HomePsikologiKesehatan MentalFakta di Balik Mitos Gangguan Jiwa
Kesehatan Mental

Fakta di Balik Mitos Gangguan Jiwa

dr. Astrid Wulan Kusumoastuti, 13 Nov 2020

Ditinjau Oleh Tim Medis Klikdokter

Icon ShareBagikan
Icon Like

Banyak mitos dan informasi keliru tentang gangguan jiwa yang beredar. Bagaimana faktanya? Simak fakta di balik mitos gangguan jiwa di sini.

Fakta di Balik Mitos Gangguan Jiwa

Penyakit tidak hanya dapat menyerang tubuh, tetapi juga bisa mengincar jiwa atau mental seseorang. 

Perbedaannya, bila gejala penyakit fisik relatif mudah dikenali, orang yang memiliki gangguan jiwa lebih sulit dideteksi.

Beberapa jenis gangguan jiwa, seperti depresi atau psikotik, dapat dikenali bila gejala utamanya terlihat dan akhirnya masyarakat lebih mengenal kondisi-kondisi tersebut. 

Namun, sebenarnya ada banyak lagi jenis gangguan jiwa lainnya. Lalu, sebagian besarnya timbul dengan gejala yang tidak familiar.

Selain gejalanya yang sulit dipahami, gangguan jiwa juga identik dengan berbagai mitos dan stigma. Berikut adalah mitos-mitos di tengah masyarakat mengenai gangguan jiwa dan faktanya.

1. Gangguan Jiwa adalah Kondisi yang Jarang Terjadi

Hal ini jelas keliru. Satu dari lima orang Amerika mengalami masalah kesehatan jiwa. Lalu, 1 dari 10 orang dewasa muda pun mengalami periode depresi. 

Selain itu, 1 dari 25 orang Amerika terdiagnosis gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia atau gangguan bipolar. Kejadian depresi dan bunuh diri bahkan terus bertambah. 

Data di atas menunjukkan, gangguan jiwa sangat sering terjadi dan bisa dialami siapa pun.

2. Pola Asuh Buruk Menyebabkan Gangguan Jiwa

Tidak ada satu faktor yang benar-benar menjadi penyebab langsung dari gangguan jiwa. 

Gangguan jiwa adalah suatu kondisi kompleks yang disebabkan oleh berbagai faktor. Mulai dari genetik, biologi, lingkungan, pengalaman hidup, dan sebagainya.

Artikel Lainnya: Jenis-jenis Gangguan Jiwa yang Perlu Anda Ketahui

3. Anak-Anak Tidak Akan Mengalami Gangguan Jiwa

Studi menunjukkan, 1 dari 5 anak usia 13-18 tahun mengalami gangguan jiwa. Sebagian besar mulai menunjukkan gejala di usia 14 tahun. 

Sayangnya, mitos gangguan jiwa ini membuat gangguan mental pada anak dan remaja luput dari diagnosis dini. Akibatnya, tidak dapat penanganan yang tepat dan optimal.

4. Gangguan Jiwa Tidak Nyata, Penderita Hanya Pura-pura

Seorang penderita skizofrenia yang mengalami halusinasi auditorik akan mengatakan bahwa ia benar-benar mendengar suara-suara tertentu. 

Sekali pun bagi orang di sekitarnya hal itu terdengar tidak masuk akal, bukan berarti penderitanya sedang berpura-pura.

Bagi penderita, suara tersebut terdengar sangat nyata. Para pakar meyakini, gejala tersebut dapat dijelaskan secara ilmiah. 

Itu sebabnya, sampai saat ini berbagai penelitian terus dilakukan untuk mengungkap kondisi tersebut.

Artikel Lainnya: Depresi, Lebih dari Sekadar Gangguan Kesehatan Mental

5. Orang yang Pribadinya Lemah Akan Mengalami Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa tidak ada hubungannya dengan kelemahan karakter atau pribadi seseorang. 

Pekerjaan penuh tantangan, masalah keluarga, dan pengalaman menjadi korban kekerasan memang bisa membuat seseorang lebih rentan. Namun, tidak berarti pasti mengalami gangguan jiwa.

Pengalaman hidup hanyalah salah satu dari sekian banyak faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan jiwa. Ingat, siapa pun dapat mengalami gangguan jiwa.

