ekspektasi yang realistis tentang perilaku mereka.
2. Komunikasi Terbuka dan Empatik
Biasakan untuk membahas perasaan bersalah dengan anak. Ajarkan mereka bahwa perasaan ini normal, tetapi juga ajarkan cara mengatasi perasaan tersebut secara sehat.
3. Tanyakan Kesediaan Anak
Hindari menggunakan taktik guilt tripping dalam pengasuhan. Sebaliknya, komunikasikan harapan dan keinginan kamu dengan jelas dan terbuka, tanpa perlu mengandalkan ancaman atau manipulasi.
4. Beri Contoh Positif
Jadilah contoh yang baik bagi anak dalam mengelola emosi dan mengatasi perasaan bersalah. Tunjukkan kepada mereka bahwa penting untuk mengungkapkan perasaan secara terbuka dan sehat.
Artikel Lainnya: Mengenal Co-Parenting, Manfaat dan Tips Sukses Melakukannya
5. Berikan Pujian dan Dukungan
Berikan pujian dan dukungan yang tulus ketika anak melakukan sesuatu dengan baik atau memperbaiki perilaku mereka. Ini akan memperkuat perilaku positif tanpa perlu menggunakan taktik guilt tripping.
Pencegahan Guilt Tripping dalam Pengasuhan Anak
Selain mengatasi guilt tripping setelah itu terjadi, pencegahan juga sangat penting dalam pengasuhan anak-anak kecil. Berikut adalah beberapa strategi untuk mencegah munculnya guilt tripping:
1. Belajar Pengasuhan Positif
Mengikuti program pendidikan orang tua atau membaca buku-buku tentang pengasuhan anak dapat membantu orang tua memahami perkembangan anak dan strategi pengasuhan yang sehat.
2. Manajemen Stres Orang Tua
Orang tua harus mencari cara untuk mengelola stres dan frustasi mereka agar tidak mencari pelampiasan dalam guilt tripping.
3. Kolaborasi dengan Pasangan
Jika kamu memiliki pasangan, penting untuk bekerja sama dalam pengasuhan anak. Diskusikan secara terbuka tentang strategi pengasuhan dan dukung satu sama lain secara konsisten.
4. Perencanaan dalam Pengasuhan
Membuat rencana pengasuhan yang jelas dan berdasarkan pemahaman yang baik tentang perkembangan anak dapat membantu mencegah munculnya guilt tripping.
Untuk kamu ketahui, guilt tripping dalam pengasuhan anak adalah masalah serius yang dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan mental anak. Untuk memastikan perkembangan yang sehat dan bahagia bagi anak kita, penting bagi orang tua untuk memahami, mengatasi, dan mencegah guilt tripping.
Dengan komunikasi terbuka, pemahaman yang baik tentang perkembangan anak, dan dukungan yang tulus, kita dapat membangun hubungan yang sehat dan mendukung kesehatan mental anak-anak kita sepanjang hidup mereka.
:format(webp)/article/zTdZu91p-V8m3KpVYGMGh/original/fwjx0rnmzsx38l0pg8gn2ultrt2lvjoi.jpg?w=256&q=100)