Tips Parenting

Mengenal Co-Parenting, Manfaat dan Tips Sukses Melakukannya

Siti Putri Nurmayani, 07 Jun 2023

Ditinjau Oleh Iswan Saputro, M.Psi., Psikolog

Meski telah bercerai, namun orang tua tetap memiliki tanggung jawab dalam membesarkan anak. Kenali pola asuh co-parenting, manfaat, dan tips melakukannya di sini.

Mengenal Co-Parenting, Manfaat dan Tips Sukses Melakukannya

Perceraian bukanlah proses yang mudah, baik bagi pasangan maupun anak. Sering kali, proses ini diwarnai berbagai konflik antar-orang tua, yang juga berdampak negatif pada anak.

Akan tetapi, tanggung jawab sebagai orang tua dalam mengasuh anak tidak lantas hilang meski sudah bercerai. Co-parenting menjadi salah satu solusi terbaik dalam mengasuh anak ketika kamu dan pasangan memutuskan untuk bercerai.

Apa Itu Co-Parenting?

Menurut Iswan Saputro, M.Psi., Psikolog, co-parenting adalah konsep pengasuhan yang dilakukan pasca perceraian pada anak.

“Dalam co-parenting anak menjadi prinsip atau kepentingan utama dalam memberikan pengasuhan. Jadi prinsipnya, anak tetap dapat kasih sayang dari orang tua, baik ibu dan ayah, walau status keduanya telah bercerai,” jelasnya.

Dalam pola asuh co-parenting, kedua orang tua diharapkan berperan aktif dalam mengasuh anak dan terlibat dalam kesehariannya. Dengan begitu, bercerai tidak membuat anak tidak kehilangan sosok orang tuanya.

Melansir dari Psychology Today, co-parenting adalah pilihan terbaik bagi sebagian besar anak yang orang tuanya bercerai. Pasalnya, anak-anak akan melakukan hal yang terbaik ketika mereka menghabiskan sepertiga atau setengah dari waktu mereka dengan masing-masing orang tua.

Manfaat Co-Parenting

Manfaat bagi anak dengan orang tua bercerai yang menerapkan pola asuh co-parenting adalah:

1. Kepercayaan Diri Anak Meningkat

Pada dasarnya, perceraian orang tua akan berdampak signifikan pada psikologis anak dan orang-orang di sekitarnya. Namun, adanya co-parenting dapat membuat kepercayaan anak tetap terjaga dan meningkat.

2. Anak Merasa Aman

Anak merasa lebih aman karena tetap dicintai oleh kedua orang tuanya. Walau status orang tua telah bercerai, co-parenting membuat anak merasa aman karena menilai atau memaknai ayah dan ibunya masih ada untuknya.

3. Memiliki Panutan

Salah satu manfaat co-parenting bagi anak adalah ia masih memiliki role model terhadap orang dewasa melalui orang tuanya yang hadir dalam co-parenting. Menurut Psikolog Iswan, role model sangat penting bagi tumbuh kembang anak, baik secara psikologis atau sosial.

4. Memahami Pemecahan Masalah

Dengan adanya perceraian dan co-parenting sebagai solusinya, anak jadi memahami setiap konflik bisa disikapi bersama-sama. Anak akan melihat, mengevaluasi, dan menilai dari bagaimana orang tua memperlakukannya meski sudah bercerai.

5. Memiliki Kehidupan yang Konsisten

Pola pengasuhan co-parenting membuat anak memiliki kehidupan yang konsisten. Artinya, anak tetap mendapatkan aturan, arahan, serta masukan ketika ia melakukan kesalahan atau melakukan sesuatu.

Jadi, reward dan punishment tetap berjalan, sehingga anak tetap hidup masih dalam aturan, nilai-nilai, atau value yang ingin diturunkan oleh kedua orang tuanya yang sudah bercerai.