6. Gangguan Jiwa Berhubungan dengan Kurang Iman atau Ibadah

Serupa dengan mitos sebelumnya, gangguan jiwa sering kali dikaitkan dengan ranah keimanan seseorang. 

Meski ibadah memang menjadi salah satu cara untuk mendapatkan ketenangan jiwa dan membantu kesehatan mental, kurang beriman atau beribadah tidak selalu menjadi penyebab gangguan jiwa pada seseorang.

Adanya anggapan ini dari masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa justru dapat memperburuk kondisi mental penderita. 

Artikel Lainnya: Kesehatan Mental Anak Sejak Dini Harus Diperhatikan, Ini Alasannya!

7. Penderita Gangguan Jiwa Berbahaya Karena Berisiko Lakukan Kekerasan

Penderita gangguan jiwa memang dapat melakukan hal tidak terduga seperti kekerasan. Namun, tidak berarti gangguan mental pasti akan melakukan hal tersebut. 

Faktanya, penderita gangguan jiwa justru lebih sering menjadi korban kekerasan. Data menyebutkan, orang dengan gangguan jiwa berisiko sepuluh kali lebih besar untuk menjadi korban kekerasan di masyarakat.

8. Gangguan Jiwa Tidak Dapat Disembuhkan

Pandangan tersebut tidak sepenuhnya benar. Saat ini sudah tersedia banyak metode terapi untuk menangani gangguan jiwa. 

Gejala-gejala gangguan jiwa dapat ditekan. Penderitanya pun tetap dapat beraktivitas sebagaimana orang pada umumnya.

Penting untuk berkonsultasi dengan tenaga medis yang kompeten dalam menghadapi masalah kesehatan mental atau gangguan jiwa. 

Akan lebih baik lagi bila saat proses konsultasi, penderita ditemani oleh kerabat yang dipercaya dan dapat memberi dukungan selama proses pengobatan.

Artikel Lainnya: Pengangguran Rentan Alami Gangguan Kesehatan Mental?

9. Psikoterapi Tidak Ada Gunanya

Banyak orang beranggapan, gangguan jiwa harus minum obat seumur hidup. Lalu, psikoterapi dan konseling tidak ada gunanya alias hanya buang-buang waktu dan uang. Nah, mitos ini tidaklah benar.

Ada berbagai metode terapi dalam tatalaksana gangguan jiwa. Hal ini termasuk konseling di samping kerabat atau support system dan bentuk psikoterapi lainnya. 

Bahkan, terapi lain seperti terapi okupasi untuk membantu penderita gangguan jiwa agar dapat bekerja bersama masyarakat umum juga dapat meningkatkan kualitas hidup penderita.

Artikel Lainnya: Terus Semangat, Ini Cara Mendampingi Pasangan dengan Gangguan Mental

10. Hanya Penderita yang Tidak Punya Kerabat yang Butuh Terapi

Ada anggapan, mereka yang memiliki banyak kerabat atau kawan tidak akan mengalami gangguan jiwa. Lalu, gangguan jiwa hanya akan dialami mereka yang kesepian atau sebatang kara. 

Mitosnya pun semakin berkembang – jika penderita gangguan jiwa memiliki teman dan keluarga untuk mengobrol, maka tidak perlu konsultasi ke tenaga medis.

Hal ini sangat keliru dan menyesatkan. 

Memiliki support system yang baik memang dapat meningkatkan keberhasilan terapi gangguan jiwa. 

Namun, berbincang santai dengan kerabat dan teman berbeda dengan wawancara medis mendalam dengan tenaga medis kompeten, yang pasti lebih objektif dalam percakapan.

Itu dia beberapa mitos seputar gangguan jiwa yang tak perlu Anda percaya. Jangan sampai tertipu oleh mitos di masyarakat dan mengucilkan penderita gangguan jiwa serta keluarganya. 

Orang yang memiliki gangguan kesehatan mental juga memiliki hak yang sama untuk diterima di masyarakat. 

Nah, ingin tahu fakta menarik seputar kesehatan? Download aplikasi Klikdokter. Anda pun bisa konsultasi lebih mudah ke dokter atau psikolog lewat LiveChat.

(FR/AYU)

Gangguan Jiwa

Konsultasi Dokter Terkait