Tips Sukses Melakukan Co-Parenting

Menerapkan pola asuh co-parenting tidak selalu berjalan mulus. Akan ada banyak tantangan, apalagi jika kamu dan mantan pasangan menjalani perceraian yang penuh pertikaian. Mungkin, masih ada perasaan sakit hati, marah, dan dendam terhadap mantan pasangan.

Supaya berhasil, berikut tips melakukan co-parenting yang bisa diterapkan:

1. Prioritaskan Anak

co-parenting

Saran Psikolog Iswan, coba untuk fokus atau memprioritaskan anak. Dengan begitu, kedua pasangan yang sudah bercerai akan menurunkan egonya dan lebih mengutamakan kebutuhan anak.

Nantinya, proses pengasuhan pun jadi lebih optimal bagi kamu dan mantan pasangan, serta bagi si kecil.

2. Kompromi

Kamu dan mantan pasangan perlu melakukan kompromi terhadap banyak hal, mulai dari cara mengasuh, kapan waktu kunjungan, hingga berapa lama menghabiskan waktu secara bergantian.

Dalam hal ini, kompromi bukan berarti membagi peran 50:50, namun artinya, kamu dan mantan pasangan menyadari bahwa masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Sehingga, perlu ada kerjasama untuk saling memahami kesibukan dan tanggung jawab yang dimiliki untuk kepentingan tumbuh kembang anak.

3. Menjaga Komunikasi yang Sehat

Kamu dan mantan pasangan bisa melakukan komunikasi yang sehat setelah perceraian dengan tidak menyalahkan dan merendahkan satu sama lain di hadapan anak.

Selain itu, coba untuk berkoordinasi yang fokusnya tidak mementingkan ego, tetapi mementingkan apa yang terbaik untuk anak. Kemudian, coba komunikasi secara kooperatif dan logis dengan tetap menjaga sopan santun.

Ketika anak melihat orang tuanya saling menghina satu sama lain, ini akan membuat anak memiliki persepsi negatif tidak hanya pada satu orang, tetapi bisa jadi ke kedua orang tuanya.

4. Jangan Libatkan Anak dalam Permasalahan

Pastikan untuk tidak melibatkan anak dalam permasalahan kamu dan mantan pasangan. Ini bertujuan agar orang tua lebih fokus pada pengasuhan.

Melibatkan anak pada proses penyelesaian masalah orang tua sangatlah berisiko, apalagi jika anak masih di usia sekolah. Anak memiliki keterbatasan dalam memahami masalah dan situasi, apalagi jika ada keberpihakan yang dituntut oleh orang tuanya.

Hal tersebut hanya akan memicu timbulnya persepsi negatif, baik kepada ibu atau ayahnya. Ini akan memengaruhi kondisi psikologis anak ketika sudah dewasa.

5. Saling Bertukar Informasi

Usahakan untuk tetap saling bertukar informasi terkait keadaan anak. Misalnya, kamu dan mantan pasangan bisa saling memberi tahu satu sama lain sebelum melakukan perubahan pada kehidupan anak, seperti pindah ke rumah baru atau memperkenalkan pasangan baru.

Selain itu, pastikan satu sama lain mengetahui kegiatan yang berhubungan dengan si kecil, seperti jadwal kegiatan anak sekolah, les, bermain, atau kegiatan lainnya.

Menerapkan co-parenting merupakan solusi terbaik untuk anak ketika kesulitan untuk menghadapi perceraian orang tua dan masa setelahnya. Dengan pola asuh ini, anak tetap merasa memiliki keluarga dan orang tua. Ini juga dapat membuat mereka menjalani hidup dengan lebih positif dan bahagia.

Bila memiliki kendala selama menjalankan co-parenting, jangan sungkan untuk konsultasi dengan psikolog. Yuk, #JagaSehatmu dan keluarga dengan mengunduh aplikasi KlikDokter untuk mendapatkan tips pengasuhan dan kesehatan yang lengkap.

(NM)

Orang TuaParentingpola asuhAnakCeraipasangan berceraiCo-parenting

Konsultasi Dokter Terkait